“Pasti seru punya saudara kembar” kata-kata itu selalu dilontarkan teman-teman ketika mengetahui aku memiliki saudara kembar. Namun, nyata aku yang menjalaninya tidak sedemikian itu. Sama halnya kakak beradik, anak pertama, anak tengah, anak terakhir, atau bahkan anak tunggal pastinya punya kisahnya tersendiri.
Apa yang ada di kepala kalian ketika mendengar temanmu memiliki saudara kembar? Kebanyakan reaksi yang aku terima adalah mereka dengan ekspresi kaget dan tidak menyangka. “Yang kakak mana, yang adik mana?” “Mau lihat foto kembaran mu dong” “kalian berdua pasti identik ya?”.
Sebenarnya bosan basa-basi itu yang selalu aku dengar dan aku pun menjawab mengulang jawaban yang sama dan aku sendiri pun bingung dan tidak tahu. Setiap acara keluarga besar aku selalu di jebak dengan pertanyaan “Ini si kembar mana?” karena kami iconic di mata keluarga besar.
Mungkin itulah gambaran pikiran mereka setiap melihat anak kembar. Mereka menganggap anak kembar menyenangkan halnya teman main seumuran di rumah, punya teman cerita, bisa bercerita, dan hal-hal seru lainnya. Nyatanya, kami bukanlah twins goals di media yang kalian tonton.
Banyak saudara kembar di luar sana yang memiliki selira yang sama, warna kesukaan sama, kepribadian sama, bahkan hal sama lainnya. Namun, berbeda dengan ku yang mana kami tidak suka di serupa kan perihal baju, warna, kepribadian.
Sejujurnya, rasanya sedikit canggung ketika kami mengakui bahwa kami kembar dan memberikan perhatian satu sama lain.
Hal memuakan ketika kami sering di bandingkan untuk disamakan dan dibedakan. Sejujurnya aku lebih bisa menerima ketika orang membandingkan ku bahwa kami memang berbeda. Tidak apa-apa ketika banyak hal yang tidak serasi dan itu bukan hal yang perlu dipermasalahkan.
Pilihan dalam memilih apa pun, warna kesukaan, jurusan kuliah, lagu kesukaan, dan lainnya. Aku suka warna biru dan kembaranku suka warna pink, aku suka casual sedangkan kembaran ku suka hal-hal girly.
Kami berdua tidak masalah dengan itu, tetapi suara dari luar yang mengatakan bahwa setiap pilihanku terasa tidak cocok. “Kok suka warna biru? Kembaran kamu suka warna pink”.
Aku memiliki selira atau pilihan yang berbeda dengan kembaran ku, karena anak kembar pun juga pasti memiliki perbedaan sifat atau pilihan.
Hal-hal itulah yang selalu dipertanyakan, walaupun hanya sekadar basa-basi, namun dilain sisi aku sering kali merasa tersinggung dengan pertanyaan itu. Seringnya akulah yang di bandingkan dan harus condong ke arah sosok kembaran ku dalam aspek pilihan apapun.
Ketika awal memilih jurusan, aku ingin masuk jurusan Arsitektur dan kembaran ku memilih dunia kesehatan yang memang mayoritasnya dunia teknik dipenuhi anak laki-laki dan dunia kesehatan dipenuhi perempuan.
Lagi dan lagi pilihanku terdengar sangat aneh karena memilih teknik dibanding kesehatan. “kok ambil jurusan teknik sih, bukannya itu biasanya jurusan laki-laki” dan hal-hal lainnya.
Terus-terusan dibuat merasa bersalah dengan keadaan itu terkadang timbul rasa haus perhatian dan ingin selalu terlihat unggul. Sering kali anak kembar bertengkar hebat karena hal sepele yang di mana salah satu dari mereka merasa ingin unggul dibanding saudara kembarnya.
Anak kembar harus sama dan harus selalu sama. Ketika salah satu nya tidak selaras atau bahkan jauh di bawah nya pasti muncul pembicaraan yang tidak mengenakan dari orang sekitar. Maka itu tak heran jika hubungan anak kembar menjadikan masing-masing sebagai enemy.
Aku dan kembaran ku bahkan sangat jarang mengobrol mengenai hal-hal yang kami pendam dan perasaan yang kami rasakan. Karena kami berdua sudah menganggap masing-masing sebagai "enemy" nya. Kami takut jika memberi tahu apa pun itu bisa menjadi celah untuk menyaingi satu sama lain.
Sejujurnya hubungan kami di depan orang tua terlihat baik-baik saja, tetapi di dalam hati masing-masing kami menyimpan keserakahan akan pujian berkeinginan selalu nomor 1.
Ada beberapa faktor yang menjadikan perbedaan pada karakteristik anak kembar.
Pertama, aku memang dari Sekolah Dasar sampai masuk perguruan tinggi ini aku dan kembaranku tidak pernah satu sekolah. Alasan ibuku agar kami tidak saling ketergantungan dan memiliki masing-masing teman.
Lingkungan sekolah yang berbeda bisa menjadikan perbedaan selira dan karakteristik seseorang karena orang-orang sekitar tiap lingkungan sekolah ataupun daerah memiliki karakteristik yang berbeda.
Kedua, perbedaan tontonan bisa berdampak terhadap perbedaan karakteristik masing-masing individu. Aku dan kembaranku bahkan tidak memiliki kebanyakan genre film yang sama. Aku menyukai action sedangkan kembaranku suka romance.
Tontonan bisa membentuk pola pikir seseorang bahkan sifat-sifat dalam diri masing-masing pribadi.
Ketiga, kegiatan atau rutinitas yang berbeda. Walaupun tinggal dalam satu rumah, namun sekolah di mana kegiatan rutin di jalani terlebih lagi kegiatan organisasi dan lingkungan teman yang berbeda sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan sifat seseorang.
Salah satunya mungkin menjadikan hubungan anak kembar sebagai enemy atau saingan dalam rumah. Perasaan tidak mau kalah itu yang sering kami berdua rasakan. Bahkan dahulu kami tidak boleh memiliki kamar masing-masing. Padahal anak kembar pun memiliki privasi nya tersendiri.
Kami berlomba-lomba lebih unggul untuk mendapat sanjungan atau pengakuan dari orang lain. keadaan itu membuat kami rasanya dikejar oleh sesuatu yang kami sendiri tidak tahu.
Saat memasuki dunia perkuliahan usia kami sudah bertambah, dan pengalaman hidup tentang anak kembar sudah cukup banyak. Kami saling mengerti satu sama lain dan hubungan kami mulai membaik.
Sebagai anak kembar bukan hal yang salah ketika berbeda selira atau hal apa pun. Karena pada dasarnya anak kembar juga dua manusia yang memiliki hati dan pikiran nya masing-masing.