Drupadi, bagaimana dunia mengenalnya? Dari sebuah wiracarita India kuno berjudul Mahabharata kah? Dari seribu puisi yang menggambarkan kecantikannya kah? Atau dari perwujudan tayangan dua dimensi di sebuah layar kotak?

Drupadi, sebatas mana dunia memandangnya? Sebatas tokoh fiksi yang terwujud dalam imajinasi kah? Sebatas wanita yang terpaksa membagi cintanya menjadi lima kah? Atau sebatas pikiran hina dunia tentang latar belakang poliandri yang tak pernah diharapkan melekat pada identitasnya? Sebatas itukah dunia memaknai seorang Drupadi?

Sejatinya siapakah Drupadi itu? seperti apa rupanya? Sejauh mana pemikirannya? Dialah Drupadi yang tak diharapkan, yang lahir dari rahim api. Dari ritual suci Putrakama Yadnya. Yang merekah indah di tengah sumpah serapah sang ayah. Seorang perempuan yang ruangnya terbatasi oleh kultur patriarki.

Dialah Drupadi, anak perempuan yang dipertaruhkan ayahnya karena keelokannya. Lewat sebuah pelelangan tubuh yang membawanya pada Ksatrianya, Arjuna. Drupadi yang tidak memiliki eksistensi terhadap dirinya sendiri, hingga tak dapat menolak titah sang ayah. Ketika dia ditempatkan sebagai objek, sebagai benda, sebagai properti kepemilikan ayahnya, sebagai budak patriarki.

Lihatlah bagaimana Arjuna memenangkan Drupadi. Bagaimana Arogansi relasi kuasa Arjuna untuk memenangkan sayembara. Membawa ketidakberdayaan Drupadi memaksanya menjadi seorang istri dari lima laki-laki.

Sekarang bagaimana Drupadi dapat membagi cintanya? Sementara dia telah mengikat hatinya pada satu nama. Bagaimana dia akan menjalani setiap malamnya bersama kesatria yang berbeda? Sementara dia telah menenggelamkan dirinya pada satu malam, satu rembulan, satu ksatria, satu yang telah bertahta untuk seluruh hasratnya.

Dia tidak pernah meminta tercipta sebagai yang selalu terluka. Dia tak pernah meminta menjadi dirinya. Dia adalah bagian dari unsur yang dipaksa ada.

Dia bisa memejamkan mata untuk setiap kepedihannya, tetapi dia tak akan bisa memejamkan mata dari kenyataan yang akan membawanya jauh dari yang dicinta. Satu nama yang membuatnya bertahan melewati setiap bagian dari melankoli hidupnya.

Drupadi sadar, bahwa seluruh kehidupannya telah berubah dari semenjak dia mengelilingi tujuh putaran api suci dengan lima laki-laki yang berbeda.

Drupadi sadar, bahwa semua tak akan lagi sama. Bahkan tatap mata yang dicinta pun dapat berubah menjadi keragu-raguan akan kemurniannya. Bagaimana tidak? Dia sedang menjalani lima kehidupan sekaligus dalam satu dekapan. Dia lelah, dia ingin menyerah. tetapi dia tak bisa begitu saja kalah.

Ah, di mana Arjuna? di mana Sang kesatria perkasa idaman wanita sejagad raya itu berada? Tahukah dia bahwa wanitanya menantinya? Taukah dia sebesar apa permaisurinya menaruh harap padanya? Taukah dia betapa kekasihnya tengah sangat terluka karena ulahnya? Taukah dia, atau kini dia mulai mempertanyakan eksistensinya di mata sang istri yang telah dia buat terbagi menjadi lima itu? Adakah nama lain yang kini bertahta di hati Sang kesatria?

Tak adakah satu bagian dari dunia ini yang bisa melihat kegundah gulanaan Drupadi? tidak adakah yang sedikit saja mencoba memahami kesedihannya? Tidak adakah yang mau mengulurkan tangannya untuk Ratunya yang tersungkur di pojok ruangan paling gelap di dalam hatinya sendiri? Tidakkah kau mendengar jeritan hatinya yang memanggil nama Arjuna?

Jangan katakan tidak hanya karena dia seorang wanita. Jangan katakan tidak hanya karena dia menyandang statusnya. Jangan katakan tidak hanya karena Dia adalah bagian yang telah lama hilang dari sebuah peradaban yang mulai terlupakan.

Di mana Arjuna? Sang kesatria, datanglah padanya. Bawa dia sejauh mungkin dari duka. Dari dunia yang mengasingkannya? Ragu kah kau Arjuna? Ragukah kau pada cintanya? Ragukah kau pada kemurniannya? Jangan kau pertanyakan wahai Sang kesatria. Jangan coba kau pertanyakan perihal rasa.

Karena jika kau lupa, dia akan tetap sama. Dia masih Drupadi yang sama, seperti pertama kali kau bertemu dengannya. Dia masih Drupadi yang sama, yang mengenali Arjuna meski dalam wujud Brahmana. Dia masih Drupadi yang sama, yang berani mempermalukan Raja Angga hanya demi mengambil cinta Sang Arjuna.

Dia masih Drupadi yang sama yang kau bawa dari Panchala menuju pengasingan. Dia adalah Drupadi. Drupadi yang sama, yang menemanimu dalam suka dan duka. Dari Panchala menuju rimba, dari Indraprastha menuju Hastinapura. Dia tetap dan akan selalu menjadi Drupadi yang sama untuk Arjuna, kesatria pertamanya, meski dia memiliki empat yang lainnya. Dia tetaplah api cinta sang ksatria dan itu selalu Arjuna.

Bahkan setelah Yudhistira menjadikannya taruhan dalam perjudian. Bahkan setelah Kurawa menodainya. Bahkan setelah Dursasana mencoba melucuti pakaiannya, menyeret rambutnya. di mana Arjuna? Mana suara lantangmu? Mana panah Pasopati mu?

Tidakkah hatimu tercabik-cabik wahai sang kesatria? Tidakkah kau hancur melihatnya menjerit kesakitan di antara para Kurawa? Jika bukan karena Kresna, kau tak akan lagi melihat Drupadi yang sama. Bukankah ksatria Bima yang pertama berteriak lantang akan memenggal kepala para Kurawa? Lalu dimanakah kesatria yang dicintainya? Di mana Arjuna?

Jangan buat sang putri api meredupkan sinarnya. Jangan buat benteng ketegarannya goyah hanya karena diammu wahai kesatria. Arjuna, lupakah kau padanya? Begitu memikat kah Subadra hingga kau mampu menatap Drupadi dengan tatapan ragu? Drupadi masih sama wahai kesatria. Bahkan hingga perjalanan suci mengelilingi Bharatawarsha sampai sudut paling utara, Himalaya.

Bahkan saat dia pada akhirnya memejamkan matanya untuk selamanya. Tahukah kau apa yang dikatakan Yudistira, bahwa Dropadi tidak pernah membagi rasa cintanya secara adil kepada lima Pandawa. Di antara para Pandawa, cintanya kepada Arjuna lebih besar daripada yang lain. Akibat pilih kasih tersebut, Drupadi tidak mampu melanjutkan perjalanan menuju puncak Himalaya.

Drupadi, dia adalah api cinta sang ksatria. Dan hanya ada satu nama untuk itu, yaitu Arjuna.