Selamat untuk harimu
Seluruh dunia merayakan bijaknya cintamu
Pada daun-daun mati jatuh
Tertiup angin usai bersenggama usia
Juga pikiran hati dan istimewa
Tepat jatuh di rerumputan
Menyemai tunas baru
Oh tumbuhlah tumbuh
Meski kita tidak pernah tahu
Tanah mana yang cocok
Ditumbuh tanami kasih
Suatu alamat
Berdiri lama, tetap, dan pongah
Aku berseru :
Takkan kuhentikan jalan semilir angin laju
Apalagi menawar sedetik waktu
Untuk tidak berdetak
Kutuliskan ditingkap jendela
Empat sudut penjuru, bahkan dikeningmu
“Yang datang selamat datang
Yang pulang selamat pulang”
Salam kehormatan, demi kerukunan
Seolah mengulang pesan Sayyidina :
Bermakamlah pada alamat dikau mau
Senangilah berupa angin sejuk
Nyanyian burung-burung
padi yang menguning
Hijau pohon dari sebuah desa
Seperti kota merindukan nafas, dengan
Taman bunga dan pohon rindang.
Si buruk dari gua rupa
Si buruk dari gua rupa
Dengan kemeja kusut dan semerawut luka
Memakai sepatu bekas
Menjajal segalah berantah
Sampai balada kau berada
cukup kumuh Menyiangi miang betung
Juga belukar semak itu
“Aku si buruk dari gua rupa”
Mencari harap di setiap angan
Dari entah sampai ke mana
Menampik segala tiba
Menyulam segala datang
Tidakkah boleh aku masuki palungmu ini?
Aku tahu kau tahu aku
Seperti kau tahu ketahuanku
Tidaklah kurapalkan mantra-mantra
Serta syair sayap-sayap patah
Upayaku menuai
Bak pemulung menampung setitah dua kasih
meminta sesuap dua sayang
Aku sampai
Peribahasa rindu
Peribahasa rinduku
Bagaikan telur diujung tanduk
Meski tak ada gading yang tak retak
Peribahasaku merangkak
Pada tupai yang pandai melompat
Kangguru juga bisa
Sering kali aku diperingati
Air beriak itu menghanyutkan
Air tenang itu menenggelamkan
Tapi rindu, seperti anjing menggonggong
Saat kafilah berlalu
Aih..
Rindu membuat dungu peribahasaku
Ingin saja ku melantunkan sajak :
Hadang segala hadang,
Datang semua datang
Kau semua terjang
Sebilah sakti yang menghunjam tajam
Cukup!
Aku tak berbaja juga tak bersenjata
Saat gempa
Gempa datang semua tengah panik
Gempa adalah guncangan gawat
Hatiku terguncang mendengar hatimu tergoyang
Oleh pria tampan takku kenal
Saat gempa sesaat getarkan semua sekitar
Buramkan semua siasat
Aku di lantai tiga kepasrahan dapat getaran
Lantai satu bergoyang tidak percayaan
Lantai dua bergetar penuh keresahan
Sampai padaku
Supaya cepat selamat, apa aku harus loncat?
Karna telah diperuntukkan
Tangga-tangga kasih
Jenjang-jenjang sayang
Telah ambruk
Pusara di kota seorang
Sudah lama kau ke mana
Mengikuti mata angin yang lelah kau paksa
Berkepusuh pada tanda tanya
Kian sarau diujung ke sana
Dikemelut kotaku yang kumuh
Kau lirik laku keusangan
Mengayunkan belok di simpang tertuju
merangkak pada ruah kau tertempu
Disini kotaku
Kepincangan tertumpu pada lumpuh
Setubuhi geriang hari berlalu
Begitu pikuk kotaku di pelupukmu
Kau bekuk lalu
Siangilah sekalian pun kau bermalam
Tidak pun beralamat
Tidak bisa tidak pernah kau singgahi tidur
Ketakutanku pada harimu berkunjung
Tinggallah pusara di kota seorang
Menunggu pagi
(Bang Aziz)
Menghuni Binuang malamnya panjang
Sepanjang tangan mengeruk saku kering
Diserap tandus dan kemarau musim liburan
Panjang tanganku mengusap dadamu
Tunduk serta malu
Abang Aziz
Kusebut akrab namanya
Saat kuliah dan koridor falsafah
Mendatangi disela hujan
Menampik kenisbian malam
Menghapus tetesan di mungkah kita, kawan
Aku terenyak diam dalam linangan mata
Hujan robohkan bendungan dimatamu
Apa hendak dikata tangan hanya mengelus dada
Mengaku dan malu
Azka kaligrafi
Menyiangi lembaran Terpaut janji tuhan
pada malam pendek
Menjelang tuanya dituai ibu kita kartini
"Habis gelap terbitlah terang"
Dalam kejemuan
Kau angan aku khayal
Malam kesetiaan ku kawini abadi
Dengan mahar seperangkat kopi
Saksi tikar panjang dan lampu penerang
Menyemat laku sampai bayaran harga
Kita ukir nama pernama TUHAN
Biar terus agung dan kita jadi penampung
Rizki selama berkabung
Benarkah ini nasib dari sebuah ulah?
Serupa pelarian Dari bilik kantong kosong
Benarkah perjuangan dari sebuah upaya
Serupa kepasrahan diri
Lari dari gubuk derita
Nida subuh berkumandang
Kita saling tanya, mimpi apa semalam?
Demi apa kita berbuat?
Mari pulang!