Betapa tidak, dari yang tadinya asupan gizi berkategori LossDol…
Zona Hambar
Selama dua minggu lebih setelah menikmati keseruan terkena serangan strok, saya mencoba menikmati aneka masakan yang hanya berbahan sayur-mayur dan beberapa biji-bijian.
Istilah ngetopnya menjadi Vegetarian.
Welcome to the flat zone.
Selamat datang di zona hambar.
Begitu perubahan mindset awal saya semenjak memilih untuk lebih mengutamakan asupan gizi dari sayur, buah dan beberapa biji-bijian.
Betapa tidak, dari yang tadinya asupan gizi berkategori LossDol, lengkap meliputi karbohidrat, vitamin, mineral, protein dan syusyu.
Itu belum tambahan garam, gurihnya santan, sentuhan minyak dalam penggorengan, masakan inapan dan angetan, juga setidaknya taburan micin, yang membuat kemeriahan cita rasa masakan menjadi semakin melimpah ruah, menyenangkan.
Sekarang, tinggal sayuran, buah dan kadang-kadang kacang-kacangan.
…menentukan memori baru dalam ruang berpikir yang seolah tak terbatas…
Memicu Kapasitas Otak
Lidah punya jutaan untaian syaraf yang mengirimkan penginderaan cita rasa ke otak, yang menuai sensasi atas asupan yang dikecapnya.
Otak punya milyaran syaraf dalam sekujur tubuh, yang setiap perintah gerakan anggota tubuh hasilnya akan dikembalikan lagi ke otak melalui untaian syaraf, sebagai sensasi yang terekam.
Sensasi menyenangkan, bakal direkam untuk suatu saat diulang.
Sebaliknya, Sensasi tak menyenangkan, menjadi memori yang disimpan saja, biarkan melekat karena tak bisa terbuang.
Namun hebatnya, karena konon hingga saat ini manusia rata-rata maksimum masih menggunakan 30% kapasitas otak, maka otak juga punya kemampuan beradaptasi, bisa menentukan memori baru dalam ruang berpikir yang seolah tak terbatas, atas terekamnya peluang sensasi baru.
Dalam hal memicu adaptasi otak menerima sensasi baru, maka lidah, juga organ indera lain, adalah pemicu.
…tanaman memiliki jutaan senyawaan pemicu cita rasa yang lengkap…
Kimia Khas Tanaman
Betapa, setelah dua mingguan ini, melalui lidah, jelas lidah saya loh ya, mosok ya punya sapi, maka saya memiliki peluang mengirim sinyal-sinyal sensasi baru ke otak, berupa cita rasa masakan yang keluar dari zona nyaman sebelum-sebelumnya.
Ya, cita rasa yang out of comfort zone, buah reaksi kimia alami dari senyawaan kimia yang terkandung dalam aneka tanaman, Fitokimia.
Pertama mungkin hanya hambar dan gak jelas. Perlahan lidah memicu otak beradaptasi dan ruang kosong berpikir di dalamnya pun menerima sensasi cita rasa baru, yaitu reaksi asupan Fitokimia.
Lama-lama, lidah pun tak hanya memaklumi kehadiran cita rasa baru, namun juga menjadi sensitif, bahwasanya tanaman memiliki jutaan senyawaan pemicu cita rasa yang lengkap, mulai asam, manis, pahit, pedas bahkan gurih dan tentu segar.
Tak hanya itu, setiap sayuran, mampu memicu dikeluarkannya cita rasa yang baru atas koleganya, sayuran yang lain, dalam satu hidangan.
Seporsi Hidangan Sayuran, Salad, yang Kaya Kandungan Fitokimia
Kenapa bisa demikian? Karena kandungan Fitokimia dalam sayuran, buah dan biji kacang-kacangan, mengandung jutaan senyawaan yang bisa bereaksi satu sama lain, saling melengkapi cita rasa masakan yang kita harapkan.
Alkaloid yang hambar namun menjadi penyangga. Flavonoid yang kaya cita rasa. Terpenoid sumber vitamin. Fitosterol yang menuai rasa gurih dan Organo Sulfur pemicu rasa pedas, semriwing, sekaligus berkhasiat sebagai antioksidan.
…pengembaraan terhadap Fitokimia bisa menuai peluang usaha baru, yaitu; …
Reaksi Ajaib Menuai Peluang
Jutaan senyawaan Fitokimia dalam setiap tanaman, lalu menjadi peluang untuk tergali cita rasa yang dikehendaki, tanpa perlu menambahkan jenis sumber asupan yang untuk sementara belum boleh dinikmati.
Misal, menuai cita rasa bakso berkuah.
Oh! Tinggal meracik Mentimun yang jika direbus bisa menuai cita rasa kaldu, lalu ditambah Labu Siam, atau sering disebut Manisah yang gurih, yang jaman dulu menjadi pengganti irisan daging dalam masakan rawon, sama daun Seledri yang menghasilkan cita rasa kuah bakso.
Jadilah racikan bakso Vege tanpa seiris daging pun di dalamnya. Apabila dinilai proteinnya kurang, bisalah bakso Vege itu dicempungin bola-bola tahu.
Terus saos sama sambalnya gimana?
Oh! Tinggal bikin saos sambel dan tomat, langsung dari tomat dan lombok, yang dipetik di kebun belakang rumah.
Kecapnya? Kecapnya? Oh, oh, kecap bisa nempur kecap organik di toko kelontong terdekat. Di hemat-hemat ya, kecap organiknya. Lha njur piye? Larang e.
Sedep juga kok bakso Vege. Atau setidaknya memberi kesempatan bagi sang otak agar beradaptasi memperdalam ruang memorinya.
Atau hidangan Sup Ikan Vege, bisa juga diolah dari racikan Blimbing Wuluh, Brokoli hijau, Jahe dan sekali lagi tahu sebagai ikan-ikanan-nya.
Brokoli dalam kuah panas berpadu dengan Blimbing Wuluh bakal menuai cita rasa ikan. Oleh karenanya perlu diimbangi oleh kehadiran Jahe, biar segar dan tambah hangat.
Lalu tekstur dan protein ikannya darimana? Ya dari Tahu. Makanya, Sup Ikan Vege itu ya Sup Iwak Tahu.
Setidaknya, karena memori Bakso dan Sup Ikan yang beneran sudah terekam, maka boleh lah sambil menikmati Bakso dan Sup Ikan Vege, otak diajak untuk mengurai nostalgia, menjadi bayangan yang menyenangkan.
Aha! Satu lagi, Tempe dan sambal ulek yang serba kukus, sama nasi panas-panas, yang juga hasil mengukus.
Asyik loh, serba kukus. Ngga kalah sama masakan yang dibungkus. Ya, ada masakan dibungkus, pas dibuka, eh isinya semua dikukus.
Jadi begitu Sahabat Qureta yang budiman, sedikit saya berbagi pengalaman.
Betapa limpahan Fitokimia dalam masakan menarik untuk digali, memadukan ilmu Kimia dan kelihaian memasak, sehingga menghasilkan cita rasa olahan Vegetarian yang menawan.
Bahkan, bukan hal yang mustahil, kelak pengembaraan terhadap Fitokimia bisa menuai peluang usaha baru, yaitu; Warung Vege.
‘Hanya memasak tanaman, tanpa daging-dagingan.’ Demikian moto yang ditawarkan.
Lalu, segmen pasar yang dibidik dan calon-calon Pelanggannya, siapa saja?
Ya orang-orang yang memicu meluasnya ruang memori sensasi masakan Vege. Kayak saya.
Jadi, masih penasaran tentang Kimia? Lha hayo sini, saya kasih les privat.