Institut Pesantren KH. Abdul Chalim merupakan Perguruan Tinggi Swasta yang berada di kecamatan Pacet, kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Institut ini di bawah naungan lembaga Amanatul Ummah yang dipimpin oleh Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA. Kampus ini baru berjalan selama empat tahun. Meski baru berjalan baru empat tahun kampus ini telah terakreditasi. Dan untuk sementara kampus ini terakreditasi “B”.
Dan untuk kredebilitas pengajarnya itu sudah maksimal, begitupun dengan fasilitasnya yang sudah memadai dan ditambah dengan biaya kuliah yang terjangkau. Mahasiswanya terdiri dari berbrapa negara, ada yang dari Thailand, Vietnam, Uzbekistan dan lain sebagainya. Untuk indonesia, sendiri setiap propinsi diwakili oleh beberapa mahasiswa yang dibeasiswakan untuk melanjutkan studi Strata satu(SI) di Institut KH Abdul Chalim.
Dari 34 provinsi yang ada di indonesia, itu sudah ada perwakilan semua, tanpa terkecuali. Kampus telah menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi yang kiranya sudah bonafit, diantaranya Univrersitas al-Azhar(Mesir), University al-Jinan(Libanon) dan lain sebagainya. Di indonesia sendiri juga ada beberapa perguruan tinggi yang sudah bekerjasama dengan Institut KH. Abdul Chalim. Dengan kehijauan warna bangunannya itu memberi keteduhan dan memberi aura kesejukan surga bagi para pencari kesejatian rahim lahirnya generasi Muslim yang berahlakul karimah dan berasaskan ahlussunah waljamaah ketika berpijak.
Tujuan didirikannya perguruan tinggi Institut KH. Abdul Chalim guna memenuhi kebutuhan seseorang yang ingin menempuh pendidikan lanjut. Sesuai dengan visi institutnya dimana “menciptakan sumber daya manusia berwawasan dan berkemampuan global berlandaskan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, unggul utuh dan berjiwa mandiri”. Demi terwujudnya sebuah visi ini tentunya, di harapakan masyarakat kampus IKHAC yang berintegritas.
Sayangnya hari ini banyak mahasiswa yang tidak bersyukur dengan fasilitas-fasilatas yang telah di berikan oleh pihak yayasan. Dan lebih parahnya lagi ketika ada sebagian mahasiswa yang sama sekali tidak menjalankan sistem yang telah ditentukan oleh pihak yayasan. Kalaupun hal ini dibiarkan, maka sedikit demi sedikit nilai yang sudah ditetapkan oleh pihak yayasan akan tergantikan dengan nilai-nilai baru yang mencoba masuk untuk menghancurkan nilai-nilai sebelumnya.
Karna untuk saat ini, masih banyak mahasiswa IKHAC yang hanya fokus dengan juara namun mereka lupa akan prestasi. Dan ini yang membuat mahasiswa IKHAC terbuai akan kegiatan-kegiatan akademik saja. Mereka tidak memperdulikan visi yang sudah ditetapkan di kampus ini. Mirisnya lagi ketika mahasiswa IKHAC saat ini hanya disibukan dengan urusan-urusan Prodi. Berbagai upaya dilakukan, agar Prodi yang mereka tempuh mempunyai nama yang lebih tinggi di kampus IKHAC. Dan hari ini yang terjadi dimana mahasiswa-mahasiswi IKHAC saling bersaing antar prodi dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan.
Tidak hanya itu saja, yang lebih menyedihkan lagi ketika hadirnya bebarapa organda yang mempunyai visi yang tidak sejalan dengan pihak kampus. Dan ini menurutku akan terjadi tumpang tindih, ketika nanti menjalankan proker antara organda, organisasi ekstra kampus dan organisasi intra kampus, kalaupun tidak ada konsulidasi sebelumnya. Dan ini tentunya tidak bisa di biarkan berlarut-larut. Tentunya kita membutuhkan sebuah lembaga yang bisa mengatur semua ini
Dari sini saya mengajak kepada para pembaca, jadikanlah kampus IKHAC sebagai rumah kedua, selain tempat kuliah, kampus juga merupakan tempat berimprovisasi untuk mengungkapkan ekspresi. Ayo buat masa muda mu berguana dan lebih bermakna. Jangan jadikan kampus sebagai komuditas politik. Di era industri 4.0 ini, bagaiaman kita sebagai mahasiswa harus mempunya pemikiran yang lebih luas.
Berhentilah saling mencaci, mulailah berkarya, jadilah mahasiswa IKHAC yang produktif. Di era Industri 4.0 ini Mahasiswa IKHAC harus lebih maju dalam berfikir, maju dalam arti bergegas menatap kedepan tanpa bertahan oleh keriuhan massal di media sosial. Jangan biarkan diri hanyut dalam sensasi kekinian yang tak menentu arah makna seperti sibuk mencari sensasi, lawak-lawak tak jelas seakan bersikap menjadi konyol adalah kebahagiaan yang hakiki.
Mudah membenci, susah berkarya itu adalah penyakit kekinian yang sulit dicari penawarnya belakangan ini. Penyakit kekinian itu ialah tanpa internet sehari seakan sakit selamanya. Kita sebagai mahasiswa IKHAC harus jeli dan bersama kita harus saling mengingatkan khalayak yang lain bahwa tak ada gunanya perang nyinyir itu.
Kepentingan golongan dan kepentingan organisasi sekarang yang menjadi permasalahan bagi poltik kampus dan menjadi tuntutan bagi politisi kampus, bahwasanya ada keterlibatan golongan tertentu yang berperan penting dalam merubah kebijakan perguruan tinggi. Semua ini hanya sebuah skenario atau ini memang benar adanya. Dan tentunya disini kita semua yang merasa mahasiswa IKHAC harus mengambil kebijakan untuk membentengi golongan-golongan yang menyebarkan virus-virus yang mencoba merubah atau menentang peraturan yang di tetapkan oleh lembaga perguruan tinggi, dan berusaha menjaga citra dan nama baik kampus kita.
Saya yakin bahwa keributan serta kebencian itu bermula dari keyakinan merasa paling benar dan tak terbuka dalam menerima pendapat orang lain. Keengganan untuk membuka diri menjadi pendengar baik sebagai pengamat adalah minat yang banyak dijauhi orang saat ini. Hingga kini jika kita perhatikan komen-komen status lebih banyak hal-hal yang tak baik. Mahasiswa IKHAC yang mempunyai latar belakang pesantren tentunya berpihak kepada junjungan ulama, tapi sikap tidak menunjukkan yang beraqidah. Apa jadinya kalau semisal ini di biarkan, masi mungkinkah IKHAC dapat mencapai visinya.
Tentunya Untuk menjawab semua problem di atas, Mahasiswa IKHAC dituntut untuk berorganisasi. Baik itu organisasi baik intra kampus maupun ekstra kampus. Bukan mahasiwa namanya kalau tidak akitif dalam organisasi. Apapun organisasinya selagi tidak melenceng dari Pancasila dan Aswaja, baik intra kampus maupun ekstra kampus.
Karena dengan berorganisasi kita dapat melakukan perubahan. Yang tentunya perubahan tersebut dapat memberi dampak yang luar biasa bagi kita, pihak kampus, mahasiswa lain dan juga masyarakat luar. Kita bukanlah boneka yang terus ingin diperlakukan oleh sekelompok golongan yang mempunyai kepentingan pribadi dan kita juga bukan siswa biasa yang tidak tahu akan apa yang telah, sedang dan akan lakukan. Menjadi mahasiswa adalah pilihan kita dan kita harus siap untuk melakukan perubahan, menyususn prioritas dan menerima segalan konsekuensinya.
Jangan jadikan perbedaan yang ada di Kampus IKHAC ini menjadi sebuah hambatan bagi kita untuk berekspresi. Perbedaan yang terdapat dalam sebuah organisasi. Tujuan dari perbedaan itu harus bisa dijadikan sebagai teroperasionalisasikannya ideologi yang selama ini selalu diupayakan.
Mengutip perkataan B.J. Habibi: Dalam cinta, jangan mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Karena kalian berada dalam ikatan yang sama dengan tujuan yang sama. Kaitannya dalam organisasi, jangan sampai saling mengalahkan. Karena kita berada dalam organisasi yang sama dengan tujuan yang sama. Hanya saja, mengaktualisasikan asas guna tercapainya tujuan dengan cara yang berbeda.
Sebagai pesan terakhir, perbedaan itu diharuskan ada. Karena hanya dengan perbedaan kalian akan tahu bagaimana pentingnya untuk saling memahami. Kemajuan suatu bangsa bertumpu pada SDM yang berkualitas. Mengabaikan ego yang sebenarnya menjadi masalah utama dalam konflik konflik, dalam perbedaan, dan dalam masalah lainnya dalam kemajemukan.
Indonesia adalah salah satu Negara dengan penduduknya terdiri dari banyak agama dan suku bangsa, namun Indonesia adalah contoh salah satu Negara yang penduduknya majemuk tetapi memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Oleh karena itu, kita disini merupakan bentuk miniatur sebuah negara, kalau ini saja kita tidak mampu selesaikan problem yang ada di kampus, bagaimana nantinya?