Persoalan keagamaan merupakan persoalan yang memiliki keterkaitan dan hubungan yang erat dengan manusia. Agama pada dasarnya sebagai wadah bagi manusia dan kitab suci sebagai sumber ajaran. Lahirnya agama tentu dikarenakan problematika kehidupan manusia yang begitu kompleks yang pada dasarnya menyebabkan manusia kehilangan orientasi kemanusiaannya.

Di sisi inilah agama hadir sebagai penunjuk jalan yang mengantarkan manusia pada sifat kemanusiaan yang tentu saja dilandasi oleh sumber ajaran yang diyakini kebenarannya yaitu kitab suci.

Secara umum kita ketahui bersama bahwa lahirnya agama sepertti yang disebutkan di atas akibat manusia yang sudah tidak lagi sadar akan sifat dan tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi yang bisa dikatakan bahwa manusia telah kehilangan makna, di mana manusia dihegemoni oleh aspek duniawi yang kecenderungannya diluar dari sifatnya sebagai wakil Tuhan di muka bumi.

Dari penjelasan singkat di atas maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya, substansi dari agama adalah mau membawa manusia pada satu struktur kemasyarakatan yang lebih baik. Dengan kata lain, kehadiran agama merupakan transformasi bagi perubahan sosial.

Agama sebagai transformasi perubahan sosial adalah agama yang membawa spirit kemanusiaan yaitu keluar dari kungkungan kejahatan, dan kezaliman menuju pada suatu struktur kemasyarakatan yang berkeadilan dan sejahtera.

Karena itu jika kita mengatakan dan beranggapan bahwa agama merupakan transformasi bagi perubahan sosial yang di dalamnya membawa spirit kemanusiaan yang diproyeksikan untuk melawan segala bentuk penindasan dan kezaliman yang dilakukan oleh manusia atas manusia lainnya.

Maka sudah seharusnya dan sewajarnya kita sebagai manusia dan sebagai umat yang beragama bersatu menyatukan tekad dan semangat serta mengimplementasikan nilai-nilai keagamaan itu dalam memerangi ketidakadilan, penindasan dan kejahatan-kejahatan lainnya yang memang pada hakikatnya dapat menimbulkan kesenjangan sosial dalam kehiduupan berbangsa dan bernegara saat ini.

Agama dalam perkembangannya telah banyak memberikan kontribusi besar bagi umat manusia mulai dari perubahan sosial sampai pada tingkat peradaban yang gemilang. Akan tetapi kejayaan dimasa lalu tidak berbanding lurus dengan masa kontemporer saat ini. Agama pada masa lalu hadir sebagai pembebas, yang membawa spirit revolusioner dalam sebuah gerakan perubahan.

Di masa sekarang agama hanya dijadikan sebagai alat untuk mempertahankan status quo, agama dijadikan sebagai alasan untuk menindas, dan lebih parahnya lagi agama dijadikan sebagai senjata pemusnah yang pada kenyataannya tidak sedikit menelan korban jiwa dari orang-orang yang tidak berdosa. Seiring perkembangan zaman agama kian bergeser dari semangat pembaharuannya akibat dari ulah manusia.

Di sini kita seolah-olah menyalahkan agama dan menganggap agama sebagai sumber kekerasan, penindasan, eksploitasi dan lainnya. Padahal sebenarnya yang menyebabkan agama bergeser dari semangat pembaharuan, semangat kemanusiaan adalah manusia itu sendiri.

Hal ini dikarenakan kurangnya penghayatan atas makna terdalam dari agama sehingga menimbulkan fanatisisme yang membutakan yang pada akhirnya memunculkan sikap intoleran antarumat beragama dan manusia secara keseluruhan.

Berangkat dari berbagai persoalan di atas yang dilakukan oleh manusia dalam melakukan kejahatan menjadikan agama sebagai simbol gerakan, tentu akan memiliki dampak yang sangat besar bagi keberlangsungan hidup dalam suatu struktur kemasyarakatan, apa lagi dalam struktur kemasyarakatan itu terdapat berbagai aliran kepercayaan.

Dampak-dampak yang dihasilkan itu berupa, berkurangnya kepercayaaan masyarakat terhadap agama, serta memunculkan sikap saling curiga antar umat beragama terlebih lagi bagi suatu komunitas masyarakat yang menjadi korban dari  kejahatan itu.

Di awal kita mengatakan agama sebagai transformasi bagi perubahan sosial yang di dalamnya membawa spirit kemanusiaan. Maka di sini ingin disampaikan bahwa agama tidak hanya membawa spirit kemanusiaan akan tetapi ia lebih dari pada itu yaitu membawa spirit ketuhanan.

Dalam Islam tentu kita pernah mendengar Isra’ Mi’raj, perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad saw dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha dan dari Masjid Al-Aqsha ke Sidrah Al-Muntaha. Secara tersirat makna yang terdapat dalam Isra’Mi’raj adalah hubungan horizontal dan hubungan vertikal di mana hubungan itu tergambarkan dalam perjalanan Nabi dari Masjid Al-Haram ke Masjid Al-Aqsha yang itu bermakna simbol interaksi sosial.

Sementara hubungan vertikal tergambarkan pada perjalanan dari Masjid Al-Aqsha ke Sidrah Al-Muntaha yang memiliki arti sebagai simbol interaksi antara manusia dengan Tuhan. Hal ini tentu secara tidak langsung merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari orang di luar Islam yang menganggap Islam sebagai agama teroris, dan agama yang intoleran.

Ini juga mengartikan bahwa tuduhan-tuduhan dan anggapan kebanyakan masyarakat terhadap Islam keliru. Meskipun  pada kenyataannya ada kelompok-kelompok tertentu yang masih menjadikan Islam sebagai simbol dalam melakukan aksi-aksi teroris, tetap saja itu di luar dari kehendak Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin.

Selain itu perjalanan Isra’ Mi’raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw sebenarnya ingin menyampaikan kepada umat manusia bahwa betapa pentingnya kedua aspek itu dan betapa penting aspek-aspek itu untuk diimplementasikan dalam kehidupan sosial.

Sebab, memang pada kenyataannya, manusia secara esensial memiliki dua unsur sebagaimana yang tergambarkan dalam Isra’ Mi’raj yaitu unsur horizontal dan unsur vertikal yang pada perjalanannya selalu dan saling melengkapi. Unsur horizontal misalnya, menghendaki agar manusia dalam menjalani hidup tidak pernah membeda-bedakan baik dari segi ras, suku, agama, serta status dan kedudukan seseorang.

Akan tetapi menghendaki adanya interaksi sosial yang pada dasarnya ingin mencapai satu hubungan kemasyarakatan yang harmonis dan pengakuan akan eksistensi masing-masing serta pengakuan atas sifat dasar yang dimilikinya sebagai manusia. Selain itu, unsur vertikal juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan unsur horizontal.

Yang dimaksudkan dengan unsur vertikal adalah pemahaman dan penghayatan atas makna terdalam dari agama yang ditujukan untuk menopang unsur horizontal dan yang terpenting adalah materi ataupun muatan keagamaan yang dipahami secara internal dan mendalam terhadap makna dan ajaran dari agama itu sendiri yang orientasinya untuk mengabdi pada Tuhan.

Oleh sebab itu, di penghujung tulisan ini hanya mau menyampaikan bahwa Islam agama kemanusiaan merupakan agama yang menghendaki adanya kehidupan bagi umat manusia agar senantiasa menjalankan kehidupan yang berdasarkan pada nilai-nilai agama dan kemanusiaan tanpa harus membedakan antara satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, sebagai puncak tertinggi dari agama adalah pengejewantahan diri kita untuk mengabdi pada Tuhan.