Matahari sudah bukan lagi senja, sinarnya menyengat kekuningan menebar kehidupan kepada setiap makhluk hidup. Tumbuhan, hewan, bakteri, serta manusia tidak lepas dari percikkan sinarnya.

Pada tanggal 1 Desember 2021, angin berhembus dari berbagai arah menampar apa saja yang ada. Seiringan dengan itu 1 Desember adalah awal narasi sejarah negara Indonesia ditunjuk sebagai presidensi G20, dan itu pertama kalinya sejak G20 dibentuk. Serah terima presidensi dari Italia (selaku Presidensi G20 2021) kepada Indonesia sudah dilakukan secara langsung pada 31 Oktober 2021 di Roma, Italia. Apa Indonesia mencoba menjadi matahari, percikkan sinarnya memberikan kehidupan seluruh bumi.

Indonesia di bawah nahkoda Jokowi Widodo mengambil panggung di kancah internasional. Memberanikan diri sebagai nahkoda Organisasi besar dunia untuk pertama kalinya. G20 merupakan organisasi yang menaungi beberapa negara diantaranya adalah Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

Dan Indonesia merupakan negara satu-satunya di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20.

Bukan main jajaran anggota G20. Dari negara berkembang, negara maju, sampai negara penguasa bahkan negara adidaya dunia. Apakah ini sebuah keuntungan atau pertanda ada yang tidak baik. Kita saksikan saja bagaimana Sang nahkoda mencetak sejarah.

 ”Recover Together, Recover Stronger” atau “Pulih Bersama, Lebih Kuat”. Boleh juga disebut “Dari Indonesia, Dunia Pulih Bersama”. Adalah tema yang diangkat Indonesia sebagai Presiden. Sangat antusias dan optimis.

Isu prioritas sebagai nahkoda baru G20 Indonesia adalah arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital dan ekonomi. 

Prioritas pertama adalah menata kembali arsitektur kesehatan global agar lebih inklusif dan tanggap terhadap krisis. “Produksi vaksin ditingkatkan dengan distribusi yang merata, investasi dan pendanaan yang dibutuhkan harus dapat dimobilisasi secara cepat (sebagai) upaya untuk mencegah krisis selanjutnya,” ungkapnya presiden.

Sedangkan prioritas kedua menurut Presiden Jokowi adalah optimalisasi teknologi digital untuk transformasi ekonomi yang dampaknya harus dirasakan oleh masyarakat, terutama UMKM. Selain itu, literasi dan kemampuan digital masyarakat juga harus turut ditingkatkan dan keamanan data juga harus tetap dijaga.

“Yang ketiga, transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Kita perlu menyediakan teknologi dan pendanaan. Melalui teknologi, mampu mendorong produksi berbasis ekonomi hijau,” ucap Presiden.

Diharapkan tiga prioritas tersebut dapat mewujudkan tujuan dibuatnya organisasi G20. Yaitu mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.

Sri Mulyani Indrawati selaku menteri keuangan berharap Indonesia sebagai Presidensi G20 dapat mendorong negara-negara anggota G20 menyinkronkan pemulihan global dari dampak pandemi COVID-19.

Menurut dia, "G20 dapat membangun kepercayaan bagi dunia global dalam pemulihan mengingat negara anggota G20 memiliki kontribusi 80 persen dari PDB global sehingga dapat mempengaruhi ekonomi, perdagangan dan investasi". 

Karena G20 merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Dari anggota G20 terdiri dari Australia Afrika Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Arab Saudi, Brazil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Turki, Rusia, Perancis, Tiongkok, dan Uni Eropa.

Indonesia sebagai nahkoda baru untuk mewujudkan pemulihan ekonomi global yang inklusif, sejumlah prioritas pembangunan juga telah ditetapkan pemerintah, di antaranya peningkatan produksi pangan melalui pengembangan food estate, penerapan konsep pembangunan rendah karbon (green recovery), dan transformasi menuju ekonomi digital melalui perluasan, pemerataan, serta peningkatan kualitas infrastruktur dan layanan digital.

Indonesia memiliki ambisi untuk menjadi negara yang maju, berpengaruh terhadap bangsa lain. Sebagai nahkoda G20 adalah ajang pembuktian ambisi dan cita-cita bangsa Indonesia yang memiliki mimpi mewujudkan perdamaian dunia.

Dalam mewujudkan harmoni keragaman sebagai landasan tercapainya sebuah perdamaian. Keragaman dalam harmoni itu tercermin dalam logo yang penuh makna. Gunungan menandakan transformasi ke babak pemulihan yang lebih baik. Motif kawung bermakna semangat menjadi lebih baik dan berguna bagi sesama. Warna merah meneguhkan bendera NKRI dan warna biru pada tulisan G20 Indonesia menjadi jati diri kita sebagai negara bahari.

Sejak terbentuknya banyak hal yang telah dilakukan G20 dalam memulihkan kondisi dunia terutama dalam pemulihan ekonomi global. Mengutip dari situs Bank Indonesia, Bi.go.id, berikut peran nyata yang sudah dilakukan G20:

1. Penanganan krisis global tahun 2008.

2. Melakukan inovasi pada kebijakan pajak.

3. Kontribusi dalam penanganan pandemi Covid-19.

Bila mengutip kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di acara Power Lunch CNBC Indonesia bertema “Mau Dibawa Ke Mana G20 di Era Presidensi Indonesia?” secara virtual, di Jakarta Jumat (19/11).

"Ini adalah momentum untuk menjaga Kawasan Indo Pasifik yang netral, sebab pertumbuhan ekonominya yang relatif tinggi, dan ini adalah eranya untuk Asia. Setelah G20, Indonesia juga akan memimpin ASEAN, sehingga ini (G20) sangat tepat waktu, karena saat ini ASEAN merupakan wilayah cukup tenang dengan pertumbuhan tinggi. Semoga Indonesia juga bisa membawa basis filosofi yaitu konsultasi dan konsensus, konkretnya adalah musyawarah mufakat, dalam forum G20 tersebut,” 

"Pilar presidensi G20 Indonesia 2020 adalah memperkuat lingkungan kemitraan, mendorong produktivitas, meningkatkan ketahanan dan stabilitas, memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif dan kepemimpinan kolektif global yang lebih kuat." Di kutip dari laman bi.go.id