Siapa sih, yang tidak tahu dengan kata FOMO? Dikutip dari kemenkeu.go.id, Fear Of Missing Out atau yang biasa kita dengar FOMO ini adalah sebuah rasa takut atau cemas  “ketinggalan” saat melakukan aktivitas tertentu. Rasa takut ini lebih seperti takut tertinggal berita, tren, atau semacamnya yang ada di media sosial. FOMO ini biasa dipakai anak muda zaman sekarang yang takut dianggap tidak gaul.

Istilah ini sebenarnya pertama kali dicetuskan pada tahun 2004 oleh Patric J. McGinn, namun kembali populer pada akhir-akhir ini di kalangan millennial dan Gen Z. 

FOMO akan muncul ketika kita membandingkan kehidupan kita dengan orang lain yang terlihat lebih menyenangkan. Perasaan tersebut bisa timbul ketika melihat konten orang-orang di media sosial. Seperti tren populer yang banyak diikuti oleh orang lain, tetapi kita belum mengikutinya.

Teman saya pernah bercerita kepada saya: kemarin aku ikutan trend ngl.link itu, soalnya memang banyak banget yang ikut tapi aku sendiri yang belum ikut, FOMO banget rasanya.

Dari contoh di atas kita sudah bisa melihat kalau istilah FOMO sangat booming dan banyak dipakai oleh para millennial dan Gen Z. Istilah FOMO yang banyak diketahui orang saat ini terkesan enteng, bahkan kadang orang-orang banyak yang menghiraukannya.

Namun, tahukah kamu? Ternyata FOMO ini tidak bisa disepelekan. Mungkin seringkali kita mendengar teman kita mengeluarkan kata-kata FOMO saat berbicara. Sebenarnya jika dibiarkan terus, dampak FOMO ini akan berkelanjutan.

FOMO bisa membuat orang-orang di sosial berperilaku tidak wajar. Demi terlihat mengikuti tren dan update, orang-orang bisa saja mempublikasikan tulisan, foto atau semacamnya di sosial media. 

adahal yang ia publikasikan belum tentu kebenarannya. Seperti orang yang memakai foto-foto yang ada di Pinterest untuk di unggah. Dari situ jelas-jelas mereka telah melakukan sebuah pemalsuan.

Selain bisa memalsukan kebenaran, FOMO juga bisa menjadikan orang susah untuk bahagia karena ada rasa iri hati setiap melihat kehidupan orang lain yang ada di media sosial lebih asik atau lebih beruntung daripada kita. Hal ini akan menjadikan orang yang terkena FOMO tidak mensyukuri dirinya sendiri. Bahkan sampai kesehatan mental mereka yang terganggu.

Orang-orang yang FOMO juga bisa lupa waktu karena mereka selalu mementingkan kehadirannya di media sosial. Mereka dapat mengabaikan atau bahkan melewatkan hal penting yang terjadi di kehidupan nyata. Aktivitas sehari-hari pun bisa terbengkalai dan mereka akan lalai. 

Contohnya orang-orang yang setiap waktu mengecek gadget ketika ada notifikasi. Notifikasi tersebut akan mengganggu fokus pikiran ketika berbunyi dan muncul di layar kunci saat sedang mengerjakan suatu aktivitas.

Jika kamu merasa terkena dampak dari FOMO yang berlebihan, sebaiknya kamu segera mengatasi nya agar tidak berkepanjangan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi FOMO adalah dengan berbaur ke lingkungan dan bergaul dengan teman di kehidupan nyata. 

Kamu bisa mempererat tali silaturahmi dengan teman-temanmu dengan cara sering bertemu, sering bertukar pikiran, bercerita, bermain, atau melakukan aktivitas lainnya.

Selanjutnya, kamu juga bisa mengatasinya dengan membatasi penggunaan gadget. Jika biasanya dalam sehari kamu bisa menggunakan gadget selama 13 jam, kamu sekarang bisa menguranginya dengan hanya menggunakan gadget selama 3 atau 4 jam. Dengan demikian kamu menggunakan gadget hanya di saat penting saja dan tidak berlama-lama membuka media sosial.

Atau jika kamu masih kesulitan membatasi penggunaan gadget dengan cara tersebut, kamu juga bisa mengheningkan notifikasi gadget-mu. Itu akan membuat kamu tidak kepikiran dan tidak kehilangan konsentrasi.

Cara ketiga yang bisa kamu praktekan untuk mengatasinya adalah menjadi produktif. Dilansir dari hot.liputan6.com, Menurut George J. Washin produktivitas atau produktif mengandung 2 konsep yaitu efektivitas dan efisien. Efektivitas adalah mengukur dalam segi hasil mutu pelayanan yang sudah dicapai.

Sedangkan efisien dapat mengukur sumber daya, baik dari manusia, keuangan, atau dapat juga dari alam yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat dari pelayanan yang diinginkan.

Dapat disimpulkan kalau produktif ini adalah bekerja sesuai target yang akan dicapai dengan serius. Dengan produktif, kamu bisa fokus untuk tujuanmu dan bisa mencapai target-target yang telah direncanakan sebelumnya.

Ternyata dengan hal-hal yang sepele kita semua bisa mengatasi FOMO. Cegah dan atasilah segera sebelum FOMO menjadi berlebihan. Kita juga harus mengetahui kapan saja waktu untuk menghibur diri, waktu untuk membuka sosial media, waktu untuk beraktivitas serius, dan waktu  untuk beristirahat. Tetaplah fokus pada diri sendiri dan jangan mudah iri terhadap aktivitas orang lain di media sosial karena itu belum tentu juga kebenarannya.

Dengan tidak FOMO, kamu akan bisa memanfaatkan waktu dan menjadi seorang yang positif. Kesehatan mental juga tidak mudah terganggu. Intinya, tidak semuanya di media sosial itu harus kita ikuti. Kita harus bisa memilah-milah mana yang perlu dan mana yang tidak.