Pada hari Minggu, 13 November 2022, Indonesia kembali menerima estafet kepemimpinan menjadi ketua ASEAN pada tahun 2023. Penyerahan palu secara simbolis dari Perdana Menteri Kamboja Hun Sen kepada Presiden Joko Widodo berlangsung di Hotel Sokha Phnom Penh pada Upacara Penutupan KTT ke-40 dan ke-41 serta KTT terkait lainnya.
Dalam beberapa dekade terakhir, dinamika Asia Tenggara sedang mengalami transformasi. Terdapat banyak isu kawasan yang hingga saat ini belum terselesaikan. Sebagai ketua ASEAN 2023, setidaknya ada tiga isu besar yang akan dihadapi Indonesia, antara lain :
1. Konflik di Myanmar
Tantangan mendesak pertama adalah konflik kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar.
Setelah junta militer Myanmar menggulingkan pemerintah sipil dalam kudeta dan mengambil alih kekuasaan pada Februari 2021, protes berlanjut di seluruh negeri, tetapi mereka ditindas oleh militer. Sejauh ini, ratusan warga sipil telah tewas di tangan militer.
Seruan untuk mengakhiri kekerasan dan dorongan untuk membangun kembali pemerintahan demokratis di Myanmar meningkat setelah junta militer mengeksekusi empat aktivis pro-demokrasi di negara itu. ASEAN yang saat ini diketuai oleh Kamboja, menanggapi eksekusi tersebut hanya dalam bentuk kecaman dan kekecewaan.
Hal ini membuat ASEAN menjadi sasaran kritik dari negara-negara lain di luar kawasan, termasuk Amerika Serikat karena sikapnya yang bimbang terhadap Myanmar.
Hingga sekarang ini, banyak dukungan internasional belum bisa membantu kekuatan sipil di Myanmar untuk mengembalikan Myanmar ke jalur demokrasi.
Sebagai ketua ASEAN tahun 2023, diharapkan Indonesia lebih bisa menekan Myanmar untuk mematuhi Piagam ASEAN atau ASEAN Charter yang salah satu prinsip utamanya adalah penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia.
Akan tetapi, diharapkan langkah yang dilakukan Indonesia tidak mencederai prinsip ASEAN yang lain, yaitu prinsip non intervensi terhadap urusan internal negara anggota ASEAN.
Indonesia bisa mengikuti tindakan yang dilakukan Brunei Darussalam saat menjadi ketua ASEAN 2021. Brunei Darussalam mengucilkan Myanmar ari lingkup ASEAN dengan tidak mengundang junta militer Myanmar dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Keputusan tersebut dinilai sebagai keputusan yang tepat sehingga Indonesia dapat melalukan tindakan serupa.
Jika konflik tersebut semakin memakan korban jiwa lebih banyak, Indonesia bisa mempengaruhi negara anggota Indonesia lainnya untuk mempertimbangkan pembekuan sementara keanggotaan Myanmar di ASEAN dengan dalih bahwa Myanmar telah melanggar Piagam ASEAN.
2. Masuknya Timor Leste ke ASEAN
Tantangan Indonesia selanjutnya adalah resminya Timor Leste masuk ke dalam ASEAN sebagai anggota. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023 dalam mengambil sikap.
Pertama, Indonesia harus mempertimbangkan adanya resistensi negara anggota ASEAN lain saat Timor Leste bergabung. Anggota ASEAN yang paling keras menolak adalah Singapura karena Timor Leste dinilai kemampuan ekonominya belum mencukupi.
Dapat dilihat dari pertumbuhan PDB-nya yang kurang menjanjikan. Bahkan pada tahun 2018 dan 2019 sempat mengalami pertumbuhan minus. Hal tersebut membuat Singapura dan Laos memiliki pandangan bahwa Timor Leste hanya akan menambah beban ASEAN.
Kedua, Indonesia perlu mempertimbangkan masuknya Timor Leste akan berkontribusi positif atau justru akan menghambat kesamaan identitas di ASEAN atau yang disebut ASEAN Common Identity.
Hal tersebut karena kesamaan dianggap penting oleh anggota ASEAN untuk mengakomodasi kepentingan secara keseluruhan, menyatukan segala bentuk perbedaan, dan mendorong, menumbuhkan, mengarahkan gerak serta langkah ASEAN ke depannya.
Bahasa, latar belakang kesukuan, ras, agama, dan budaya Timor Leste relatif berbeda dengan negara anggota ASEAN yang lain. Tidak menutup kemungkinan jika hal tersebut justru akan mempersulit ASEAN dalam membangun kesamaan identitas.
Ketiga, dilihat dari geografis Timor Leste dapat dinilai bahwa belum mempunyai daya tawar yang dapat membantu ASEAN mempererat kerja sama dengan kawasan Pasifik Selatan karena kerja sama yang minim yang dilakukan Timor Leste dengan kawasan Pasifik Selatan.
Dapat dilihat dari Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta yang secara terbuka mengatakan akan memperkuat kerja sama dengan China. Hal ini membuat hubungan yang kurang baik antara Australia dengan Timor Leste.
Dari beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh Indonesia, resminya Timor Leste bergabung dengan ASEAN dinilai belum memiliki Potensi maupun dampak positif yang signifikan bagi ASEAN.
3. Adanya Dampak Potensi Konflik China-AS
Selain tantangan dari internal ASEAN, sebagai ketua ASEAN 2023, Indonesia dihadapkan dengan potensi konflik keamanan yang melibatkan China dan AS.
Adanya kunjungan Ketua Parlemen AS, Nancy Pelosi ke Taiwan memantik kemarahan China terhadap AS. China berpandangan bahwa kunjungan ketua parlemen AS tersebut adalah bentuk dukungan AS terhadap kebebasan Taiwan dari pengaruh China.
Jika hal itu menimbulkan konflik, maka kawasan Asia Tenggara akan terkena dampaknya. Perairan adalah wilayah yang paling memungkinkan terkena dampak konflik yang juga merupakan jalur perdagangan negara ASEAN dengan mitranya, yaitu seperti Jepang dan Korea Selatan.