Energinya tetap sama, hanya berubah bentuknya.

Apa Saja yang Berlaku di dalam Bumi adalah Siklus Energi

“Energi tak dapat diciptakan pun dimusnahkan, hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain”, demikian kurang lebih tatanan hukum pertama termodinamika tentang kekekalan energi.

Dalam bumi yang terpisah dengan luar angkasa oleh tujuh lapisan atmosfernya, berarti bumi adalah suatu sistem tertutup, adiabatik, yang membuat jumlah energi tetap sama, kekal dari waktu ke waktu.

Air laut di bumi, terkena panas matahari. Lalu menguap menjadi gumpalan awan, terbawa angin, hingga menggumpal jenuh di atas permukaan daratan. Kemudian, gumpalan awan pekat yang berisikan uap air itu tak kuasa menahan gravitasi, jatuh menjadi rintik hujan, membasahi daratan.

Siraman air hujan itu lalu menumbuhkan tanaman, perlahan membuatnya tumbuhan yang membuahkan bahan makanan yang dibutuhkan oleh hewan, termasuk manusia.

Manusia menyantap makanan hasil buah tanaman, agar mampu menjalankan kehidupannya, hingga beranakpinak. Apabila saat sudah tiba waktu usianya berakhir, maka dia dipendam bersatu bersama bumi, lalu beruraian di dalamnya, menjadi satu dengan komposisi kimiawi dalam bumi, yang dengan siraman air hujan tadi bakal membantu menyuburkan pula aneka tanaman yang tumbuh subur di atasnya.

Terus menerus, dari waktu ke waktu, generasi ke generasi, bersiklus tetap berubahnya energi air laut menjadi awan, lalu hujan, terus diserap oleh tanaman, dia tumbuh, berbuah, disantap oleh manusia agar mampu menjalani aktivitas hidupnya, beranak pinak, lalu mati, jasadnya beruraian, menjadi pupuk bagi tanaman, dibantu siraman air hujan, jadi makanan lagi bagi manusia. 

Begitu terus, menjadi siklus alami yang menetap. Energinya tetap sama, hanya berubah bentuknya; air, tanaman, manusia. Itu satu contoh kekekalan energi.

Belum contoh lainnya misal dalam memulai hubungan percintaan bagi manusia.

Misalnya, seorang pria mengungkap energi terbaiknya demi mendapatkan wanita idaman hingga bersambut menjadi suatu komitmen cinta guna membentuk suatu mahligai rumah tangga. Diawali dengan pernikahan yang pada malam pertamanya saling mengungkap perasaan dalam bentuk bercinta, menyatukan dua raga dan jiwa.

Bas bes baaas bes ! (sensor 21+), hingga 9 bulan 10 harian bakal terlahir jabang bayi hasil hubungan cinta mereka, yang proses kegiatan berhubungan cintanya menuai kenikmatan yang benar-benar bikin ketagihan.

Lalu bayi itu bertumbuh kembang menjadi dewasa yang juga ada kontribusi dari asupan makanan dari siklus air laut-tanaman itu tadi, di mana dalam berkehidupannya juga berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, apakah dengan sesama makhluk hidup pun benda mati juga berkontribusi pula akan perubahan-perubahan bentuk energi.

Juga contoh-contoh lainnya, yang nantinya dimaklumi sebagai siklus kekekalan energi yang berlaku alami di dalam bumi.



…ketidakberaturan siklus energi dalam sistem tertutup itu selalu meningkat.

Ketidakberaturan Sistem di dalam Bumi Pasti Terjadi

Energi tak dapat diciptakan pun dimusnahkan, hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.

Kemudian pertanyaannya; bagaimana dengan matahari yang setiap hari menyumbang energi ke bumi, bukankah itu bakal menambah jumlah energi dalam bumi yang seharusnya tetap sama karena sistemnya tertutup dengan luar angkasa?

Oh, begini. Jadi, dalam suatu sistem tertutup, kemudian terdapat kontribusi energi dari luar yang notabene berupa bentuk alihan energi pula, maka pengaruh dari energi dari luar sistem tadi akan mempengaruhi siklus energi yang berlaku dalam sistem itu sendiri.

Seperti cahaya matahari ke bumi, di mana matahari itu sendiri adalah bentuk alihan energi dalam sistem di luar bumi, yang bakal mempengaruhi kinerja siklus energi dalam bumi.

Pengaruhnya apa? Yaitu, tingkat ketidakberaturan sistem, yang dinamakan Entropi.

Keberadaan Entropi menjadi kenyataan alamiah bagi sebuah sistem tertutup, yang akibat pengaruh kontribusi energi dari luar sistem, membuat ketidakberaturan siklus energi dalam sistem tertutup itu selalu meningkat.

Demikian kurang lebih ilmu pengetahuan merangkumnya sebagai hukum kedua termodinamika.



…semua itu bakal membuat langkah ketidakberaturan sistem di bumi semakin melaju cepat…

Pilihan Bumi Bakal Berakhir Tenteram atau Sengsara.

Jadi, justru dengan sumbangsih energi matahari, membuat siklus energi dalam bumi menjadi semakin tidak teratur. Berarti kehadiran matahari bagi bumi, adalah jalan menuju ketidakberaturan siklus energi dalam bumi, yang berarti merugikan?

Oh, bukan begitu menelaahnya. Sumbangsih energi matahari ke bumi mulai pagi hingga sore sejak jutaan tahun lalu, justru membuat siklus energi dalam bumi akan senantiasa bergerak.

Perkara terdapat Entropi dalam bumi, itu adalah konsekuensi alamiah. Menjadi fakta yang nyata bahwa ketidakberaturan sistem di dalam bumi bakal terus meningkat. Namun demikian, pilihan bagi manusia adalah; akankah Entropi dalam bumi itu berjalan normal atau tidak.

Entropi bumi berjalan normal berarti, siklus energi dalam bumi menyentuh apa-apa saja dalam bumi apakah manusia, hewan, tumbuhan, air, batu, udara, mungkin juga sekalian makhluk gaibnya, dalam kondisi kelimpahannya setimbang.

Sebaliknya, berarti kelimpahan isi bumi, yang ironisnya justru karena ulah manusia yang sebenarnya dikaruniakan akal pikiran, malah membuatnya tak berimbang.

Flora ditebang, fauna diburu, isi bumi diperkosa, bebatuan digali, udara dicemari, air tak tertampung alami, semua itu bakal membuat langkah ketidakberaturan sistem di bumi semakin melaju cepat, menuju suatu produk akhir, yaitu akhir waktu, dalam kondisi yang bukan damai tenteram melainkan menyengsarakan.

Betul, akhir waktu pasti akan tertuju. Bagai sebuah reaksi kimia, maka dalam setiap tahapan reaksinya, alur kesetimbangan kimia di dalamnya harus dijaga.

Sehingga Entropi yang terjadi dalam sistem reaksi kimia itu, menghasilkan suatu produk akhir sesuai yang diharapkan, khususnya yang bermanfaat keberadaannya bagi alam lingkungan.

Kiranya manusia sebagai bagian siklus energi dalam sistem di bumi, seyogyanya berupaya pula agar Entropi yang terjadi dalam cakupan bumi beserta isinya terkelola sistem yang berimbang.

Agar manusia bakal mencapai produk akhir, berupa dijumpainya sang akhir waktu, dalam kondisi yang jauh lebih tenteram, damai dan nyaman.



Padahal, langkah itu semua adalah strategi pengecohan…

Titik Balik Perang Pasifik Melalui Strategi Pengecohan

Midway, sebuah karya sinema yang berkisah epik berdasar kisah nyata atas peristiwa perebutan sebuah pulau strategis di tengah samudra Pasifik, sebagai bagian kobaran Perang Dunia ke-2 antara Amerika dengan Jepang menjelang pertengahan tahun 1942.

Dibanding karya sinema serupa sebelumnya yakni The Battle of Midway buatan tahun 1942, yang dirilis sekaligus sebagai propaganda bagi anak-anak muda calon sukarelawan perang, termasuk buatannya tahun 1976 yang dikemas dalam corak Amerika sebagai pemenang perang, maka film ini lebih bertutur pada detail penjelasan sejarahnya.

Misal bagaimana angkatan laut Amerika belajar atas kegagalan tim intelijennya dalam memecahkan sandi-sandi Jepang atas ancaman serang Pearl Harbor tanggal 7 Desember 1941.

Disisi lain Jepang terlena atas keberhasilannya serang Pearl Harbor dan terlalu percaya diri dgn hanya mengirimkan 3 kapal induk; Kaga, Akagi dan Soryu, untuk merebut pulau Atol di tengah samudra Pasifik itu yang oleh karenanya dinamakan Midway.

Sementara beberapa kapal induk Jepang lainnya dikirim ke wilayah lain di Samudera Pasifik, yakni Coral Sea, yang disangka jauh lebih strategis dibanding Atol Midway oleh angkatan laut Jepang.

Letak Atol Midway di tengah Samudera Pasifik

Benar, serdadu dan perwira laut dan udara Jepang kaget bukan kepalang saat menyadari bahwa angkatan perang laut dan udara Amerika, meski kalah jumlah akibat belum pulihnya setelah serang Pearl Harbor beberapa bulan sebelumnya, mampu memorakporandakan kedigdayaan jumlah dan kualitas angkatan perang Jepang, di Midway.

Padahal, langkah itu semua adalah strategi pengecohan yang dilakukan oleh angkatan laut Amerika, melalui operasi telik sandi intelijennya, yang dirancang sedemikian rupa, agar angkatan laut Jepang meyakininya.

Juga pengorbanan awak angkatan udara Amerika pimpinan Doolitle saat menyerang daratan Tokyo, adalah strategi agar Jepang sesegera mungkin melakukan serangan balasan dengan segala kemampuannya di samudra Pasifik, namun terjebak dalam pengalihan pilihan sasarannya.

Jepang pun kehilangan momen merebut area Midway yang kemudian jadi pangkalan Marinir Amerika selama perang Pasifik.



…dalam sudut pandang sepihak, yakni Amerika Serikat sebagai sekumpulan sosok yang sepenuhnya protagonis.

Pemenang Perang Penentu Buah Karya Sinema

Perang Pasifik pun perlahan namun pasti berbalik menuju kekalahan Jepang.

Jika angkatan perang Jepang di Pasifik pimpinan Yamamoto tak terpengaruh oleh taktik pengecohan angkatan laut Amerika pimpinan Chester Nimitz waktu itu, yakni dengan fokus habis-habisan merebut pangkalan militer Amerika di pulau Atol Midway, maka mungkin sejarah bakal tertulis lain.

Demikian memang kurang lebih catatan sejarah merangkum epik peperangan Pasifik di area Midway pada kisaran bulan Mei 1942.

Namun demikian, karya film yang dibuat oleh pihak pemenang perang yang merangkul kerjasama pula industri film pesaing sekaligus pernah merasakan pendudukan Jepang selama Perang Dunia ke-2 ini, dalam sudut pandang sepihak, yakni Amerika Serikat sebagai sekumpulan sosok yang sepenuhnya protagonis.

Cuplikan poster Midway (2019)

Kenyataan bahwa semangat juang armada laut dan udara Jepang dalam laga Midway, seperti aksi Kamikaze yang membuat getir setiap serdadu laut Amerika Serikat, tak digambarkan.

Termasuk detail operasi telik sandi intelijen yang berliku, sebagai strategi memicu kemarahan musuh yang justru bakal merugikannya, juga lolos dari alur cerita. Mungkin taktik seperti ini masih dirahasiakan bagi pemirsa, yang adalah masyarakat awam.

Selebihnya, dalam film ini adalah hingar bingar aksi laga yang bakal menuai pujian kepahlawanan akan sosok-sosok yang nyata tertulis dalam sejarah.



…banyak kejadian memilukan saat proses beralihnya bentuk energi saat peperangan terjadi.

Ketekunan Menuai Kebangkitan dari Keterpurukan

Dalam sejarah Perang Dunia ke-2 itu sendiri, jika dikaitkan dengan Entropi dalam sistem bumi, maka pertikaian antar golongan manusia dengan alasan apa pun, menunjukkan bahwa tingkat ketidakberaturan sistem di bumi turut memengaruhi sebagai salah satu penyebabnya.

Betapa tidak, saat itu jumlah manusia tak setimbang dengan kelimpahan alam di bumi, yang lalu dengan alasan kebangsaan beberapa negara saling berebut wilayah.

Peperangan juga menjadi contoh sebagai bagian dari tahapan reaksi dalam sistem siklus energi di bumi dalam produk akhir yang menyengsarakan. Dengan alasan apapun agar perang diizinkan, faktanya banyak kejadian memilukan saat proses beralihnya bentuk energi saat peperangan terjadi.

Tentunya menjadi renungan menarik, apabila dalam konteks berpartisipasi menjaga kesetimbangan proses dalam sistem siklus energi di bumi, meski Entropi bakal tetap terjadi, maka beralihnya bentuk energi sebisa mungkin adalah kejadian yang jauh lebih bermanfaat bagi makhluk di bumi.

Akan halnya bangsa Jepang, akankah begitu terpuruk setelah peperangan dimenangkan oleh pesaingnya? Ternyata sama sekali tidak. Alam tetap menjaga keberimbangan sistem siklus energi di bumi.

Buktinya, Jepang hingga saat ini masih efektif, berkat jalan sejarahnya sejak ribuan tahun lalu beserta iklim cuaca dan luasan serta struktur geologi bumi yang kurang bersahabat sebagai tempat orang-orang Jepang berpijak, justru bangkit dari keterpurukannya dalam Perang Dunia ke-2.

Mulai dari sains nano molekuler, teknologi automotif, smelting dan piranti informatika hingga ilmu manajemen, maka Jepang masih menginspirasi dunia, bahkan menjuarainya.

Contoh, berkat pengembangan ilmu pengetahuan yang turut didukung oleh karakter tekun dan disiplin sebagian besar orang Jepang, seperti dalam produk piranti informatika, apa pun nama merk, maka layar sentuh piranti tersebut tetaplah buatan Jepang. Setidaknya royalti akan hak cipta, yang membuat ekonomi Jepang sebagai satu negara maju di dunia, menjadi tersangga,

Mengapa demikian? Karena sains dan teknologi pengolahan mineral langka di bumi saat ini, adalah bangsa Jepang yang menguasai. Jelas mereka, tak bakal mau tersaingi.

Alam rupanya masih bijak dengan memberi kesempatan bagi bangsa Jepang agar bertahan dan bangkit dari keterpurukan, yang dengan kemampuan serta karakter uniknya, telah menjadi bagian dari penjaga keseimbangan sistem siklus energi di bumi, agar lebih lama lestari.

Banzai.