…selalu dirundung kemuraman, seolah tiada setitik pun cahaya…
Gelap, muram, kaku, ironis. Demikian kesan pertama mengenal sosok pria bertopeng, berjubah hitam, bagai seekor kelelawar, beraksi tanpa mengenal kompromi, begitu membenci kejahatan.
Perjalanan hidup sang pria kelelawar, menyisakan dendam yang membekas pada relung hatinya yang terdalam. Sejak usia belia, dia menapaki jalan hidupnya sebagai yatim piatu, ditinggal mati kedua orangtuanya yang dibunuh oleh penjahat jalanan.
Dendam membara yang selalu disimpan dalam hatinya menjadi beban tak berkesudahan, membuat pria yang mewarisi kekayaan tak terkira ini, selalu dirundung kemuraman, seolah tiada setitik pun cahaya menerangi setiap jengkal titian kehidupan.
Dalam pendiriannya, pria ini mengenal hanya satu pilihan, basmi semua kebatilan.
…ketika kecemerlangan berpikir terkangkangi oleh kenaifan, bakal menafikan kenyataan…
Ternyata tak gampang. Jalan hidup sepanjang dilalui sejak belia yang dalam benaknya selalu tertanam hanya pilihan benar dan salah semata, membuat pria yang mendapat karunia berupa bakat yang brilian ini, sekaligus memiliki cara berpikir yang begitu naïf.
Kenaifan pria muda kaya raya ini, seringkali membuatnya tak menyadari, bahwa keberadaan kebaikan dan kebatilan, yang ibarat jarum penunjuk timbangan bakal selalu terletak tepat di tengah, justru agar tatanan perikehidupan selalu berjalan seimbang. Sikapnya yang suka bersih laras atas pilihan yang sepenuhnya menjunjung tinggi kebenaran, tanpa kompromi, malah menuai tumbuhnya aksi-aksi batil sebagai penyeimbang.
Betapa, ketika kecemerlangan berpikir terkangkangi oleh kenaifan, bakal menafikan kenyataan bahwa semakin kebatilan ditekan sedemikian rupa demi titian kehidupan agar sepenuhnya berpihak pada kebenaran, maka jalan menuju kerusakan perilaku pun tambah menjadi-jadi.
Menggiring jarum timbangan agar lebih bergeser ke kanan, bahkan sepenuhnya menetap berada di sisi kanan, telah terlanjur menjadi obsesi, yang dari waktu ke waktu turut menoreh banyak luka dalam jiwa pria pemberani ini, lalu menggurat wajah begitu muram, dingin dan kaku.
…titian menuju kebenaran, sering kali hanyalah buah perilaku penuh kepura-puraan.
Adalah orang-orang yang memang terlahir untuk memilih jalan batil, sebagai penyeimbang kebenaran. Mereka yang juga tak kalah brilian dari sang pria kelelawar, namun sepenuhnya memiliki obsesi yang berseberangan.
Bagi orang-orang pemuja kebatilan itu, merekalah sejatinya yang sekumpulan manusia berjiwa bersih sempurna, tanpa pernah berdusta pada diri sendiri dalam menghadapi kenyataan hidup, bahwasanya titian menuju kebenaran, sering kali hanyalah buah perilaku penuh kepura-puraan.
Sikap penuh kepura-puraan dari orang-orang yang seolah meniti jalan kebenaran, menjadi alasan untuk memilih cara merusak, bagi orang-orang pemuja kebatilan. Agar, kehidupan tetap berjalan dengan arah jarum timbangan antara kebaikan dan kebatilan sepenuhnya dalam posisi sangat setimbang.
Suatu pilihan yang tentu menantang cara pikir sang pria kelelawar, yang telah kadung terpatri dalam benaknya bahwa tak ada pilihan lain selain menista cara merusak. Dia tak pernah peduli tentang bagaimana sejatinya dari dulu kala dunia berputar dengan melebihkan banyak orang yang memilih jalan yang merusak.
Sementara, titian menuju kebenaran dari dulu kala sekedar melengkapi cara berpikir banyak orang, agar lebih terpilih sebagai pilihan berperilaku. Memaklumi kenyataan bahwa meniti jalan kebenaran tak bakal pernah mudah, lalu memacu sang pria muda kaya raya pemilik otak brilian sekaligus penyandang pikiran naïf yang akut ini, untuk tak pernah menyerah menghadapi kebatilan, sebagai pilihan hidupnya.
Bagi sang pria kelelawar ini, ironisnya titian menuju kebenaran, hanyalah sekedar tantangan dalam mencapai arti hakiki sebuah kemenangan.
… wajah bertopeng penuh kepura-puraan seolah meniti jalan menuju kebenaran …
Sang pria kelelawar, Batman, demikian lebih dikenal, tak hanya menghadapi sosok misterius pelaku pembunuhan beruntun, yang gemar menebar teka-teki rumit, agar lika-liku perjalanan mengenal siapa sosok yang misterius itu sebenarnya, menjadi lebih tertuntun.
Menghakimi orang-orang yang bersikap bagai wajah bertopeng penuh kepura-puraan seolah meniti jalan menuju kebenaran, adalah tujuan utama sosok misterius itu. Bagi dirinya, sikap tersebut adalah sebuah topeng yang menjijikkan. Sama sekali tak sepadan dengan ungkapan menuju kebenaran, tak pantas menjadi penyeimbang kebatilan.
Tak hanya menghadapi cara-cara batil yang ditebar oleh si pria misterius, Batman juga bergulat dengan himpitan ruang batinnya yang kelam memicu dendam, demi memihak kebenaran, meski memilukan.
Dibalik topeng bagai wajah kelelawar yang selalu ia kenakan, sejatinya Batman menyimpan kesumat akan masa lalu, yang tak berkesudahan. Kata hatinya selalu diliputi bimbang, yang semestinya tak berpamrih atas apapun demi meraih kebenaran. Sejatinya, dia adalah sosok pemilik jiwa yang mendustakan pilihannya untuk memerangi kebatilan. Bukan demi kebenaran, melainkan pelampiasan dendam.
Batman, sosok bertopeng penuh kepura-puraan, seolah meniti jalan memihak kebenaran.
Lalu, pilihan antara mengusung kebenaran atau menebar kebatilan pun menjadi dua sisi pandang yang masing-masing menjadi alasan bagi sang pria misterius pun Batman, untuk bersama-sama memilih jalan, yang dinilainya adalah suatu kebenaran.
…menjatuhkan pilihan pada sosok wanita dalam meniti jalan…
Benar pepatah menyebut wanita tercipta dari tulang rusuk pria. Jantung, organ teramat vital manusia, memang terlindungi oleh deretan tulang rusuk. Oleh karenanya, pria, sering kali terlindungi dan terselamatkan oleh wanita.
Tak terkecuali Batman, yang dalam perjalanan hidupnya menghindari terbukanya topeng wajah pun kepura-puraan dalam lubuk hatinya, pada akhirnya menjatuhkan pilihan pada sosok wanita dalam meniti jalan hidup melawan kejahatan.
Gayung bersambut, sang wanita muda juga memiliki kesamaan gejolak batin yang dari waktu ke waktu menumpuk, lalu menuai dendam. Selayaknya Batman, wanita muda yang bertingkah laku bagai seekor kucing betina itu pun mengenakan topeng.
Mereka berdua lalu mengelana kepura-puraan, bersama bertarung mengikis kebatilan. Berdua pula mereka menghadapi kenyataan hidup, bahwa betapa antara kebenaran pun kebatilan, masing-masing memiliki pembelanya yang militan, tanpa berkesudahan.
Kemudian, nilai-nilai yang bakal dipertaruhkan oleh setiap petarung kebenaran dan kebatilan, adalah keteguhan hati atas sebuah pilihan.
…Noir yang bisa menimbulkan rasa tak nyaman di ulu hati…
Sempat mengalami jeda pengambilan gambar sejak awal tahun 2020 dan penundaan penayangan awal pada pertengahan tahun 2021, akhirnya mulai 3 Maret 2022 The Batman diputar sebagai pertunjukan layar lebar, pada bioskop-bioskop di Indonesia.
Sebagai karya sinema bergenre laga pahlawan super, maka The Batman memiliki aura yang sama sekali berbeda dengan karya-karya sebelumnya yang menuturkan sosok yang sama, yakni sang pria kelelawar, Batman.
Tampil lebih muram, gelap dan jauh lebih hitam, mewakili pergumulan batin yang tak mudah bagi pria muda bermasa lalu begitu ironis dan kelam, yang lalu menjatuhkan pilihannya sebagai penista kebatilan.
Lebih bersifat sebagai karya Reboot, yang tak hanya menyajikan tata sinematografi muram, namun juga tata musik yang sangat Noir yang bisa menimbulkan rasa tak nyaman di ulu hati. Ibarat bunyi irama gamelan, maka The Batman dipenuhi alunan melodi bernada rendah, Slendro.
The Batman, menyuguhkan sisi lain tentang pergulatan batin sosok-sosok pembantai kejahatan, yang semata demi hanya melampiaskan bertumpuk dendam yang terjebak. Sosok pria muda bertopeng kelelawar yang tengah mencari jati diri atas masa lalunya yang terkoyak.
Batman dituturkan tak hanya sebagai pria muda yang gelisah, namun juga sebagai sosok yang kemampuannya menyimpan amarah, belum terasah. Oleh karenanya, dia disebut The Batman.
Batman yang masih memiliki awalan The-.
Selamat memirsa, semoga terkesima.