Berbicara tentang Ikhwan al-Shafa', mungkin yang pertama kali terbesit dalam pikiran kita itu ialah bahwasanya Ikhwan al-Shafa' ini merupakan salah satu tokoh pemikir Islam. Namun nyatanya bukan. Karena  Ikhwan al-Shafa' ini sebenarnya merupakan kelompok rahasia para pemikir Islam. 

Ikhwan al-Shafa ini merupakan nama kelompok pemikir Islam rahasia atau Filosofi Relegius yang  berasal dari sekte Syiah Ismailiyah yang telah lahir sekitar abad ke-4 H atau 10 M di tengah-tengah komunitas Sunni di Bashrah.

Namun ada pendapat lain juga yang mengatakan bahwasanya Ikhwan al-Shafa' ini diperkirakan muncul di Bashrah pada masa Bani Buwaih pada abad ke 10, yakni ketika pemerintahan Islam di Baghdad mengalami perpecahan yang ditandai oleh
lahirnya dinasti-dinasti kecil yang independen

Ikhwan al-Shafa' ini berbeda dengan filosof lainnya. Kenapa? karena filosof lainnya seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, al-Ghazali muncul sebagai the single figure atau mereka muncul sebagai diri mereka sendiri. Sedangkan Ikhwan al-Shafa' ini muncul dalam bentuk kelompok yang menyatukan berbagai figur-figur filosof, dengan latar-belakang dan keahliannya dalam filosaintifik.

Asal Usul Munculnya Ikhwan al-Shafa'

Mengenai asal usul munculnya Ikhwan al-Shafa' ini, banyak spekulasi pendapat, karena sifat organisasi dan pergerakannya itu bersifat laten (tersembunyi atau terpendam). Kelompok ini ditandai sebagai kelompok rahasia yang beranggotakan para ilmuwan yang memiliki pemikiran yang bercorak keagamaan, politik, dan filosofis.

Ikhwan al-Shafa' ini terbentuk dikarenakan adanya para ilmuwan yang mempertahankan semangatnya dalam berfilsafat khususnya dalam pemikiran rasional pada umumnya. 

Namun ada juga yang berpendapat bahwasanya munculnya Ikhwan al-Shafa' ini sulit dipastikan, apakah dia politikus, keagamaan ataukah filsafat. Ada pula yang menyatakan bahwa Ikhwan al-Shafa ini adalah sempalan Syiah Ismailiyah dalam
persoalan politik dan keagamaan yang telah begitu jauh terlibat paham politik rahasia. 

Pandangan lain pun ada juga yang menyebutkan bahwasanya Ikhwan al-Shafa' ini adalah penerus kamu Mu'tazilah, yang bertujuan untuk merukunkan kembali ilmu pengetahuan dan agama, serta menyalaraskan hukum Islam dengan filsafat Yunani. 

Kerahasiaan kelompok ini juga menamakan dirinya sebagai khulan al-wafa', ahl al-Adl dan  Abna al-Hamd. Nama-nama ini baru muncul ketika setelah berkuasanya Dinasti Buwaihi, yang juga berpaham Syiah di kota Baghdad pada tahun sekita 983 M. Kerahasiannya ini kemungkinan dipengaruhi oleh paham taqiyah atau menyembunyikan keyakinannya. 

Ikhwan al-Shafa'

Ikhwan al-Shafa ini lebih ingin mensucikan syariat Islam yang dianggapnya telah tercemar oleh ajaran-ajaran di luar Islam, dan untuk membangkitkan pula kembali rasa cinta ilmu pengetahuan  kalangan umat Islam. Untuk tujuan itu dibutuhkan filsafat. Maka, Ikhwan al-Shafa mempelajari filsafat Yunani, Persia, India dan lain-lain, kemudian dipadukan dengan agama. 

Lahirnya Ikhwan al-Shafa' ini ingin menyelamatkan masyarakat dan mendekatkannya terhadap jalan kebahagiaan yang diridhai oleh Allah SWT. Menurut mereka, syariat ini telah ternodai bermacam-macam kejahilian dan dilumuri berbagai ragam kesesatan. 

Tokoh terkemuka sebagai salah satu pelopor organisasi ini ialah Ahmad ibnu Abd Allah, Abu Sulaimaan Muhammad Ibnu Nashr Al-Busti yang terkenal dengn sebutan nama al-Muqaddasi, Zaaid ibnu Rifa'ah dan Abu Al-Hasan Ali ibnu Harun Al-Zanjany.

Menurut Khalil Al-Jarr dan Hana Al-Fakhury bahwasanya nama dari Ikhwan al-Shafa' ini diekspresikan dari Kisah Merpati dlam cerita Kalilat wa Dumnat yang langsung diterjemahkan oleh Ibnu Muqaffa. Peryataan ini dapaat diterima, namun penjelasannya yang bersangkutan tentang hal ini tidak ditemukan. 

Dalam memperluas gerakannya, Ikhwan al-Shafa' ini mengirimkan salah satu penduduknya ke kota-kota tertentu untuk membentuk cabang dan mengajak siap saja yang berminat pada keilmuan dan kebenaran. Adapun Empat tingkatan anggotanya tersebut, sebagai berikut :

  • Ikhwan al-Abrar al-Rumaha, merupakan kelompok yang berusia sekita 15-30 tahun. Dalam hal ini mereka berstatus murid.
  • Ikhwan a;-Akhyar wa al-Fudhala, merupakan kelompok yang berusia 30-40 tahun. Dalam tingkat ini sudah mampu menjaga persaudaraan.
  • Ikhwan al-Fudhala al-Kiram, merupakan kelompok yang berusia 40-50 tahun. Dalam tingkatan ini kedudukannya sudah bisa disetarakan dengan sultan atau hakim.
  • Al-Kamal, merupkan kelo,pok yang berusia 50 tahun ke atas. Dalam hal ini mereka sudah mampu memahami hakikat-hakikat sesuatu baik itu yang benar maupun yang salah. 


Pokok-pokok Pemikiran Ikhwan al-Shafa'

Pemikiran kelompok ini cukup begitu luas dan berasal dari berbagai sumber yang sangat beragam. Pemikirannya bisa menembus batasan Promordial kesektarian atau mazhab, keagamaan dan kebangsaan. Ikhwan al-Shafa ini menyebut dirinya
sebagai pembawa the primordial tradition dan  philosophy of perennis  oleh Suhrawardi yang disebut sebagai al-Hikmat dan al-Laduniyah.

Disini kelompok ini mengaku sebagai pengikut Phitagorean dan Nichomacus, terutama dalam penggunaan bilangan sebagai kunci bagaimana memahami alam, dan interpretasi simbolik dan metafisik terhadap aritmatika dan geometri. Ikhwan al-Shafa menyamakan Phitagorean dan Harranian, yang dengan keduanya Ikhwan al-Shafa memiliki banyak persamaan. 

Selain itu, pemikiran Ikhwan al-Shafa' ini memperkuat dasar ilmiah bagi ilmuan
muslim, yang setara dengan penguatan dasar filosofis dengan berbagai pemikiran ilmiah. Ilmu pengetahuan sebagaimana yang dikenal dalam sejarahnya, berasal dari pemikiran filsafat, dan karenanya filsafat disebut sebagai the mother of sciencess.