Manusia, tercipta memiliki anugerah akal dan budi pekerti, lalu mendapat amanah untuk menghuni dan memuliakan Bumi, adalah keasyikan tersendiri.
Menjadi semakin asyik dan menarik, dengan turunnya banyak hikmah, sebagai bagian dari berjalannya sejarah, yang bisa memperkaya wawasan pengetahuan bagi manusia yang terajak untuk tertarik memikirkannya, guna menjawab sedikit pun banyak ketidaktahuan, yang sering kali muncul dalam setiap titian langkah menuju masa depan.
Hikmah bisa terpetik dari kejadian atas alam, dalam wujud banyak fenomena. Memang, tak pernah langsung mudah memahami apa yang sebenarnya terjadi atas fenomena alam, agar menuai ilmu pengetahuan.
Oleh karenanya, manusia perlu membekali diri agar lebih mudah memahami makna banyak fenomena alami yang tersemat pesan-pesan Ilahi, dalam wujud mengaji pun mengkaji isi kitab suci, serta memaknai teladan orang-orang suci.
Berikut, sekelumit telaahan atas apa yang menjadi fenomena alam akhir-akhir ini, yang berujung pada penyadaran bahwa, apa-apa saja yang bakal terjadi, berpulang pada niatan manusia untuk saling memuliakan sesamanya serta alam lingkungan hidup dalam Bumi.
Ajakan untuk berperilaku mulia pun telah bolak-balik digarisbawahi, sebagai pokok ajakan terpenting bagi manusia, baik dalam petikan Kalam-Kalam Ilahi maupun teladan hidup para rasul dan nabi.
"...atmosfirnya mendadak berubah menjadi gas beracun, disebabkan kerusakan lingkungan hidup."
Tata Planet Sejajar
Ada fenomena langka dalam sistem Tata Surya tempat beberapa planet beredar di dalamnya, pada Jum’at 24 Juni 2022.
Lima planet dalam Tata Surya, yakni Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus berada dalam posisi sejajar dan sebagian di antaranya, si 'bintang' timur Venus dan si noktah kemerahan Mars, bisa tampak jelas menggunakan mata telanjang, bila cuaca tak mendung pada pagi hari, menjelang saat-saat matahari terbit, syuruq.
Kiranya, fenomena langka ini bisa menjadi bayangan atas kejadian jutaan tahun lalu ketika planet Mars menjelang berubah merah, karena atmosfirnya mendadak berubah menjadi gas beracun, disebabkan kerusakan lingkungan hidup.
Penghuni Mars pun boyong ke sebuah planet yang tampak ramah dan biru, saat berada pada lintasan orbit sejajar dengan Mars yang tengah sekarat.
Bumi adalah anugerah alam semesta.
Penampakan Bumi yang biru, tak lain adalah prisma-prisma kecil dari uap air yang menyelimuti atmosfir Bumi, yang lalu membiaskan warna tampak, yang memiliki panjang gelombang rendah, namun frekuensi dan energi foton yang tinggi, biru.
Betapa kemudian terbukti bahwa uap air dalam atmosfir Bumi, adalah pelindung bagi semua makhluk hidup yang tinggal di dalam Bumi.
Siklus hujan yang mengubah air laut menjadi air tawar yang bermanfaat agar dataran Bumi menjadi hamparan tanah subur bagi aneka tanaman, adalah satu siklus jenius, yang ada di Bumi.
Bahkan, sang nabi pun terlihat begitu cemas apabila langit begitu mendung dengan gemuruh guntur yang mengguruh. Lalu beliau begitu bersyukur saat hujan telah turun.
Beliau selalu berdoa dan tak ingin langit mendung, kilatan petir dan gemuruh guntur adalah awal dari sebuah azab bagi umat manusia.
Oleh karenanya, wahai Pembaca yang budiman, setiap hujan turun, syukurilah.
Jauhkan sangkaan tak baik akan turunnya hujan, seperti; jalanan jadi macet lah, banjir lah, atap bocor lah, kondangan terlambat lah, ngopi tertunda lah, bioskop misbar bubar lah, konser musik buyar lah, keluar biaya buat bayar pawang hujan lah dan lain-lain, dan sebagainya.
Hujan itu anugerah, tiada pernah salah.
Menjadikan air hujan agar bermanfaat, bukan sebagai masalah, itu bagian berilmu pengetahuan. Terdapat petikan KalamNya yang menyiratkan hujan sebagai sistem siklus jenius ada dalam surah Al-Furqan ayat 48;
"Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira, dekat sebelum kedatangan RahmatNya (berupa hujan), dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih."
Ada ungkapan 'Kami' dalam KalamNya, yang menunjukkan bahwa Dia memiliki sistem.
Hujan dan air, keduanya anugerah bagi seluruh penghuni Bumi. Hindari meniru perilaku seperti penghuni Mars dulu kala, jika memang ada.
Mereka terindikasi tak menghargai sistem alam lingkungan hidup, anugerahNya.
"...sebuah super konduktor, yang terpancang sepanjang antara dua gunung pun menjadi nyata."
Inspirasi Sang Zulkarnain
Fenomena tata planet sejajar bisa menjadi renungan menarik pula, terkait dengan kemungkinan keberadaan makhluk luar angkasa, alien.
Perihal adanya kemungkinan bahwa makhluk yang bukan manusia itu bakal mengunjungi lalu merusak Bumi, maka sejatinya manusia telah mendapat bekal inspirasi ilmu pengetahuan yang tersirat sebagai Kalam Ilahi.
Salah satu KalamNya adalah, sebagaimana petikan beberapa ayat dalam Al Kahfi (18), yakni ayat 83 hingga 99, yang bertutur tentang perjalanan sang Zulkarnain, seorang pria saleh yang mendapat anugerah kelebihan dalam dirinya.
Dalam ayat-ayat tersebut, dikisahkan dalam pengembaraannya di permukaan bumi, Zulkarnain menemui beberapa golongan umat manusia mulai dari yang belum beriman hingga yang lemah membutuhkan pertolongan, karena wilayah tempat tinggal mereka hendak dihancurkan oleh sekelompok makluk bukan manusia, yang pekerjaannya merusak bumi, yakni Ya'juj dan Ma'juj.
Berbekal anugerah atas diri Zulkarnain berupa ilmu pengetahuan, maka dinding terbuat dari besi sebagai pemisah antara manusia lemah yang butuh pertolongan dengan sekumpulan makluk perusak bumi pun dipancang di antara dua gunung.
Tak hanya itu, Zulkarnain meminta agar dinding besi itu dilapisi tembaga.
Zulkarnain pun mampu menyelamatkan sekumpulan manusia dari penzaliman oleh persengkongkolan makluk jahat Ya'juj dan Ma'juj si perusak bumi.
Lebih dari 1.400 tahun kemudian, kisah tentang Zulkarnain dengan dinding campuran logam, metal alloy, antara besi dan tembaga, sebuah super konduktor, yang terpancang sepanjang antara dua gunung pun menjadi nyata.
Berawal dari pengetahuan fisika dasar tentang adanya medan induksi elektromagnet antara dua kutub logam magnet pada awal abad 19, lalu berkembang menjadi senjata denyut elektromagnet, Electomagnetic Pulse atau dikenal sebagai EMP pada awal abad 21.
Tak hanya itu, dalam ayat ke-90 tersurat bahwa Zulkarnain melanjutkan perjalanannya ke wilayah timur, tempat di mana orang-orang yang tinggal di dalamnya tak terlindungi dari paparan cahaya matahari.
Menarik menjadi permenungan betapa, justru sekumpulan orang tertapar bebas cahaya matahari, bukanlah sasaran serangan Ya'juj dan Ma'juj.
Sekali lagi, lebih dari 1400-an tahun kemudian sejak KalamNya tersebut diwahyukan, maka awal abad ke-20 ilmu fisika pun berkembang atas temuan sifat cahaya sebagai foton energi.
Hanya saja, saat ini, tak seperti EMP maka foton masih dalam skala riset pengetahuan, belum menjadi sebuah senjata.
Oleh karenanya, mari hindari penggunaan EMP pun Foton cahaya sebagai senjata pemusnah manusia. Gunakan bila perlu menghadapi makluk-makluk perusak bumi, yang segolongan dengan Ya'juj dan Ma'juj.
Betapa petikan-petikan Kalam Ilahi dalam Kitab Suci, bisa memberi petunjuk agar manusia tetap mampu hidup bertahan dalam kemuliaan bumi hingga akhir waktu nanti.
Bahkan, apabila makluk melata yang ditebar olehNya di antara langit dan bumi, lalu atas kehendakNya singgah ke bumi, maka dalam Kitab Suci pula manusia memperoleh inspirasi agar bisa bertahan hidup dan bumi tetap lestari.
"...meraih keseimbangan antara penerapan sains dan teknologi dengan kelimpahan alam."
Sungai Efrat Pengingat Taubat
“Kiamat tidak akan terjadi sampai sungai Efrat mengering sehingga muncul lah gunung emas. Manusia pun saling bunuh untuk memperebutkannya. Dari setiap 100 orang (yang memperebutkannya), terbunuhlah 99 orang. Setiap orang dari mereka mengatakan; “mudah-mudahan aku-lah orang yang selamat.”.”
Sungai Efrat, sungai terpanjang seasia barat, membelah hingga tiga negeri, yang keberadaannya mengiringi berjalannya sejarah peradaban umat manusia.
Memaknai sabda rasul tersebut, maka dalam konteks ilmu pengetahuan, pemaknaannya masuk dalam ranah berperilaku mengupayakan agar kualitas hidup yang beriman dan bertakwa, tetap berlaku pada saat ini hingga mendatang.
Suatu sustainable development, pengembangan yang berkelanjutan, meraih keseimbangan antara penerapan sains dan teknologi dengan kelimpahan alam. Bukan sebaliknya, yaitu berbuat kerusakan dan menzalimi Bumi.
Sungai besar itu bisa kering, tak lain gara-gara perubahan iklim. Gunung emas tiba-tiba muncul dari sungai yang kering, adalah pesan betapa kerusakan alam lingkungan berawal dari sikap tamak.
Semoga, sabda rasul yang merupakan pengingat tersebut, yang apabila terjadi, maka manusia masih punya kesempatan melakukan pembenahan agar Bumi menjadi lebih lestari. Dalam wujud turunnya al Mahdi, yaitu tumbuhnya gagasan dalam menerapkan suatu sistem dan tatanan berkehidupan yang sama sekali baru bagi manusia.
Suatu sistem berperilaku yang berbeda dengan sebelum-sebelumnya dan membuka kesadaran bagi lebih banyak manusia yang lalu menjadi turut terajak. Hingga, tiupan pertama sangkakala terjadi, yang menjadi pertanda kejadian lebih dahsyat bagi manusia seisi Bumi.
Ketika itu, matahari bergulung-gulung, bulan dan matahari menyatu, gunung-gunung berhamburan, manusia beterbangan bagai laron, tiada lagi tempat berlindung. Lebih dahsyat lagi bagi manusia, karena ketika itu pula pintu taubat telah ditutup.
Maka, mengingat sabda rasul tentang sungai Efrat adalah bermakna ajakan bertaubat, setiap saat.
Betapa, fenomena alam yang terjadi, selalu menarik menjadi bahan pemikiran bagi manusia, agar ilmu pengetahuan senantiasa tertuai, yang bakal bermanfaat bagi manusia sendiri.
Pun, hikmah atas berjalannya sejarah, yang apabila berupa kejadian memilukan bakal menjadi pengingat bagi manusia agar tak mengulangi kejadian yang sama.
Sebaliknya, suatu kejadian yang menuai keteladanan, bisa menjadi pokok hikmah pemerkaya ilmu dan pengetahuan.