Siapakah yang bisa mengalahkan pengusaha kaya? Tentu saja adalah buruhnya.
Tetapi tidak dalam kaitan mereka membangun serikat buruh, sama sekali bukan seperti itu.
Ceritanya begini.
Pada tahun 1956 -an ada seorang pengusaha restoran yang cukup sukses dan kaya di salah satu negara bagian Australia, namanya sebutlah si pengusaha kaya ya...ketika dia hendak membangun gerai keempatnya, dia memasang iklan pekerjaan di banyak koran, menempel di jalan-jalan, lowongan pekerjaan sebagai ini, sebagai itu, ini, ini, dan ini, dan sebagainya.
Nah di antara semua pelamar, ternyata ada satu orang yang menarik perhatian si bos tadi. Dia adalah orang Cina, kita sebut saja dia si Acong, bukan tendensi apa-apa kita sebut aja dia Acong.
Nah si Acong ini menarik perhatian karena dia bilang bahwa dia akan komitmen dalam bertugas, kemudian dia akan belajar dengan se-optimal mungkin, semua jenis pekerjaan yang dibebankan kepada dia, dan sebagainya.
Itu semua tidak digarisbawahi oleh si pengusaha kaya, tapi ada satu bagian yang sangat menarik perhatiannya.
Si Acong ini berkata; “saya dengan seluruh komitmen yang saya berikan saya siap untuk tidak dibayar sama sekali saya pengungsi dari Cina keluarga saya semua dibantai habis oleh orang-orang Kung sang tank maka saya hanya minta mempunyai tempat tinggal di sini, tinggal satu gudang kecil enggak apa-apa buat saya dan saya minta makan sehari tiga kali itu saja saya enggak dibayar pun gak apa-apa”
Lalu si pengusaha tertarik dengan cerita-cerita yang lain soal komitmen, soal dedikasi itu dia abaikan, karena semua calon pegawai juga akan mengatakan hal yang seperti itu.
Tetapi teringat Acong tadi tidak mau dibayar, hanya mau dikasih tempat tinggal, dan makanan sehari tiga kali, itu menguntungkan juga lumayan dan ya karena setengah enggak percaya juga, masih ada orang yang gak mau dibayar.
Jawab bos; “Ya, ya, okelah kamu dipekerjakan selama satu minggu sebagai pegawai kontrak, tidak ada pensiun, tidak ada tunjangan ini-itu, “Oke” bahkan tidak ada gaji buat kamu. Kamu punya hak untuk menempati satu pojok di salah satu ruangan di gudang itu satu, kemudian kamu dapat makan sehari tiga kali dengan porsi yang biasa-biasa aja, dil, dil”.
Satu minggu, dua minggu, tiga minggu si pengusaha kaya kaget karena orang yang dia lihat itu benar-benar berkomitmen. Walaupun dia tidak dibayar sepeserpun, dia di berikan tempat tinggal saja dan benar-benar sampai satu bulan, dua bulan, bahkan dia berinisiatif melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lain.
Jadi, karena dia tinggalnya di restoran itu. Di salah satu gudangnya, ketika dia bangun dia bersih-bersih. Acong banyak mendengar kalau si koki mengeluh “Aduh ini habis, bahan ini habis, bahan itu habis, di restorannya tadi. Lalu si Acong ini yang pergi belanja ke sana, ke sini, dikasih tahu ini, dia nurut, dia mau langsung dan begitu hampir tiap hari.
Maka karena terlalu banyak pekerjaan yang dia lakoni di sana, lambat laun pegawai-pegawai yang lain jadi males-malesan. Karena kalau ada dia, dia bisa disuruh untuk melakukan apapun selama dia lagi luang.
“Hei Acong cuci piring dong, bantuin dia cuci piring”
Bosnya tadi memantau terus, sambil betanya dalam ahti “ini kok ada orang kayak gini? Tapi dia pikir wajarlah dia pengungsi dari Cina. Semua keluarganya dibantai, dia cuman butuh tempat tinggal. Ia rasional, realistis biasa-biasa saja.
Setengah tahun sejak Acong bekerja di restoran itu. Setidaknya ada dua karyawan yang dipecat. Pertama, gara-gara standar pekerjaannya menjadi tinggi, gara-gara ada Acong itu, dan yang kedua, karena pekerjaan-pekerjaan Acong bisa menghandle pekerjaan-pekerjaan orang lain, karyawan lain.
Jadi, si pengusaha ini sama seperti yang lain, biasanya serakah. Karena berpikir tentang efisiensi. Jikalau semuanya bisa dikerjakan sama si Acong, yang murah, bahkan gratisan ini. Kenapa kita harus pekerjakan karyawan lain, yang kerjanya jauh lebih buruk.
Akhirnya diputuskan karyawan yang lain dipecat, kemudian si Acong ini diajak ngobrol. “Saya sebenarnya merasa bersalah sama kamu. Ternyata selama enam bulan ini kamu bekerja banyak sekali tetapi masih tidak dibayar.
Jawab Acong; Pak enggak papa, saya cuman pengungsi di sini dikasih tempat tinggal aja sudah bersyukur banget, dikasih makan aja sudah syukur banget. Jawab Bos; ya gak bisa gitulah saya pengusaha juga, kan, punya hati nurani.
Akhirnya Bos bilang; Mulai sekarang kamu dapat gaji, tapi gajinya bulan ini aja ya.. jawab Acong’ Oh nggak papa makasih banget bos... sampai nangis.
Bahkan si pengusaha ini sampai melakukan prank beberapa kali prank untuk menguji kejujurannya. Misal uang di kasir sengaja dibelokkan sedikit, apakah dia bakal lapor atau enggak. Ternyata lapor ada pelanggan yang pura-pura kehilangan dompet dia serahkan dompetnya. Pokoknya dikasih ujicoba untuk melakukan korupsi si Acong tidak melakukan korupsi sama sekali.
Bahkan melaporkan ada si pengusaha kaya dan seterusnya, si pengusaha kaya ini benar-benar heran tapi akhirnya dia cinta yang luar biasa jatuh cinta. Dalam artian dari bos kepada karyawan-nya. Jatuh cinta kepada si Acong ini, dan mereka punya hubungan yang terus-terusan baik.
Nah tetapi ditahun ke-lima, setelah bekerja lama sekali di lima tahun dipilih restoran itu si Acong akhirnya bilang “Pak Bos maaf saya sudah lama bekerja di sini, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Karena Bapak mau menampung saya selama ini, saya apa adanya seoerti ini, saya bilang enam bulan kedepan, saya mau mengundurkan diri saya mau usaha sendiri saja. Karena saya sudah punya tabungan gaji dari bapak.
Jawab Bos; jangankeluar please... karena keserakahannya, dan karena komitmennya termasuk juga karena nuraninya berharap luar biasa agar si Acong ini tidak mau keluar, bahkan di iming-imingi gaji yang lebih besar, diberikan fasilitas bonusnya.
Tetapi prinsip dari Acong tadi itu, sebesarnya-besarnya gaji dari orang lain itu, tidak semanis dapat duit penghasilan dirinya sendiri, bukan hasil kreasinya sendiri, bukan dikasih sama orang lain. Dia tidak mau tergantung sama orang lain, kata si Acong.
Saut Acong; Pak ini prinsip orang Cina kami tidak mau soal penghasilan soal finansial kami itu tergantung pada pihak lain berapapun besar nominalnya kalau dia masih tergantung pada pihak lain itu bukan prinsip kerja kami itu sudah tradisi mendarah daging
Lalu di jawab; Oh ya sudah kalau gitu, terserah kamu aja, tapi kalau kamu butuh bantuan apapun, restoran ini terbuka untuk kamu. Terima kasih Pak saya masih punya enam bulan lagi bekerja di sini sebagai balas jasa Bapak sudah ngasih ke saya semua hal Oh saya juga ya.
Akhirnya enam bulan berlalu dan si Acong itu mengundurkan diri benar-benar pergi. Ternyata dia mengundurkan diri itu karena di kota yang lain dia buka restoran yang menunya sama persis dengan milik si Bos-nya tadi.
Tetapi dengan harga sepertiga lebih murah, karena dia irit biaya, hidup bisa efisien. Sebelum-sebelumnya juga dia hanya makan dan tempat tinggal saja, dia nggak butuh gaji besar. Dia tidak butuh beli HP, beli motor, beli mobil, dia gak butuh itu.
Acong punya visi ke depan, jadi dia buka gerai kecil dengan makanan yang sama persis dengan mantan bosn-ya tadi, karena dia sudah tahu ilmunya. Selama lima tahun dia kerja sebagai koki, ia belanjanya di mana, dia sudah tahu manajerial, dia sudah belajar ,dan sebagainya.
Akhirnya, karena dia sudah tahu ilmunya, dia buka sendiri gerainya, dari modalnya selama lima tahun dia bekerja di situ gajinya sama sekali dia tidak makan. Karena dia sudah dapat makanan dan sudah dapat tempat tinggal. Jadi gaji-nya ditabung semuanya. Pada akhirnya dia bikin gerai sendiri.
Setahun pertama, dia membangkrutkan restoran lain di sana. Karena rasanya sama-sama enak tempatnya sama-sama bersih, manajerialnya sama-sama baik, tetapi harganya sepertiga lebih murah dari harga di restoran lain.
Tentu saja si Acong mulai buka gerai yang lain, ketika kompetitornya sedikit demi sedikit menghilang, 34 kompetitor hilang, 34 gerai baru yang dia bangun terus, begitu seterusnya.
Sampai akhirnya dalam waktu 10 tahun dia memiliki sekitar 18 gerai di salah satu negara bagian di Australia, dan itu adalah salah satu gerai restoran yang sangat terkenal di dosana.
Siapakah yang punya? adalah seorang yang dulunya buruh dari Cina.
Dari cerita yang saya sampaikan diatas.semua orang tanpa terkecuali, sudah semua orang tahu bagaimana caranya menjadi sukses. Bagaimana cara menjadi kaya.
Mulai dari ajaran agama, sampai guru SD, sampai kitab suci sebenarnya mengajarkan hal yang sama. Jikalau kita jujur, setia, komitmen, konsisten, berdedikasi, itu semua dasarnya akan dapat upahnya yang setimpal.
Semua guru agama, semua ahli manajerial mengatakan hal yang sama. Jadi semua orang tahu bahwa cara untuk menjadi sukses adalah dengan cara-cara seperti itu, sama seperti Acong tadi itu.
Kenyataan-nya sekarang, banyak sekali orang yang tidak mau menjalani sesi itu. Sehingga hidupnya mangkrak kurang baik, nasibnya jelek. Menjadi buruh abadi, dan sebagainya.
Sekarang menjadi orang kaya, dan orang miskin itu bukan nasib. Tetapi itu 100% pilihan hidupnya. Karena semua orang sudah tahu bagaimana-nya untuk menjadi kaya, jikalau kita sekarang memilih untuk tidak menjadi kaya, maka jangan ya jangan salahkan pihak lain, atas apa yang menimpa diri kita sekarang.
Saya bukan mendiskreditkan salah satu pihak. Ini Anggaplah permainan dari para motivator- motivator keren di Indonesia.
Sekali lagi kita ulangi...
Prinsipnya; menjadi kaya itu pilihan menjadi miskin itu juga pilihan jikalau kita pilih salah satu diantaranya, jangan protes pada pihak lain, jangan menuntut pada pihak lain atas nasib yang kita pilih sendiri.
Terimakasih karena sudah membaca...