Tibalah saatnya, saya akan mengupas kembali 3 Pilar Pamungkas yang disuguhkan oleh Indonesia pada konferensi G20 di minggu ke-3 bulan November ini.

Alih-alih berbasa-basi lagi serta dengan sedikit mengesampingkan sambutan-sambutan untuk para delegasi yang sudah hadir, saya akan langsung kepada point yang menjadi inti.


1. Arsitektur Kesehatan Global

Pasca Chaeos-nya sejumlah Negara yang ada di belahan dunia akibat Covid-19 kemarin, G20 pun merembukkan sebuah program yang harus menjadi perhatian dan prioritas Dunia yaitunya Arsitektur Kesehatan Global. 

Seperti yang disampaikan oleh Retno Marsudi (Dibaca : Kemenlu RI) pada pertemuan Covax Advance Market Commitment Engagement Group dimana terjadinya tumpang tindih kesiagaan akses, menuju atau pun mewadahi medis yang layak.

Harvard University telah mengeluarkan hasil penelitian di bawah pimpinan Dr. Proff Joseph Allen terkait 9 aspek yang menjadi standar dunia, apakah sebuah rancangan arsitektur dapat dikatakan sehat atau tidak. 

Di antara ke-9 aspek tersebut adalah ; Kualitas udara, suhu, kelembaban, pencahayaan, polusi suara, keamanan, kebersihan, saluran air serta ventilasi udara.

DAN! ke-9 aspek tersebut pun sudah diimplementasikan dalam rancangan Ibu Kota Nusantara dengan mengedepankan kolaborasi konsep ; Tropis Nusantara. 

Tidak hanya itu, Indonesia juga sedang merencanakan berdirinya Pandemic Information Centre yang memenuhi standar global seperti yang ada di Negara-negara maju pada umumnya. 

Kendati pun demikian, sebagai seseorang yang berlatar belakang arsitektur saya mendapati bahwa kenyataannya jika kita melirik kepada Negara-negara maju ; Inovasi di atas standarisasi. 

Dalam artian, meski 9 aspek di atas sudah terpenuhi, nyatanya itu saja pun masih belum cukup. 

Pada sesi ini, saya akan mengajak para pembaca untuk berkeliling melihat-lihat tampilan Pixel Building yang ada di Melbourne.

Gedung perkantoran yang merupakan hasil inovasi di mana selain mampu memenuhi kebutuhan air bersihnya sendiri, juga mampu menetralisasi "Kebutuhan Karbonnya" sendiri. 

Belum lagi, gedung sudah tersertifikasi LEED platinum, pelacakan panel fotovoltaik yang konstan, memiliki turbin angin sendiri, beton ramah lingkungan, bahkan memiliki digaster anaerobik  sehingga tidak salah pada tahun 2010, Pixel Building dinobatkan sebagai gedung perkantoran paling ramah di dunia. 

Hmm, kurang sehat apa? 

Masih di Australia, sekarang saya akan mengajak para pembaca untuk melihat-lihat gedung Sky One Central Park. NO! Bukan hanya sebagai pusat komersil tapi gedung ini juga merupakan hunian dengan gardening termahal menurut saya.

Bayangkan saja, gedung ini mendatangkan berbagai jenis tanaman fungsional yang ada di dunia DEMI, berlangsungnya proses mandiri dalam menyuplai energi listrik, pemanas dan pendingin ruangan, serta pendaur ulangan air yang mencukupi kebutuhan user pada bangunan tersebut. 

Rasanya semakin tidak puas saja dengan standarisasi dunia yang terdiri dari 9 aspek tadi bukan?

Langsung saja sekarang kita akan melihat-lihat gedung Collaborative Life Sciences yang ada di Portlandia.

30% material bangunannya saja sudah terbuat dari limbah daur ulang penuh cinta. Menghasilkan energi listrik sendiri? Tentu. Mendaur ulang kebutuhan air bersihnya sendiri? Juga tentu. 

Dan ada banyak sekali bangunan-bangunan hasil inovasi yang memberikan dampak yang sangat luar biasa kepada masyarakat serta lingkungan. Itulah mengapa saya katakan, Inovasi di atas standarisasi. 

Lalu apa kabar Indonesia sekarang ini? Semakin tidak sabar saja, melihat akan jadi "Sememukau" apa Indonesia ke depannya. 


2. Transformasi Digital

Tidak bisa dipungkiri bahwa selama Covid-19 melanda, digital telah menjadi sumber keuangan tambahan pagi masyarakat di seluruh penjuru Dunia, lintas profesi. 

Seperti yang dipaparkan oleh Johnny G Plate (Dibaca : Menkominfo RI) Pada Forum Ekonomi Digital II bahwa,

"Masyarakat Dunia telah masuk ke era baru yaitu era digital. Selama tahun 2021, persentase penggunaan media digital mencapai angka 5.51%, 6.87% hingga 8.72%." 

Semakin banyaknya platform untuk menulis digital, pinjaman online, belanja online, transportasi online, 1 tokoh publik dengan sekian channel, perpindahan jam tayang di Kantor ke ruang publikasi maya, itu semua merupakan bukti nyata telah terjadi perpindahan magnet dalam segala aspek kegiatan Masyarakat di Dunia. 

Bahkan Negara Indonesia sendiri, di bawah naungan Ditjen Aptika harus melakukan takedown terhadap sejumlah lebih dari 600 konten yang mengandung unsur SARA, terorisme, serta propaganda saking membludak di luar kapasitasnya penggunaan media digital pada tahun-tahun pandemi tersebut. 

Kendati pun demikian, Johnny G Plate juga menjelaskan bahwa Kominfo mempunyai tugas besar dalam membangun infrastruktur telekomunikasi yang memadai, guna memperkecil disparitas digital dan melakukan imigrasi aktifitas masyarakat dari ruang fisik ke ruang digital sehingga proses transformasi digital dapat berjalan dengan optimal. 


3. Energi Terbarukan

Seperti yang dipaparkan oleh Wiluyo Kusdwiharto (Dibaca : Direktur Mega Proyek dan EBT PLN) dalam seminar Bionergi Tingkatkan Bauran Energi bahwa,

"Per bulan Juni 2022 kemarin, EBT (Dibaca : Energi Baru Terbarukan) telah mencapai angka 12.8% dengan target mencapai 23% pada tahun 2025, serta target Net Zero Emission pada tahun 2060."

Tidak hanya itu, pengembangan EBT tetap dilakukan dengan mengedepankan supply and demand tenaga listrik, ketersediaan sumber EBT setempat, keandalan, keberlanjutan pasokan listrik dan keekonomian proyek EBT. 

Serta optimalisasi potensi EBT melalui program co-firing sebagai pengganti sebagian besar batu bara. 

Sampai di sini dulu pemaparan terkait point inti dari 3 Pilar Pamungkas Indonesia, dan bagi para pembaca saya di luar sana yang bertanya ;

Kenapa tidak ada sesi yang membahas seputar Delegasi G20? 

Akan saya jadikan sebagai closing statement untuk serial G20 pada tulisan saya yang selanjutnya.