Ada yang bilang, menjadi seorang Jomblo itu berarti kita punya kuasa atas diri kita, kita punya banyak pilhan dan bukan hanya satu pilihan saja yang itu juga ditentukan oleh pasangan kita. Meskipun sekarang banyak orang yang ingin secepatnya melepas statusnya itu sebab tak ingin menjadi bulan-bulanan bagi mereka yang sudah menemukan pasangan.

Seperti judul lagu seorang artis muda Indonesia “Jodoh pasti bertemu”, begitu ungkapan dari mereka yang selalu dibully lantaran masih hidup tanpa pasangan hidup. Bagi saya itu hanyalah sebuah ungkapan pembenaran saja sebab sebuah tujuan tak akan pernah tercapai tanpa ada usaha yang pasti. Begitupun perihal jodoh, butuh usaha dan strategi terbaik untuk mendapatkannya sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita.

Banyak hal yang dilakukan orang-orang masa kini dalam melakukan pencarian jodoh –saya masih terlalu muda untuk menjelaskannya- salah satu diantaranya seperti ikut dalam acara televisi Take Me Out atau bermain Game Jodoh Go, bukan Pokemon Go dan lain sebagainya. Ada juga orang melakukan usaha seperti Kawin Lari, orang bugis menyebutnya Silariang.

 Kata Silariang mengingatkan saya dengan sebuah novel karya Khrisna Pabichara yang berjudul Natisha. Dalam bukunya dijelaskan sedikit tentang sebab-sebab terjadinya Silariang. Di halaman 130 dijelaskan seperti ini :

“Bila ada yang bertanya mengapa ada orang yang mau silariang, akan kujelaskan kepada mereka bahwa ada beberapa sebab terjadinya silariang. Seorang perempuan akan memaksa lelaki kawin lari ketika merasa kehormatan dan harga dirinya terkoyak. Ada juga yang silariang lantaran calon pengantin lelaki tidak sanggup membayar mahar. Yang lainnya, kawin lari karena tidak melihat ada kemungkinan lain, selain silariang, untuk bersatu. Aku tidak tahu Natisha termasuk golongan yang mana”.

Semua butuh usaha dan kerja keras bro. Kita semua memiliki tujuan yang ingin dicapai dan semuanya butuh usaha. Mengenai pencapaian tujuan, sebaiknya kita melakukannya tanpa pernah mencederai norma dan aturan yang berlaku, baik itu aturan Negara bahkan adat yang berlaku di lingkungan kita. Jangan pernah melakukan pencapaian tujuan layaknya seorang politikus pada umumnya lantaran hanya untuk segera –mendapatkan kursi jabatan- bertemu jodohnya.

Antara seorang Penyanyi Pecinta, Penulis, maupun Politikus, semua punya medan perang dan jalan tersendiri. Semua punya cara tersendiri dalam mencapai tujuan. Begitupun seorang Pelukis, ia juga punya cara tersendiri dalam memikat para penikmat lukisan yang hanya mampu mengatakan lukisan ini keren.

Saya pernah mendengarkan ungkapan hati seorang pelukis perihal menemukan jodohnya, memikat para penikmat lukisan. Katanya untuk pelukis pemula, caranya sangat mudah. Kurang lebih dia bilang seperti ini.

"melukislah dengan sepenuh hati, dengan penuh hati-hati agar sepenuhnya kau mendapatkan kesenangan hati. Dan bersihkan lah hati, ketika hati merasakan kegelisahan hati, jangan pernah keras hati, hindari pertengkaran hati, agar tak ada penyesalan hati.Sebab lukisan kita datangnya dari hati, untuk dinikmati semua hati, dan pasti akan mendapatkan penilaian dari bermacam macam hati.Dan jangan pernah patah hati ketika penilaian tak sesuai isi hati, sebab hati yang hebat yaitu yang dapat berbesar hati.Teruslah belajar dan berusaha, maka bukan hanya lukisan indah yang kau dapatkan, tetapi juga kesempurnaan hati".
 
Sebuah keniscayaan bahwa kita punya hak menentukan jalan kita sendiri dan bukan ditentukan oleh orang lain. Bukan seperti dalam sebuah pesta demokrasi, banyak orang yang harga diri dan idealismenya terjual murah begitu saja hanya lantaran digantikan dengan secangkir kopi ataupun selembar uang. Padahal sebenarnya secangkir kopi akan habis di meja kita saja dan selembar uang sebagai alat untuk membayar biaya secangkir kopi yang kita minum lalu semua berakhir begitu saja.

Kita bukan boneka, dan kita tidak menginginkan berjodoh dengan boneka. Kecuali jika ingin melakukan Silariang, silakan lakukan dengan boneka pilihanmu. Sebab dalam pesta demokrasi, suara pembuat boneka, pembeli boneka, maupun boneka itu sendiri sama sama dihitung satu. Lantas apakah kita ingin ikut termasuk dalam salah satu diantaranya?

Mau jadi Penyanyi, Pecinta, Penulis, Politikus, maupun Pelukis, semua adalah plihan kita asalkan jangan pernah berkeinginan untuk menjadi Boneka. Sebab jika hal itu terjadi, maka kau hanya akan terus bernyanyi “Jodoh pasti bertemu”, lalu jika tak bertemu maka kau memaksakan pertemuan itu terjadi dengan melakukan Silariang dengan seorang Politikus yang kemudian meminta seorang pelukis mengabadikannya dalam sebuah karya yang berlukiskan boneka.

Pada akhirnya, Negara yang baik selalu kita harapkan tak akan pernah kita capai. Jodoh tak akan pernah bertemu. Kita hanya akan terus menjadi boneka dari para pemimpin-pemimpin yang juga termasuk dalam golongan boneka. Kita akan selalu digerakkan dan dibuat semaunya oleh mereka yang tidak bertanggung jawab atas hidup kita sama sekali.

Cukup sudah untuk menginginkan dan mengangankan untuk segera bertemu dengan jodoh kita yaitu Negara yang maju, aman dan tentetam selama kita masih memiliki kekuatan supranatural yang dapat membuat kita secara seketika menjelma menjadi sebuah boneka setelah meminum secangkir kopi dan mendapatkan selembar kertas bernilai Rupiah.

Sekali lagi, ini hidup kita, bukan hidupnya seorang politikus yang punya banyak tikus. Jadilah diri kita, cintailah jodoh kita yang kita harapkan suatu saat akan bertemu, pertahankan idealisme dan harga diri kita selama kita masih tetap berada pada jalur menemukan jodoh.

Buat para generasi muda, jagalah diri dan masa depan bangsamu dengan selalu belajar. Tumpas segala ketidakadilan dan hancurkan semua boneka  yang berkeliaran di Negara ini. Kita harus dengan gagah berani menumpas dan menghancuran semua boneka-boneka itu, seperti halnya ketika Nabi Ibrahim dengan gagah beraninya menghancurkan boneka-boneka berhala sesembahan Raja Namrud.

Yang benar yang akan selalu menang, yang bersungguh-sungguh dalam usaha pencapaian tujuannya akan berhasil menggapainya. Yang benar-benar mencinta kan segera bertemu jodohnya, yang sungguh-sungguh melukis akan menemukan penikmatnya, yang bersungguh-sungguh menulis akan menemukan pembacanya. Yang bersungguh-sungguh ingin memperbaiki bangsa ini akan menemukan pengikutnya. Mari bernyanyi bersama “Jodoh Pasti Bertemu”.

#LombaEsaiPolitik