Baru-baru ini saya menonton drama Korea yang sedang tinggi ratingnya yaitu A Business Proposal dan Military Prosecutor. Kedua drama Korea tersebut pada saat ini masih on going.
Dalam drama Military Prosecutor episode 4, Jaksa Do Be Man mempertanyakan hasil tes MBTI dari jaksa yang baru saja dipindahkan ke distriknya, Cha Woo In pada rekan-rekan sejawatnya karena kepribadiannya yang misterius dan percaya diri. Saya mengira kepribadiannya adalah INTJ (Introverted Intuitive Thinking Judging, si Ahli Strategi).
Lain halnya pada drama A Business Proposal, percakapan tentang MBTI justru ada pada wawancara episode spesial. Pada tayangan tersebut, terlihat Pembawa Acara menanyakan apakah benar hasil tes MBTI Kang Tae Moo yang serba bisa dan narsis adalah INTP (Introverted Intuitive Thinking Perceiving, si Logis).
Melihat dari fenomena kepopuleran tes MBTI (Myers Briggs Type Indicator) saat ini, tes kepribadian yang awalnya diusung berdasarkan teori Carl Jung tersebut patut kita pelajari lebih lanjut sebagai alat bantu untuk mengenali dan menemukan potensi diri.
Tes ini akan sangat nyambung jika dipadukan dengan hasil pembacaan dari tes bakat lain, sebut saja Talents Mapping Assessment (TMA) dan Strength Typology (ST-30).
Membaca hasil tes kepribadian ini tidak sama dengan membaca Zodiak dalam Astrologi atau kartu tarot karena tidak adanya alat ukur yang relevan. Jika dalam pengelompokan kepribadian menurut Galen ada 4 temperamen (Sanguinis, Melankolis, Koleris, dan Plegmatis), MBTI ini lebih kompleks karena terdiri atas 16 kepribadian.
Ada 4 skala personalitas yang masing-masing dibagi lagi menjadi 2. Hasil tes MBTI digadang-gadang memiliki tingkat keberhasilan sebesar 90%. Bahkan tersedia panduan lengkapnya tentang pilihan karier, partner yang cocok, sampai persentase populasi kepribadian yang ada di dunia.
Sebagai contoh pada awal tes, saya dikategorikan sebagai ISTP (Introverted Sensing Thinking Perceiving, sang Mekanik). Selang beberapa bulan kemudian saya mengisi tes lagi dan ternyata hasilnya berbeda dengan tes pertama. Kali ini saya adalah ISFP (Introverted Sensing Feeling Perceiving, sang Petualang).
Sepintas hasil tes tersebut tidak terlalu jauh berbeda, hanya terpaut satu skala personalitas saja, yaitu berdasarkan penarikan kesimpulan (Thinking dan Feeling). Menurut persentase hasil tes, saya memang berada di tengah-tengah, Thinking dan Feeling masing-masing 49% dan 51%.
Jika disuruh memilih yang mana yang paling sesuai, kepribadian saya lebih cenderung ke hasil tes kedua. ISFP lebih cocok menjadi guru, yang memang pada kenyataannya saya tertarik dan merupakan pelaku dalam dunia pendidikan.
Jika memakai matematika, orang di dunia yang memiliki kepribadian sama seperti saya adalah 8,8% dari 7,9 miliar yaitu sejumlah 695,2 juta jiwa.
ISFP juga saya banget karena berdasarkan hasil pembacaan tes, karakternya sebagian besar ada pada kepribadian saya.
Diantaranya adalah praktis, santai, penuh semangat, peduli terhadap orang lain, butuh ruang sendiri, bekerja sesuai dengan waktunya sendiri, hadir dan menerima masa kini, berkomitmen pada orang atau prinsip yang penting untuk dirinya, tidak suka konflik, siap menjelajahi atau mengalami hal baru. Wah, saya serasa diterawang sama "orang pinter". Pas betul!
Hasil tes kepribadian ini biasanya juga menyertakan kepribadian yang akan cocok dengan karakter kita (partner). ISFP akan sangat klop bila disandingkan dengan ESFJ (Extroverted Sensing Feeling Judging, sang Pengasuh) atau ENFJ (Extroverted Intuitive Feeling Judging, sang Protagonis).
Jika dilihat polanya, sistem pemilihan partner akan dipasangkan berkebalikan dengan karakter dominan kita. Biasanya ada pada karakter yang berdasarkan pemusatan perhatian (E dan I) dan yang berdasarkan pola hidup (J dan P).
Secara teori, Introvert harus bersanding dengan Extrovert agar berimbang. Begitu juga dengan skala personalitas berdasarkan pola hidup, Judging dinilai akan cocok bila dipasangkan dengan Perceiving. Yang satu saklek, yang lain fleksibel. Sedangkan dua skala personalitas lainnya cocok cocok saja dipasangkan dengan kepribadian yang sama atau sebaliknya.
Walaupun ada kemungkinan dalam kurun waktu tertentu jika mengulang tes MBTI bisa saja mendapatkan hasil yang berbeda, kalau kepribadian kita kuat maka hasilnya akan konsisten. Tes kepribadian MBTI bisa kita akses secara gratis di web 16personalities.com. Perubahan pembacaan hasil tes MBTI bisa disebabkan beberapa hal sebagai berikut.
Kurang fokus saat menjawab kuesioner
Pertanyaan pada tes yang menggunakan skala likert dijawab dengan ragu-ragu (tidak tegas)
Barrier bahasa jika membuka web dengan bahasa Inggris
Ingin cepat selesai sehingga menjawab dengan terburu-buru
MBTI, ST-30 ataupun TMA hanyalah perangkat untuk mempermudah mengetahui kepribadian diri sehingga kita akan lebih maksimal dan optimal dalam menjalankan visi dan misi hidup yang diamanahkan oleh sang Khalik. Hal ini sangat sesuai dengan ajaran Islam. Dalam hadist shahih disebutkan bahwasanya "Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya".
Jika kita sudah mengenali diri dengan baik, maka kita akan bisa mengambil peran yang paling sesuai yang akan memberi banyak manfaat bagi sekitar kita.