Hampir seluruh kalangan milenial tentu tahu seorang Jerome Polin, mahasiswa Indonesia yang berkesempatan kuliah full di Jepang lewat Beasiswa Mitsui Bussan.
Jerome mengakui, bahwa untuk bisa kuliah dan merasakan salah satu sistem pendidikan terbaik dunia seperti sekarang, terlebih dahulu harus siap berkubang dalam kegagalan dan penolakan. Impian dan keinginan harus sehati dengan perjuangan. Menata diri untuk gagah berlaga dalam pengorbanan yang paripurna.
Saya sendiri mengenal Jerome di sela-sela makan siang dari seorang teman. Bercerita singkat tentang kebanyolan Jerome yang mengocok perut melalui instagram pribadinya dan bagaimana ia mem-branding dirinya sebagai seorang calon Menteri Pendidikan Indonesia.
Dan, ya saat itu, fakta bahwa orang yang sering berkutat pada buku-buku eksakta adalah orang yang hidupnya paling serius, tidak asyik, dan selera humornya rendah akhirnya terungkap.
Sangat terbalik dari fakta yang ada, tidak kutemukan pada diri Jerome yang selama catatan pendidikannya telah menyabet juara-juara olimpiade bidang matematika dan berbagai bidang eksakta lainnya. Kepiawaiannya menggelar tawa para penggemarnya bisa disandingkan dengan para pelawak tanah air. Ia tahu betul, kapan harus serius belajar dan kapan harus membumbui hidup dengan gelak tawa demi mempertahankan sebuah kewarasan.
Berbicara soal mimpi Jerome sebagai Menteri Pendidikan Indonesia, tentu keinginan itu berawal dari sebuah keresahan saat melihat sistem pendidikan negara ini yang masih timpang. Siapa pun itu, kita tak seharusnya abai, menutup mata, menyumpal telinga, dan rebahan manja menyaksikan transformasi pendidikan yang kian tak sesuai harapan.
Masalah pendidikan di Indonesia perlu menjadi atensi dalam pergerakan kita saat ini. Tak perlu bercita-cita tinggi seperti Jerome yang ingin menjadi menteri pendidikan. Atau menunggu dulu menjadi guru, dosen, kepala sekolah, dan sebagainya, agar bisa mengatur semaunya. Kita tak harus menjadi jagoan dulu, tak perlu, tapi tidak juga berlagak jago, untuk melakukan suatu perubahan yang esensial dalam pendidikan kita.
Sebagai mahasiswa misalnya, kita bisa memulainya dari hal-hal kecil, tapi rutin dan komitmen dilakukan, seperti menahan diri untuk tidak menyontek saat ujian, tidak menyebarkan berita hoax, tidak menitip absen ke teman, tidak copy paste tugas punya teman atau dari internet-tanpa mengolahnya kembali dan lainnya.
Jerome sendiri memilih tidak berdiam diri. Di sela-sela kesibukannya menjalani studi di Jepang, ia telah berhasil menyelesaikan buku dengan judul “MANTAPPU JIWA” yang kabarnya sangat memotivasi para generasi muda-maaf saya belum beli bukunya. Dilansir dari detik.com, buku Jerome tersebut terjual sebanyak 2.000 eksemplar hanya dalam waktu 7 menit. Siapa pun, termasuk Jerome, tidak pernah menduga akan sampai pada pencapaiannya saat ini.
Melalui channel youtubenya pula, Nihongo Mantappu, ia tak kehabisan konten untuk menghibur penggemar-penggemarnya. Mulai dari cerita perjuangannya mendapatkan beasiswa Mitsui Bussan yang menurutnya tidak mudah-karena harus bersaing dengan puluhan ribu pendaftar Indonesia dengan kuota yang tersedia hanya dua orang, belajar bahasa dan kebudayaan Jepang, bagaimana kehidupan mahasiswa di Jepang, serta tak kalah seru dan paling ditunggu-tunggu ialah battle matematika dengan lawan yang tak kalah tangguh.
Selain membuat gigi mengering, tentunya video-video yang diunggah sangat mengedukasi, dan me-recharge energi-enegi pelajar Indonesia untuk terus belajar, mengasah kemampuan, jangan menyerah, jangan banyak main, jangan banyak galau, jangan banyak rebahan, jangan suka nge-bucin, dan teruslah melakukan hal-hal yang produktif!
Oh iya, sebagai calon menteri pendidikan Indonesia masa depan, di channel youtubenya yang khas dengan jargon “Mantappu Jiwa”, “wadidaw”, ia juga bercerita banyak tentang opini-opininya terkait pendidikan Indonesia dan harapan-harapannya saat mimpinya menjadi menteri pendidikan benar-benar terwujud suatu saat nanti.
Dalam vlog yang berdurasi 10 menit 50 detik, Jerome menyampaikan 3 poin yang menurutnya sangat krusial dalam pendidikan Indonesia dengan sapaan pembuka yang khas, “Minnasan Konnijiwaaaaaaaaaaaaaaa”. Nah, salah satu poin menarik yang ia bahas, ialah tentang bagaimana kedudukan profesi guru di negara Indonesia ini.
https://www.youtube.com/watch?v=PoDppR5UTOU
Bagi Jerome, gaji guru di Indonesia terbilang rendah apalagi untuk guru honorer dan guru-guru swasta. Meski memang, tidak semua orang melihat pekerjaan dari segi materinya, tapi menurutku sah-sah saja menyinggung gaji guru sebagai salah satu indikator bergengsi tidaknya profesi tersebut.
Guru, yang katanya punya peran sangat besar dalam dunia pendidikan dan kunci utama membuka pintu kemajuan bangsa, namun tidak mendapat penjaminan kesejahteraan hidup, baik dari segi materi maupun hukum. Amich Alhumami dalam tulisannya berjudul “Memuliakan Profesi Guru”-dalam buku berjudul “Potret Pendidikan Kita”, ia mengibaratkan guru sebagai jantung dari segala problem pendidikan yang terjadi di Indonesia.
Namun, nyatanya guru masih dianggap sebagai profesi rendahan, sepele, dan biasa-biasa saja. Tidak seprestisius profesi dokter, polisi, tentara, presiden, dan profesi bergengsi lainnya.
Jika dibandingkan dengan Jepang, Jerome mengaku bahwa gaji guru disana bisa mencapai Rp38 juta/bulan. Woow. Itu angka yang fantastis bagi seorang guru Indonesia, bukan? Dan, faktanya, ternyata rata-rata orang Jepang memiliki minat tinggi untuk menjadi guru. Alasannya bukan semata karena gaji yang tinggi, tapi mereka sangat peduli dan ingin berkontribusi untuk perbaikan pendidikan di negaranya. Bagaimana dengan kita?
Menurut Jerome, ada korelasi positif antara gaji guru dengan peningkatan kualitas guru. Jadi begini korelasinya... Ketika gaji guru tinggi, maka tentu akan banyak orang yang berminat menjadi guru. Saat minat menjadi guru tinggi, orang akan berlomba-lomba mengikuti seleksi perekrutan guru, dan akibatnya persaingan menjadi guru akan ketat.
Dengan demikian, persaingan yang ketat akan mendorong para calon guru untuk memikirkan cara terbaik, mengasah potensi, mengembangkan kemampuan, dan meningkatkan kreativitas agar bisa lulus seleksi menjadi guru. Melalui perekrutan guru yang ketat, maka akan dihasilkan guru-guru yang berkualitas dan berkompeten dalam mengarungi perjalanan pendidikan Indonesia. Guru yang berkualitaslah yang mampu menghasilkan SDM-SDM yang berkualitas pula yang siap menjadi bahan baku segar untuk diolah menuju kemajuan bangsa Indonesia.
Terakhir dari video tersebut, dengan lugas dan penuh keyakinan ia menyampaikan harapannya saat menjadi bagian dari penentu kebijakan pendidikan di Indonesia nanti. “Jadi, ketika aku bisa berkontribusi untuk pendidikan Indonesia, aku akan meningkatkan kesejahteraan guru dan meningkatkan kualitas guru-guru Indonesia, sehingga diharapkan profesi guru bisa menjadi profesi yang banyak diminati oleh orang dan tidak dianggap rendah lagi.
Dan, akhirnya akan banyak persaingan untuk menjadi guru, sehingga level dan kualitas guru akan meningkat, dan dapat menghasilkan banyak murid yang baik. Murid-murid yang baik akan menjadi SDM yang berkualitas suatu saat nanti. Dan, SDM yang berkualitas itulah yang akan berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Sehingga Indonesia bisa menjadi negara yang kuat, negara yang maju. Dan menjadi negara yang disegani oleh banyak bangsa.”
Dari unggahan tersebut, terhitung 424.071 kali yang menonton dan paling penting ada sebanyak 10.231 komentar yang hampir semua mendukung dan tidak sabar menunggu Jerome untuk menduduki Menteri Pendidikan Indonesia kelak. Banyak juga yang menyampaikan harapan-harapan mereka yang kiranya dapat dipertimbangkan dan direalisasikan ketika Jerome berkuasa sebagai pengambil kebijakan suatu saat nanti.
Tapi kenapa harus menunggu Jerome? Bukankah baru kemarin Mendikbud Indonesia diamanahkan oleh orang baru? Semoga aspirasi kita sampai dan terdengar oleh Mendikbud yang baru yaa.
Masih berkaitan dengan mimpi Jerome menjadi Menteri Pendidikan, ada salah satu unggahan video yang membuat para fansnya terharu saat Jerome Polin berkesempatan bertemu langsung dengan Ex-Menteri Perdagangan Indonesia, Muhammad Lutfi, pada acara konferensi PPI di Osaka University.
https://www.youtube.com/watch?v=01UPhhRYyNM
Pak Lutfi mengaku senang bertemu dengan Jerome dan baru pertama kali mendapati mahasiswa Indonesia di Jepang yang mengambil jurusan Matematika Terapan. “Saya senang, ini saya baru pertama kali selama ini ketemu anak yang ambil jurusan matematika, baru pertama ini, saya sudah putar-putar dunia, ini baru pertama ketemu.”
“Tapi kamu pulang mesti kerja yang bener Jerome, nanti kamu pulang malah kerja jadi banker lagi kerja di bank mandiri. Selesai. Gajinya gede soalnya disitu,” lanjut Pak Lutfi.
Dan menit yang membuat penonton channel youtube Nihongo Mantappu terharu saat Jerome dengan tegas mengatakan“mimpi saya ingin menjadi menteri pendidikan Pak.” Semua yang hadir pun ikut terharu, serentak melayangkan tepuk tangan pertanda dukungan yang lebih kepada Jerome untuk mewujudkan mimpinya.
“Ok, mudah-mudahan kita dapat menteri pendidikan yang bagus, Jerome, nanti misalnya kamu selesai dari Waseda kamu telpon saya, saya kenalin nanti sama menteri pendidikan yang baru ya.” Demikian Pak Lutfi menutup pidatonya. Hmm, ciee.. Sepertinya Jerome sudah punya orang dalam yaa..