Bicara soal gerakan sosial tak lepas dari kepentingannya dalam merebut ruang demokrasi yang sudah mulai menyempit menjadi kuasa oligarki. Tangan-tangan oligarki telah menguasai sumber daya materiil bangsa Indonesia, hal yang paling susah dilakukan oleh gerakan sekarang adalah bagaiman merebut ruang-ruang yang dimiliki oleh para oligarki ini?
Cara yang memungkinkan untuk sekarang yaitu melalui gerakan sosial. Gerakan sosial sendiri menurut pandangan Sydney Tarrow merupakan gerakan yang terlembaga, terorganisir, mempunyai kepemimpinan yang kuat, punya taktik dan strategi, serta mempunyai kepentingan politis untuk mengubah arah kebijakan pemilik otoritas tertentu.
Lebih jelasnya lagi tarrow menekankan pentinganya memobilisasi sumber daya dan penciptaan Framming sebagai awal mula gerakan sosial untuk berkonfrontasi langsung dengan para elit politik. Mobilisasi sumber daya berguna untuk mengorganisisr gerakan perlawanan, mendapatkan jaringan-jaringan gerakan yang lebih luas dan memperbesar massa aksi sebagai basis utama perlawanan.
Rajendra Singh, mengungkapkan bahwa masyarakat terbentuk bukan sebagaimana adanya. Terbentuknya masyarakat dan peristiwa konsensus untuk menciptakan harmoni sosial ternyata telah melenyapkan hak dan kebebasan individu, perspektif bebas-nilai ini menjadi titik utama kritik bagi analisa fungsional-struktural Tallcot Parsons.
Bahwa harmoni sosial itu sengaja diciptakan dengan pembungkaman dan penindasan, oleh sebab itu gerakan sosial akan selalu ada untuk melawan penindasan. Di dalam masyarakat ada kontradiksi internal di dalamnya, karena masyarakat selalu menyimpan konflik dan kepentingan oleh sebabnya gerakan sosial merupakan elemen yang tak terpisahkan dari masyarakat itu sendiri.
Tan Malaka pernah menggunakan strategi massa aksi yang menuntut akan boikot, mogok kerja dan demonstrasi, dengan taktik ini pihak penguasa akan memperhitungkan kekuatan massa dari massa aksi. Massa aksi membutuhkan organisasi, strategi dan kepemimpinan revolusioner sehingga arah gerakan menjadi lebih efektif bukan hanya sebagai tukang “Putch” saja tetapi sebagai satu kekuatan dalam pembebasan sosial.
Gerakan sosial sendiri bisa berubah menjadi pemberontakan ketika tuntutan-tuntan dari massa aksi tidak digubris oleh penguasa, oleh sebab itu pemberontakan menjadi jalan keluar. Tetapi juga bisa sebaliknya pemberontakan bisa menjadi gerakan sosial ketika pemberontakan tersebut gagal dan membutuhkan taktik serta organisasi kelembagaan yang lebih efektif dalam melawan kekuasaan.
Sebaliknya gerakan sosial bisa menjadi sebuah revolusi tak kala kesediaan massa aksi untuk merubah tatanan secara total, dan kondisi kekuatan yang memungkinkan untuk sebuah revolusi.
Misalkan dalam hal Revolusi Soviet, Lenin sebenarnya membuat sebuah gerakan sosial dengan menciptakan partai revolusioner tetapi hal itu berubah menjadi revolusi ketika kondisi memungkinkan untuk revolusi dan kesediaan massa aksi dalam melakukan politik perlawanan secara radikal, tentunya revolusi juga membutuhkan pemberontakan.
Mustahil tanpa pemberontakan revolusi bisa berhasil. Akan tetapi ketika Revolusi berhasil maka dengan sendirinya gerakan sosial akan lenyap.
Sekarang yang terpenting adalah bagaimana sebuah gerakan sosial dapat mengakomodir isu secara universal dan tidak mengelitkan organisasinya. Gerakan-gerakan sosial yang booming seperti gerakan lingkungan hidup, gerakan anti-perang, gerakan anti-korupsi, gerakan feminisme, gerakan pluralisme, gerakan anti-rasis dsb. Harus didukung bersama-sama.
Kesamaan beberapa gerakan ini adalah sama-sama memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan anti penindasan, oleh sebab itu semua organ harus di organisir menjadi satu-kesatuan gerakan yang terdiri dari banyak gerakan-gerakan sosial. Hal ini pernah berhasil di Amerika tahun 70-an ketika gerakan kulit hitam Amerika berhasil melawan kekuasaan pemerintah dan merubah kebijakan pemerintah Amerika.
Kemudian tahun 90-an berbagai organ gerakan di dunia berskala transnasional hampir berhasil mengagagalkan konferensis WTO yang menyebabkan jalanan-jalanan Amerika penuh dengan lautan massa aksi. Tentunya hal ini perlu kita pelajari lebih lanjut, apalagi di negara ini sedang terjerat moncong oligarki. Mau tidak mau kita harus membuat sebuah gerakan sosial yang berjejaring luas dan peduli dengan isu-isu universal.