Secara normatif masa pertumbuhan akan sejalan dengan masa perkembangan. Namun sering kali masa pertumbuhan juga tidak beriringan dengan masa perkembangan. Ada orang yang secara fisik tumbuh dengan baik tapi tidak diimbangi dengan perkembangan mental yang baik. Biasanya terjadi pada orang-orang dengan down sindrom, yaitu seseorang dengan keterhambatan perkembangan mental sejak dilahirkan.
Ada pula orang-orang dengan perkembangan mental sangat baik, namun pertumbuhan fisik mengalami keterlambatan dan bahkan mengalami gangguan fisik (cacat sejak lahir). Biasanya orang-orang seperti ini memiliki kecerdasan yang tinggi namun memiliki keterbatasan secara fisik.
Pada manusia, pertumbuhan itu berbicara fisik dan bersifat kuantitatif sedangkan perkembangan berbicara kualitatif yang tidak dapat dijamah dan diperkirakan dengan hitungan angka.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan jaman semakin massif dan tekhnologi semakin merajai kemajuan peradaban dan kebudayaan dunia. Tidak heran banyak dari kita disibukkan dengan perkembangan-perkembangan dunia baru.
Masa perkembangan manusia dilalui sejak dalam kandungan hingga manusia menemui kematian. Keseluruhan rentan waktu tersebut dilalui oleh hampir semua manusia dengan masa perkembangan yang sama namun dalam kondisi yang berbeda-beda.
Perkembangan seorang bayi akan berbeda dengan perkembangan seorang anak batita atau balita sebagaimana seorang anak remaja akan berbeda perkembangannya dengan orang dewasa muda. Demikian pula perkembangan orang dewasa tua juga pasti berbeda dengan perkembangan orang-orang lanjut usia.
Gerontologi berbicara perkembangan manusia pada masa perkembangan di masa lanjut usia. Perkembangan ini terjadi pada rentan usia 60 tahun ke atas. Akan banyak perubahan fisik maupun psikis yang terjadi pada masa usia lanjut. Fisik yang semakin melemah, kulit yang kian keriput, mata yang semakin rabun dan pendengaran yang juga semakin berkurang.
Tentu dengan kondisi fisik yang semakin melemah itu juga berpengaruh besar pada perkembangan psikologis orang-orang lanjut usia (lansia). Akan ada banyak bayangan-bayangan di masa kecil, masa muda, dan pada masa-masa saat fisik masih kuat yang membuat mereka mengingat kembali masa itu dan membandingkan dengan kondisi fisik ketika usia lanjut.
Belum lagi goncangan emosional pada saat para orang tua lansia ini satu persatu telah tiada meninggalkan dunia, sanak saudara dan kerabat sebaya yang juga mendahuluinya. Akan semakin menambah kesedihan dan keresahan hati dan pikiran para lansia.
Kesedihan mereka pula terjadi ketika satu persatu anak-anak yang sebelumnya dikandung, diapit, dibesarkan dan dididik dengan penuh cinta juga meninggalkan mereka dan pergi mengejar impian hidupnya masing-masing. Sudah tak seramai masa dulu, tak sebahagia masa lalu dan kini hanya ditemani sunyi sambil menunggu waktu, berharap masa-masa bahagia itu kembali. Demikian yang terlintas dalam benak para lansia ini.
Perkembangan psikologis para lansia ini kadang berbeda-beda. Dipengaruhi oleh situasi-situasi yang berbeda dan dibentuk oleh keadaan-keadaan yang berbeda sepanjang usia. Tidak sedikit para lansia yang secara mental terganggu, pikun bahkan cenderung mengalami gangguan jiwa.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai persoalan hidup yang dihadapi sepanjang usia. Ia mungkin memiliki segalanya di masa lalu, harta berlimpah, jabatan yang tinggi, kerabat yang banyak dan sebagainya.
Ketika pada masa usia lanjut semua hal itu hilang dan pergi membuat ia menjadi stres bahkan depresi. Kondisi itulah yang membuat sebagian lansia cenderung lebih cepat pikun, mengalami gangguan emosional dan bahkan mengalami gangguan jiwa.
Ada pula lansia yang tetap merasa bahagia meskipun hidupnya serba kekurangan. Ia tetap tinggal dan ditemani oleh anak cucu tercintanya. Bahkan mungkin ingin tetap hidup lebih lama bersama mereka.
Sebagian lansia secara umum akan merasa khawatir menghadapi masa lanjut usia. Takut mati dan tak ingin meninggalkan segala kebahagiaan. Namun di sisi lain sebagian besar dari lansia di penghujung usianya ia memiliki harapan yang lebih besar dari sekedar materi dan harta, yaitu lebih dekat dengan anak cucunya. Ingin ditemani, dihibur, dan ingin didengarkan curahan hatinya.
Pada kondisi yang seperti ini para lansia merasa tidak ada kekhawatiran pada diri mereka meninggalkan dunia, karena di akhir hidupnya harapan-harapan untuk lebih dekat dengan anak cucunya dapat dicapai.
Seseorang yang cenderung memiliki watak atau karakter yang tenang dan sabar dalam hidupnya, ia akan menemui masa lanjut usia yang juga tetap tenang meskipun dalam kondisi sepi.
Terlebih jika seseorang yang memiliki keterlibatan spiritual yang kuat semasa hidup, pada masa lanjut usia pun akan tetap memiliki spiritual yang kuat pula. Karena spiritual yang dimiliki dapat menjadi prinsip hidup yang mampu menguatkan mental para lansia ini dalam kondisi seburuk apapun di masa lanjut usia. Hingga kematian pun diminta untuk dipercepat karena merasa tugasnya di dunia telah usai.
Prinsip moral yang baik pada diri seseorang semasa hidup juga dapat menjadi kekuatan mental seseorang pada masa lanjut usia. Tentang bagaimana seorang lansia memiliki kebermaknaan dan kebermanfaatan hidup bagi manusia lain sepanjang hayat, hingga pada masa lanjut usia ia akan tetap memberi kebermanfaatan yang tiada henti bagi orang lain meskipun hanya dalam bentuk nasehat kehidupan.
Maka sejatinya kondisi para lansia ini harusnya menjadi pengingat dan pelajaran bagi kita semua. Terutama bagi kita yang masih muda. Bahwa mungkin kita yang merasa masih muda, masih kuat dan masih memiliki segalanya ini belum tentu dapat hidup lebih lama seperti para lansia.
Menjadi lansia adalah sebuah keistimewaan. Berada pada posisi usia lanjut adalah kelebihan yang Tuhan rahmati sebagai sebuah hikmah yang dapat dipetik oleh orang-orang yang masih muda dan kuat.
Maka berbicara usia hanya aspek kuantitas yang dapat dihitung, tapi yang jauh lebih utama adalah aspek kualitas, sejauh mana usia menjadi lebih berkualitas jika sepanjang usia diisi dengan kebermanfaatan dan melakukan hal-hal baik untuk diri sendiri, orang lain maupun kebaikan untuk alam, bangsa dan agama.
Pada akhir tulisan ini juga disampaikan bahwa setiap anak yang memiliki orangtua lanjut usia. Rawatlah mereka sebagaimana mereka merawatmu sejak dalam kandungan hingga engkau dapat melihat dunia bahkan dapat menjelajah dunia.
Bersabarlah menghadapi tingkah dan sikapnya seperti mereka yang juga selalu sabar menghadapi tingkah dan kenakalanmu. Temanilah mereka, hiburlah hatinya dan berilah kebahagian yang berlipat ganda sebagai kado terakhir di penghujung usia mereka.