Dalam dua tahun terakhir ini masyarakat dunia dihebohkan dengan yang namanya bitcoin, termasuk masyarakat Indonesia. Bitcoin (disingkat BTC) adalah mata uang digital (virtual currency atau cryptocurrency) dan sistem pembayaran peer-to-peer (P2P) yang diciptakan oleh pengembang peranti lunak dengan nama samaran Satoshi Nakamoto.
Bitcoin memiliki daya pikat istimewa karena menawarkan kepemilikan utuh tanpa perlunya ikatan dengan pihak ketiga, baik dari swasta dan pemerintah. Dengan kata lain, bitcoin itu terdesentralisasi dan tanpa ikatan dalam sistem transaksi dan kepemilikan.
Nah, kendati masih tergolong baru di Indonesia, tak dapat dipungkiri masyarakat begitu antusias dengan mata uang virtual tersebut. Antusiasme ini tentu saja tak lepas dari masifnya pemberitaan tentang bitcoin.
Sayangnya, masyarakat belum sadar betul kalau bitcoin ini risikonya sangat tinggi sehingga bisa membuat pemiliknya "miskin" mendadak. Oleh sebab itu, masyarakat perlu tahu yang namanya investasi yang sebenarnya.
Harus diakui, bitcoin ini ibarat dua sisi mata pisau. Di satu sisi, patut diacungi jempol kalau bitcoin telah menjadi sarana pertama kali masyarakat mengenal yang namanya investasi.
Seperti kita tahu, investasi pada dasarnya kegiatan memanfaatkan waktu, uang atau tenaga dengan harapan mendapatkan keuntungan dan manfaat di masa depan. Secara konkret, investasi adalah "membeli" sesuatu yang diharapkan bisa "dijual kembali" di masa yang akan datang dengan nilai yang lebih tinggi.
Di sisi lain, ada sisi gelapnya karena masyarakat belum sadar betul ancaman di balik investasi bitcoin. Pasar bitcoin sering berubah-ubah. Kenaikan dan penurunan harganya pun sulit diprediksi. Oleh karenanya, risiko ruginya sangat tinggi.
Kalau ada yang lantas menerapkan strategi membeli BTC yang murah di suatu negara dan menjualnya di negara lain, kemungkinan kehilangan uang juga sangat tinggi jika pasarnya berubah. Sisi gelap berupa risiko kerugian sangat tinggi. Bulan Januari lalu saja harga bitcoin anjlok hingga mencapai titik terendahnya dalam 1,5 bulan.
Sepintas, strategi jual beli BTC tidak jauh berbeda dengan saham atau komoditas di dunia nyata. Beli murah, jual mahal. Tapi, kalau mau dikaji lebih mendalam, perbedaannya sangat kentara.
Nilai mata uang bitcoin, jika dikonversi ke mata uang konvensional lainnya, juga sangat fluktuatif alias selalu berada dalam ketidakpastian. Bisa saja pemilik bitcoin hari ini memiliki Bitcoin senilai US$ 1.000, tapi siapa yang tahu jika di kemudian hari nilai uang tersebut hanya tersisa US$ 50.
Tak hanya risiko rugi yang sangat tinggi, Bank Indonesia (BI) pun secara tegas telah melarang mata uang kripto tersebut. Mata uang digital bukanlah alat pembayaran yang sah. Bank sentral juga jelas-jelas memberi peringatan keras kepada semua pihak agar tidak menjual, membeli atau memperdagangkan bitcoin.
Perlu dicatat pula, dalam bitcoin, tidak ada underlying atau aset yang dijadikan sebagai dasar transaksi. Apalagi, bitcoin juga tidak diterbitkan otoritas. Sudah pasti, harga bakal tak terkendali. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan ikut bersuara dengan menyebut uang digital seperti bitcoin dekat pada praktir gharar (ketidakpastian).
Ketidakjelasan ini makin diperparah dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang sekarang ini membeli bitcoin untuk mendapatkan untung dari fluktuasi harga. Cara-cara seperti ini jelas dekat dengan definisi perjudian dan spekulasi. Apalagi, ada potensi bitcoin bisa dipakai untuk beli narkoba, kegiatan terorisme dan hal negatif lainnya.
Para pelaku kejahatan pun dimungkinkaan menyembunyikan uang hasil kejahatannya di bitcoin. Kalau penjahat menyimpan uang di bank, tentu akan mudah terlacak. Tak hanya itu saja, mereka yang ingin menyembunyikan pendapatannya dari pemerintah agar bisa bebas pajak pun bisa memanfaatkan bitcoin.
Oleh sebab itu, masyarakat sudah selayaknya dikenalkan dengan investasi yang legal dan memiliki risiko yang tak terlalu ekstrem seperti bitcoin. Nabung saham di pasar modal menjadi solusinya.
Nabung saham sekarang ini pun sudah sangat mudah untuk dilakukan. Nabung saham online yang legal dan nyaman kini sudah bisa dinikmati, seperti melalui platform modern IPOTSTOCK milik PT. Indo Premier Sekuritas.
Platform ini menyediakan kenyamanan nabung saham online dengan teknologi tools modern untuk mengatur return terbaik dengan underlying terpercaya, analisis fundamental dan teknikal alias bukan perjudian atau spekulasi seperti dalam bitcoin.
Dengan dukungan fitur dan tools analisis andal ditambah dengan distribusi berita dan informasi riset secara berkala yang komprehensif masyarakat bakal mendapatkan imbal hasil yang maksimal dengan nabung saham secara benar.
Sejauh ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) memang tak lelah mengedukasi masyarakat untuk melek investasi di pasar modal dengan getol mengkampanyekan "Nabung Saham" secara masif.
BEI dengan program ini tidak semata-mata fokus pada penambahan jumlah investor baru, namun juga berupaya untuk menanamkan kebutuhan berinvestasi di pasar modal, yang secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah investor aktif di pasar modal Indonesia.
Nabung saham dimaksudkan untuk melawan inflasi. Inflasi dapat didefinisikan sebagai kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus sehingga nilai uang terus menurun.
Agar uang selalu bisa mengejar naiknya harga-harga, kita harus pintar-pintar mengelolanya, salah satunya dengan nabung saham, bukannya memburu bitcoin.