Pernah berada pada posisi terpuruk dan gagal dalam dunia pendidikan, putus asa dan tidak bergairah setiap langkah yang dituju. Dunia tanpa warna menyapa hidup dan suara tanpa semangat menyambut kata, ketenangan dibasahi cucuran keringat dan tetesan air mata di malam yang pekat.
Hari demi hari melangkah dengan sunyi dalam keramaian, senja pun berakhir dan siap menyambut pekatnya malam. Dalam keheningan malam, terdengar suara ibu menyapa “Yang penting belajar anakku.” Dorongan semangat seorang ibu kepada anaknya yang sedang berjuang dalam dunia pendidikan di tanah rantau.
Pesan yang disampaikan ibu, terus belajar walaupun sedang diterpa kegagalan. Dari itu, sebagai penuntut ilmu saya berjuang untuk bisa mengembalikan hidup yang pernah terpuruk dalam dunia pendidikan ke arah yang lebih baik dan suasana yang bergairah dan berwarna dengan belajar sungguh-sungguh.
Jangan Berhenti Belajar
Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam. Belajar tak harus duduk di bangku pendidikan/sekolah atau bahkan di perguruan tinggi, tapi belajar bisa di mana saja tanpa mengenal tempat.
Belajar pun bisa dari mana saja tanpa mengenal status sosial dan agamanya, selama itu bisa membawa manfaat dan kebaikan. Nah, belajar dari orang sukses dengan membaca biografi dan pemikirannya merupakan salah satu cara untuk sukses.
Betapa banyak orang-orang sukses telah memberikan inspirasi semangat belajar kepada generasi sesudahnya, bahwa mereka bisa menjadi orang sukses karena ada kemauan yang kuat untuk belajar dan niat belajar yang ikhlas di mana pun dan kapan pun.
Membaca biografi orang sukses terdapat narasi-narasi indah dengan untaian kata-kata hikmah dalam membangun jiwa dan membangkit kepercayaan diri. Tak satu pun kita dapatkan dari mereka menyuruh berhenti belajar dan tak ada manfaatnya belajar; justru yang ada terus belajar tanpa henti.
Dari itu, menurut hemat saya orang yang sudah mencicipi manisnya ilmu, di mana pun dan kapan pun; ia terus belajar tanpa henti. Sementara orang yang mencium aroma ilmu dengan sekejap dan seolah-olah sudah mendapatkan manisnya ilmu serta mengklaim diri paling tahu; suatu tanda bahwa ia sudah berhenti belajar.
Pemikir Islam seperti Al-Ghazali, Ibnu Sina, dan juga Buya Hamka serta pemikir Islam lainnya jika menelaah riwayat hidupnya kita akan menemukan suatu gairah menuntut ilmu yang luar biasa, merantau ke tempat pusat-pusat ilmu pengetahuan dengan tujuan mencari ilmu dalam jangka waktu yang sangat lama.
Merantau juga merupakan anjuran bagi manusia dalam menapaki luasnya alam semesta, urgensi dari merantau itu sendiri disampaikan oleh orang-orang yang telah merasakan pahit dan manisnya merantau, salah satunya adalah Imam Asy-Syafii melalui untaian hikmahnya ia memberikan motivasi merantau,
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman # Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan) # Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Dalam hadis juga disebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Nah, bagi pelajar di sekolah dan mahasiswa di perguruan tinggi ketika disuruh belajar oleh guru dan dosennya, “Apakah benar-benar mau belajar atau dengan senang hati melakukannya? Atau merasa terbebani dengan belajar.”
Jika belajar merupakan suatu beban bagi pelajar dan mahasiswa tentunya mereka sendiri tidak tahu tujuan dan manfaat dari belajar itu sendiri, padahal belajar adalah kebutuhan. Nah, bagi mereka yang mengetahui belajar adalah kebutuhan maka mereka akan melakukan dengan senang hati tanpa dipaksa.
Niat yang tulus, kemauan yang kuat, dan semangat belajar kita perlu meniru para intelektual Islam abad pertengahan, mana abad ini dikenal sebagai the golden age (abad keemasan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan) pada masa ini lahir intelektual-intelektual berpengaruh dan pemikirannya yang membawa perubahan.
Selain itu, semangat belajar orientalis juga perlu kita lihat. Mereka dengan gigih belajar dan meneliti ajaran-ajaran Islam. Christiaan Snouck Hurgronje, salah satu orientalis terkemuka dalam sejarah antropologi agama; ia pergi ke Mekkah dan ke Aceh dalam rangka misi penelitian hingga mengganti nama dan agama.
Sebagai intelektual, Snouck sangat disiplin, ulet, gigih, tajam dalam melakukan penelitian. Di sisi lain, ia juga seorang intelektual kontroversi dan telah mengotori tangannya dengan kepentingan politik. Nah, kegigihan dalam belajar inilah yang perlu kita lihat, “Kenapa orientalis semangat dalam belajar; kenapa kita tidak?.
Belajar adalah kebutuhan bagi manusia, khususnya pelajar yang sedang menuntut ilmu. Dengan belajar manusia bisa menambah wawasan dan informasi, tanpa ilmu pengetahuan manusia akan tertinggal digerus oleh jaman dan manusia yang lebih bergairah dalam belajar.
Dari itu Aidh Al-Qarni dalam tulisannya La Tahzan menyebutkan bahwa “Belajar merupakan hal yang paling penting bagi manusia.” Betapa pentingnya belajar bagi manusia, kita disuruh untuk merantau mencari ilmu, derajat orang-orang berilmu pun ditinggikan, dan Allah akan mudahkan bagi orang penuntut ilmu jalan menuju surga.
Lebih lanjut Aidh Al-Qarni dalam tulisannya menyampaikan bahwa kita tidak boleh berhenti belajar karena keengganan untuk belajar adalah penjara bagi lisan, kungkungan terhadap nilai pribadi, kebekuan untuk hati, kerusakan bagi otak, kematian bagi kepribadian, kelesuan di tengah perjalanan meraih pengetahuan, dan kekeringan bagi pikiran.
Dengan belajar sungguh-sungguh hidup akan bergairah dan berwarna dengan ilmu yang dimiliki, penuntut ilmu bisa bangkit dari keterpurukan karena semangatnya dalam belajar dan jatuh terpuruk karena malas belajar. Dari itu, penuntut ilmu yang enggan untuk belajar ia akan merasakan betapa perihnya kehidupan.