Hii sobat , kalian pernah ga sih memutuskan sesuatu komitmen yang sangat besar tetapi takut untuk melakukan itu, ada beberapa persoalan yang memerlukan komitmen besar salah satu diantaranya yaitu gap year atau bisa disebut juga mengambil jeda satu tahun sebelum memasuki jenjang universitas.
Pada taun 1960-an di negara paman sam itu memulai konsep jeda, untuk memperluas wawasan, ilmu,dan menambah pengalaman di dunia nyata. Konsep yang dipublikasikan ini semakin terkenal di kalangan siswa, negara, bahkan di dunia.
Dulu memang orang menganggap gap year itu hal yang memalukan, kegagalan, beban keluarga dengan kata-kata seperti “ga lolos ptn ya “, “bodoh banget si masa gitu aja gabisa”? tetapi sekarang mulai banyaknya anak yang gap year dan mindset dari mereka sudah berbeda banyak anak yang memulai membuka mindset mereka untuk selalu melakukan hal yang terbaik demi mengejar cita-cita, meskipun waktunya tidak harus detik itu.
Aku salah satu anak yang memutuskan akan hal itu, yap aku seorang siswa yang pernah gap year, dimulai saat duduk di bangku SMA aku sudah menargetkan diriku harus lolos jalur SNMPTN dari situ aku selalu sungguh-sungguh dalam belajar, mengerjakan tugas, mengikuti lomba dan melakukan kegiatan yang nantinya mendukung aku untuk lolos di jalur SNMPTN.
Hingga pada akhirnya ketika dirilis pengumuman siswa eligible (siswa yang berhak untuk daftar SNMPTN) namaku tertera di sana. Sangat senang tentu, karena dari awal aku ingin menjadi dokter maka jurusan yang aku pilih yaitu Pendidikan Dokter di Universitas Jenderal Soedirman.
Ketika memilih jurusan tersebut banyak orang yang berekspektasi bahwasanya nilai yang ku peroleh memenuhi, tetapi nyatanya tidak. Untuk itu aku harus berjuang di jalur selanjutnya yaitu SBMPTN, mulai dari pagi, siang, malam kegiatan yang ku lakukan hanya belajar dan latihan soal sampai pada waktu tes tiba aku mengerjakan dengan tenang dan percaya diri.
Sampai saatnya masa pengumuman tiba, ternyata jurusan impianku tidak bisa kudapatkan lagi, aku hanya bisa menangis dan menyesali semuanya. Benar kata pepatah “jika gagal masuk kedokteran maka nangisnya 7 hari tapi ketika berhasil masuk maka nangisnya bisa 7 tahun” Aku tidak menyerah begitu saja, setelah itu aku mengikuti ujian mandiri perguruan tinggi negeri tetapi tetap saja tidak lolos.
Aku bingung dan frustrasi harus kuliah di mana, merasa sendirian, merasa gagal semua hal yang ku perjuangan, tetapi akhirnya dengan besar hati dan keikhlasan serta pertimbangan diri aku memutuskan untuk gap year Aku pergi dari Jawa barat ke Jawa Timur untuk menimba ilmu dan mengisi waktu gap yearku dengan mengikuti bimbel, membantu usaha bude, menemani nenek dan kakek di sana.
Ketika di tempat bimbel tersebut aku bertemu dengan banyak teman yang senasib dan sepenanggungan jadi aku terlihat senang karena banyak teman untuk diajak berjuang bersama-sama. Pada saatnya SBMPTN tahun berikutnya, aku sudah lebih siap dari pada tahun lalu dan lebih yakin. Serta jurusan yang aku mau tetap sama dengan tahun lalu.
Ketika dibuka ternyata aku tidak lolos lagi hatiku rasanya sangat hancur dan trauma, karena hal ini sudah disiapkan dengan matang tetapi tetap saja takdir Tuhan tidak bisa dirubah , dengan penuh air mata aku mencari pendaftaran jalur mandiri universitas negeri, dan aku mendaftar di Universitas Sebelas Maret tetapi dengan jurusan berbeda, dengan SPI paling rendah dan daftar menggunakan nilai UTBK ternyata aku dinyatakan lolos, selesai sudah masa perjuangan gap year ku.
Banyak pelajaran hidup, moral pengalaman yang sangat membekas untuk diriku dan sekarang sudah terbiasa menghadapi masalah setelahnya, mungkin pada saat awal awal ngerasa sendirian tetapi dengan perlahan menjalani masa-masa tersebut, mulai terbiasa akan hal itu dan sedikit demi sedikit banyak orang di sekitar yang peduli akan adanya gap year.
Setiap keputusan yang kita ambil pasti sudah ditakdirkan setiap langkahnya, menjalani dengan keikhlasan dan usaha yang kuat merupakan kunci dari ketenangan ketika kita menjalani keputusan itu.
Menurut survei terhadap beberapa alumni yang menjalani gap year , siswa yang mengambil jeda satu tahun akan tumbuh dari pengalaman mereka, memiliki keterampilan diri yang lebih matang dan berusaha untuk selalu melakukan hal dengan sungguh-sungguh.
Okei sobat.. dari pengalaman yang sudah aku ceritakan tadi banyak dampaknya untuk diriku sendiri seperti, lebih banyak waktu untuk mengenal diri sendiri, mengembangkan skil baru, melatih emosional diri, dan tentunya waktu belajar lebih maksimal dan lebih lama.
So, buat kalian yang sudah berani mengambil keputusan untuk gap year kalian hebat, kalian keren, manfaatkan waktu kalian dengan semaksimal mungkin dan percaya bahwa setiap usaha baik yang kalian tanam pasti itu yang kalian tuai. Jangan malu untuk gap year jalani semua proses itu dengan keikhlasan dan kerja keras yang karena sejatinya kesuksesan itu adalah kegagalan yang tertunda.