Kamu
    : sabda

Cerita-ceritamu tak ada yang bisa dipercaya
sebab waktu cuma angka
Kamu mengatur napasmu yang terdesak
harum alkohol
Lantas mabuk dan mulai bercerita

“cerita dibebastugaskan dari fakta”
“sebab ia bukan berita?”
“bahkan berita”
“kenapa?”
“sebab kita sudah tak punya fakta”
“kamu mabuk”
“aku memang mabuk”

“kamu pembual”
“sayang, kalau tak jadi pembual, aku sudah modar”


MMCTV5
     : armandio

Lihat, mata-mata menyala
Seperti merkuri di depan kantor kita
Kamu gugup
Aku menikmati

Siang itu kita pergi
ke pasar buku santa
Seperti biasa,
Aku tak bisa jauh-jauh darimu
Aku takut kangen

Anak-anak sialan mengintai kita
Mereka keberatan kalau kita gandengan tangan terus
Picisan betul, katanya

Biarlah, katamu
Mereka hanya belum mengerti cinta
Yang membara?


Alif

Kamboja di samping rumah sudah berbunga
Tapi aku tak buru-buru mati
“Memang kamu bisa lari?”
Aku bisa naik metromini


Kuliah
    : icak-syaumi

Kita sudah lulus
dan?
Dan tak bahagia


Cinta itu Apa
    : maharani

Cinta tak akan kautemukan
kalau kamu terus mencari
ia soal firasat hati.

Cinta juga bukan hitung-hitungan untung-rugi
ia melampaui itu.

“Jadi maksudmu, cinta itu penyerahan diri?”
“Sejenis itu barangkali”
“Kamu tak logis”
“Sudah kubilang, cinta bukan matematis”
“Kamu dikelabui cinta”
“Kamu yang nggak ngerti cinta”


Sudut Hijau, 2018