Zaman sekarang kemajuan teknologi semakin canggih hal ini membuat terdorongnya seni budaya dalam industri pariwisata mengalami transformasi. Salah satu bentuknya adalah wisata film, sebuah tren yang mana pilihan destinasi wisata terinspirasi dan dimotivasi oleh film. Film sendiri meningkatkan dampak ekonomi juga hubungan antara film dan industri pariwisata.

Kedua hal tersebut tidak hanya memberikan wisatawan kesenangan dan kepuasan, tetapi juga kekayaan spiritual dan pengalaman baru. Banyak masyarakat yang termotivasi untuk mengunjungi tempat yang mereka lihat di layar karena menonton film. 

Selama menonton, masyarakat dimotivasi oleh keinginan untuk bertemu dengan sosok bintang atau untuk mengalami dan mengikuti tradisi suatu tempat dalam cerita film tersebut.

Beberapa tahun terakhir, fenomena wisata film banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Salah satu yang terbesar adalah kunjungannya ke Turki. Produksi drama dari Turki menjadi daya tarik karena selalu menambahkan unsur kebudayaan pada setiap filmnya, seperti gaya busana, makanan khas negara tersebut atau tempat wisata di Turki.

Hal-hal seperti ini dapat membuai penonton sehingga penonton secara tidak langsung menyukai apa yang dilakukan oleh para tokoh dalam drama tersebut. Inilah yang menyebabkan banyak masyarakat Indonesia menyukai budaya Turki, ingin mengunjungi tempat-tempat pengambilan gambar serial film tersebut dan bergaya seperti yang terlihat pada film.

Fenomena film Turki yang berkembang pesat di masyarakat memiliki dampak besar pada eksistensi budaya lokal. Diprediksi demam film Turki akan mengubah budaya lokal kita dengan munculnya budaya baru yang dikatakan sama dengan yang dilakukan dalam drama Korea beberapa tahun lalu, yaitu lebih fleksibel dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Sebuah istilah yang dikenal dengan “Popular Culture” atau lebih dikenal “Pop Culture”, merupakan istilah yang mendapat akses dan dukungan dari penggunaan perangkat berteknologi tinggi ini, sehingga penyebarannya sangat cepat dan telah berdampak serta direspon oleh mayoritas masyarakat.

Dalam industri film memiliki pengaruh yang baik bagi Turki, dikarenakan film tersebut secara tidak langsung dapat mencerminkan keadaan negara tersebut diantaranya, negara Turki yang maju, masyarakat yang ramah, budaya yang beragam, pemandangan alam yang indah akan menarik perhatian penonton dalam mengenal budaya Turki dan menjadi daya tarik wisata bagi penggemar drama Turki.

Perbedaan serial Turki jelas berbeda apabila dibandingkan dengan serial impor lain yang masuk ke Indonesia seperti sebelumnya. Misalnya, ada perbedaan yang substansial dalam tradisi dan budaya drama Korea. Turki merupakan negara yang tertutup secara kebudayaan. 

Menurut  perspektif globalisasi dan liberalisasi, Turki merupakan negara dengan mayoritas masyarakat introvert, yang percaya bahwa Turki adalah segalanya dan tidak tertarik dengan perkembangan budaya populer di luar sana.

Walaupun industri film asing dapat masuk, aspek tradisi dan budaya masyarakat tetap bisa berjalan dengan baik, atau bertahan di tengah arus globalisasi. Sejarah telah dikembangkan sejak sekolah dasar bahwa Turki merupakan negara perang, pekerja keras, dan pernah menguasai setidaknya sepertiga dunia. 

Implikasi dari penanaman nilai-nilai sejarah Republik Turki termasuk ke dalam nasionalisme yang sangat kental dan kuat dalam jiwa masyarakatnya.

Bertepatan dengan Republik Turki yang memiliki keunggulan dari segi lokasinya yang strategis yang membuka pintu masuk baru di pasar global, khususnya pada sektor pariwisata. 

Fakta bahwa mudahnya melakukan perjalanan ke Turki membuktikan bahwa turis asing Eropa juga Asia mengunjungi Turki untuk berkunjung, dikarenakan lokasinya tidak terlalu mahal juga transportasinya mudah bahkan dengan biaya kelas dunia yang ditawarkan Turki.

Fenomena demam film Turki tidak mempengaruhi jumlah wisatawan Indonesia yang datang ke Turki. 

Perkembangan jumlah wisatawan Indonesia yang datang ke Turki meningkat dari tahun 2004 hingga tahun 2014. Pada tahun jumlah wisatawan yang datang ke Turki mencapai 80 juta (6 kali lipat jumlah kunjungan wisatawan ke Indonesia), terutama wisatawan dari Inggris, Jerman dan Belanda. 

Namun jumlah wisatawan Indonesia yang datang ke Turki sepanjang tahun 2015 mengalami penurunan dari 59.486 (2014) menjadi 56.867 (2015).

Diplomasi budaya Turki terhadap Indonesia merupakan semacam upaya persuasi lunak sebagai upaya dalam menunjukkan bagaimana gambaran umum mengenai Turki, karakter dan kepribadian negara serta misi persahabatan yang dibawanya dapat diterima oleh Indonesia. 

Turki sendiri Memiliki potensi pariwisata dan berbagai jenis budaya merupakan peluang bagi Turki yang dapat memiliki nilai devisa tinggi di pasar global dan bagi Indonesia untuk menjadi mitra kerja sama bilateral yang baik di bidang pariwisata.

Meskipun film Turki di Indonesia cukup populer dan dapat meningkatkan minat kunjungan wisata ke Turki. Namun terdapat beberapa faktor lain yang dipertimbangkan untuk berwisata ke Turki, baik faktor internal seperti turunnya daya beli penduduk Indonesia maupun faktor internal seperti faktor perjalanan.

Selain itu, terdapat peringatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri RI yang menjelaskan mengenai faktor eksternal seperti keamanan Turki yang saat ini naik turun, beserta aksi teroris juga ketegangan politik yang berada di Turki banyak diliput media.