Dalam lingkaran kecil sore ini, kami berdialektika tentang kesetaraan gender (gender equality), "menarik memang membahas gender ini, walaupun isunya sudah lama bergentayangan di masyarakat terutama di kalangan para aktivis perempuan" ungkap salah satu pemantik, kebetulan pemantik dalam panggung dialek hari ini adalah perempuan dan sebagai wanita satu-satunya di lingkaran kami, yaitu saudari Mulia.
Ibu kita Kartini, Cut nyak Dhien adalah sosok yang mewakili kesetaraan gender dari negri Nusantara. Mereka merupakan pahlawan wanita yang getol memperjuangkan kebebasan perempuan.
Mereka menyuarakan bahwa perempuan berhak mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya, perempuan berhak mendapatkan perlakuan yang sama, diberikan hak yang setara di mata hukum, politik, sosial, budaya, tidak lagi wanita mendapatkan diskriminasi apalagi perlakuan yang tidak manusiawi. Pada intinya mereka adalah sang pejuang kesetaraan gender pada waktu kolonialisme Belanda di negeri Nusantara.
Kesetaraan gender bertujuan meniadakan diskriminatif terhadap perempuan, tidak memandang sebelah mata kaum wanita, memberi perlakuan yang setara terhadap mereka baik di mata hukum, di bidang politik maupun perlukan sosial kemasyarakatan.
Gender equality memberikan kebebasan terhadap para perempuan untuk menentukan masa depan dirinya sendiri. Kebebasan memilih karier, bebas memilih nasib, berhak bercerita-cita, bebas bermimpi setinggi-tingginya lalu menggapainya.
Kesetaraan gender menghapus segala bentuk kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi yang sering dialami perempuan. Mengakhiri segala bentuk diskriminasi yang kerap terjadi di rumah tangga maupun lingkungan kerja. Mendapat hak atas kepemilikan suatu barang. Memiliki hak atas pendidikan yang sama.
Mengenai kesetaraan gender seorang dari lingkaran kecil ini berkata" oke. Hari ini, kita telah tahu hak-hak perempuan sudah di lindungi oleh undang-undang (Hukum Negara), kesetaraan gender sudah di terima dan dilaksanakan oleh negara kita, walaupun memang kita tahu di sebagian wilayah terpencil masih ada perlakuan yang kurang baik terhadap perempuan, kesetaraan gender masih belum bisa terimplementasi secara menyeluruh.
Dalilnya kenapa perempuan-perempuan di wilayah terpencil masih mendapat perlakuan yang berbeda ataupun perlakuan diskriminasi adalah karena budaya, tradisi lokal yang mengikat. Kendati seperti itu, menyuarakan kesetaraan gender ini adalah tugas dan kewajiban kita sebagai generasi muda hari ini, untuk memperjuangkan mewujudkan kesetaraan gender sampai pelosok negeri, ke pulau-pulau terpencil yang ada di Republik Indonesia, baik melalui media-media sosial, televisi, mulut-ke mulut maupun tulisan".
Hari ini, kita semua sepakat terhadap kesetaraan gender tidak ada yang menolaknya tidak ada yang tidak pro, bahkan dalam Islam sendiri banyak ayat-ayat di dalam Al-Qur'an mengistimewakan perempuan, malah ridho Allah bisa kita dapat karena ridho seorang perempuan yaitu ibu dan di telapak kakinya pintu surga bisa terbuka.
Saya berpikir salah satu dari tugas Nabi di utus adalah mengangkat derajat perempuan, dengan mengistimewakannya. Hal ini juga di sampaikan kawan dalam lingkaran kecil ini " kesetaraan gender ini, sudah ada sejak zaman kenabian terutama ketika diutusnya Rasulullah SAW. Beliau mengangkat derajat wanita-wanita di zamannya". Oleh Zulkifli Alan.
Kawan di lingkaran kiri mengatakan bahwa "kesetaraan gender hari ini memang terlalu kebablasan, tidak ada batasan yang jelas terutama dalam kehidupan berumahtangga". Ungkap Cidin Oryza Sativa.
Mungkin kebablasan di sini adalah banyaknya realita hari ini kaum wanita lebih banyak mengatur suami dari pada suami yang mengatur istri dalam kehidupan rumah tangga, sehingga muncul istilah populer "suami-suami takut istri"
Kita pikir kesetaraan gender bukan berarti melegitimasi bahwa perempuan dan laki-laki harus memiliki tanggung jawab yang sama. Tentu saja seorang laki-laki tetap mengemban tanggung jawab lebih besar dari pada perempuan karena seorang laki-laki adalah kepala rumah tangga sedangkan seorang perempuan sudah selayaknya diperlakukan dengan baik di lindungi, di kasih sayang, sebab seorang pemimpin yang baik adalah dia yang pandai menyayangi yang dipimpin.
Kesetaraan gender menitikberatkan kepada bagaimana perempuan tidak boleh didiskriminasi, harus mendapatkan pendidikan yang tinggi. Kalau dari halaman antara sumbar ada enam bentuk kesetaraan gender bagi perempuan. " memiliki posisi sama di masyarakat, mendapatkan kesempatan pendidikan formal setinggi-tingginya, tidak diperlakukan kasar, tidak ada kesenjangan di dunia kerja, mendapat ruang berpolitik, dan memiliki hak kepemilikan yang sama".
Hal yang menarik juga sangat penting untuk direnungkan bagi kita terutama kepada perempuan-perempuan milinial sebuah celotehan dari seorang motivator, content creator Rijal Jamal " perempuan masih sulit untuk dimengerti, kendatipun hari ini kita sepakat akan kesetaraan gender.
Tetapi kita mohon jangan sesuka hati untuk berkeliaran, apalagi sampai melawan pasangan. Harus kita akui perempuan memang super istimewa karena lewat telapak kakinya satu pintu untuk masuk surga. Dan dengan segala hormat wanita adalah makhluk yang paling setia. Jadi tolong, kurangi goyang-goyang dan melakukan segala cara demi uang. Karena Kartini mengajarkan perempuan harus disayang".