Pandemi Covid-19 masih berlanjut hingga saat ini, berawal dari Wuhan di China pada 31 Desember 2019, dan mulai masuk ke Indonesia pada Maret tahun 2020. Angka kematian karna virus ini diperkirakan mencapai 6 juta jiwa dan akan semakin melonjak, manusia terus berusaha untuk mengalahkan virus Covid-19 dan bertahan hidup di era pandemi yang menyusahkan ini.
Kehendak untuk bertahan hidup tersebut, mengakibatkan manusia menggunakan berbagai macam upaya untuk bisa tetap eksis. Semua itu tak luput dari tanggung jawab dan arahan pemerintah.
Pemerintah turut mengupayakan adanya pembatasan-pembatasan dalam kehidupan sosial masyarakat, batasan tersebut tentunya juga berimbas terhadap jalannya aktivitas masyarakat, terutama dalam bidang perekonomian.
Batasan yang telah ditetapkan oleh pemerintah disebut PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), yang berefek pada turunnya pendapatan usaha hampir di seluruh sektor bidang Indonesia.
PHK massal, harga bahan pokok terus naik, angka pengangguran dan kemsikinan meningkat adalah dampak dari adanya PSBB tersebut. Meskipun sekarang telah diturunkan tingkatnya menjadi PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), namun ekonomi yang telah menurun tersebut masih sulit untuk Kembali bangkit dan berjalan normal seperti sediakala.
Tentu manusia sebagai makhluk hidup yang berakal budi, memiliki insting untuk bertahan hidup dan menguasai dalam situasi sulit ini. Berbagai cara, upaya dan usaha dikerahkan untuk menjaga kestabilan ekonomi masing-masing keluarga atau kelompok masyarakat.
Upaya-upaya tersebut tak jarang merugikan masyarakat luas terutama masyarakat kelas bawah. Salah satunya adalah fenomena pnimbunan minyak goreng yang terjadi beberapa bulan lalu.
Tak mampu dipungkiri, minyak goreng merupakan bahan dasar kebutuhan pangan dunia. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, awalnya harga minyak goreng stabil, namun dipengaruhi oleh pandemi yang menimpa seluruh dunia sebagai factor eksternal, sehingga harga minyak kelapa sawit dunia atau crude palm oil (CPO) mengalami peningkatan.
Sedangkan sebagai faktor internal adalah adanya kecurangan dari oknum tidak bertanggung jawab dengan menimbun minyak goreng demi keuntungan yang lebih banyak lagi.
Arthur Schopenhauer and Will
Manusia pada dasarnya adalah makhluk dengan berbagai jenis keinginan, keinginan yang terus tumbuh dan berkembang seiring dengan bertambahnya manusia. Tidak jarang keinginanlah mengendalikan manusia untuk melakukan berbagai hal. Termasuk hal negative yang dianggap merugikan banyak pihak.
Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf yang berasal dari Jerman, beliau dengan tegas menyatakan bahwa hakikat manusia yang sebenarnya tidak terletak pada rasio atau akal, melainkan pada kehendaknya.
Menurut teori Arthur Schopenhauer keinginan manusia adalah suatu hal yang tak terbatas sedangkan alat pemuasnya terbatas. Keinginan tersebutlah yang membuat manusia memiliki kehendak.
Kehendak secara umum adalah dorongan buta, terus- menerus mendorong tanpa tujuan melewati berbagai taraf realitas. Kehendak dalam manusia berupa kekuatan / dorongan / keinginan untuk hidup abadi, kehendak buta yang tampil dalam bentuk nafsu (buruk) dan naluri.
Kehendak tidak mengenal kata Lelah atau kalah, karena hal itu terjadi tanpa adanya suatu kesadaran, seperti halnya jantung berdetak tanpa adanya kesadaran manusia (Mechanism).
Baginya kehendak tidak hanya menjadi pendorong aktivitas manusia tapi juga menjadi pendorong geraknya alam semesta yang disebut dengan kehendak dunia.
The Greed is Free Will
Kehendak dan hidup ibarat badan dengan bayang-bayangnya, sehingga dapat dikatakan di mana ada kehendak, maka di sana mestilah ada hidup. Bagi Schopenhauer, kehendak adalah kehendak untuk hidup.
Kita pasti sadar bahwa kehendaklah yang mendorong kita untuk bertahan hidup dalam situasi apapun. Kehendak pula yang memberi kita perasaan serakah, iri, dengki dan egois. Seacara negatif hal tersebut akan terus muncul dan berkembang, tidak akan pernah terpuaskan.
Dari sinilah penderitaan sebenarnya muncul. Keinginan yang belum terpenuhi membuat kita merasa tak terpuaskan dan memunculkan keinginan lain untuk dipenuhi. Oleh karena itu, sepanjang kesadaran manusia, kita akan terus terperangkap dan tidak akan pernah mencapai kepuasan, kebahagiaan dan kedamaian yang sesungguhnya.
Kasus kecurangan minyak goreng tersebut termasuk kehendak manusia, di mana ia berusaha untuk memenuhi keinginan yang berbentuk negatif. Ia adalah manusia yang dikendalikan oleh kehendak buta. Kehendak untuk mengambil keuntungan di saat krisis telah melanda yang menyebabkan masyarakat mengalami banyak kerugian.
Kehendak tersebut didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan lebih atau bisa disebut sebagai keserakahan. Tanpa sadar orang tersebut menciptakan penderitaan untuk diri sendiri dan orang lain, tanpa disadari ia telah dikendalikan oleh kehendak butanya.
Human and Will
Lantas bagaimanakah manusia dapat lepas dari jerat kehendak yang menimbulkan keserahakan tersebut? Seperti yang telah penulis sebutkan di sub bab sebelumnya bahwa manusia adalah makhluk yang berakal budi, di mana kita sebagai manusia memiliki pengetahuan.
Ketika pengetahuan dapat berkembang maka manusia akan mampu mencapai sebuah titik yang dinamakan kebijaksanaan. Kebijaksanaan inilah yang dapat kita gunakan untuk memahami sisi keinginan diri sendiri.
Ketika kita mampu untuk memahami diri kita, semakin pula kita mampu untuk melindungi diri kita dari kontrol keinginan dan mampu memegang kontrol pada diri kita sendiri.
Ketika kita dapat mencapai bentuk tertinggi dari pengetahuan yang disebut kejeniusan, di mana berupa pengetahuan yang tidak banyak unsur kehendaknya. Jenius adalah objektivitas yang paling lengkap di mana daya atau kekuatan yang meninggalkan kepentingan diri sendiri, menghapus keinginan dan tujuannya sendiri.
Manusia jenius memiliki kompensasi, kepuasan yang didapat dari segala keindahan seni, hiburan dan antusiasme seniman yang membuatnya lupa akan kesusahan hidup.
Kontemplasi estetis bakat dan seni berdampingan dengan kejeniusan. Kekuatan seni memiliki tujuan untuk mengangkat manusia pada keabadian, terutama tujuan yang dimiliki oleh musik. Musik adalah bentuk tiruan dari kehendak itu sendiri. Musik mempengaruhi perasaan kita secara langsung, tanpa ada medium ide-ide.
Keserakahan adalah bentuk perasaan negative yang diakibatkan oleh kehendak manusia menurut Arthur Schopenhauer. Manusia memang dikendalikan oleh kehendak, namun manusia juga makhluk berakal budi yang mampu mengendalikan kehendak dengan kebijaksaan yang dimilikinya.
Kita sebagai manusia harus mampu mengasah ilmu pengetahuan kita dan memahami keinginan pada diri sendiri untuk lepas dari penderitaan oleh kehendak.
“Kekuatan kemauan, ibarat orang buta yang kuat, yang bisa mengangkat orang bodoh yang bisa melihat.”
Arthur Schopenhauer