“Ini adalah bagian hijau dari tanaman di bumi yang padat dan lautan yang tanpa henti mengoperasikan perampasan bagian penting dari energi cahaya matahari. Dengan cara inilah cahaya — matahari — menghasilkan kita, menghidupkan kita, dan melahirkan kelebihan kita. Kelebihan ini, animasi ini adalah efek cahaya (kita pada dasarnya tidak lain adalah efek matahari).” -Georges Bataille, Oeuvres Complètes [VII 10]

Bintang bersinar pada porosnya. Pengapiannya terjadi secara bertahap sehingga tidak ada momen "pengapian" yang jelas.

Pada awalnya, bintang bersinar panas jauh sebelum fusi dimulai. Sebut saja bintang di fase ini sebagai protobintang. Saat protobintang mulai hancur karena beratnya sendiri, ia menghasilkan panas yang menyinari ruang hampa udara yang dingin. Protobintang mengubah energi potensial gravitasinya menjadi panas di fase tertentu, yang memberikan tekanan serta memperlembat kehancurannya sendiri.

Bagian inti bintang yang terus dipampatkan secara bertahap mendekati suhu di mana fusi menjadi mungkin. Selama ribuan tahun lamanya, fusi menjadi bentuk sumber energi utama, menciptakan gaya yang menghentikan kehancuran bintang itu sendiri saat gaya tekan mencoba meledakkan bintang hingga terlupakan. Dan jadilah pada fase ini bintang dapat menopang massanya sendiri.

Hal ini menyebabkan permukaan bintang yang lebih stabil karena berhentinya kontraksi. Keseimbangan ini dicapai di mana fusi dapat mengeluarkan tekanan termal yang cukup untuk menyeimbangkan massanya secara tepat.

Kisah semesta dimulai pada 4.500.000.000 tahun yang lalu. Kelebihan energi dalam bentuk cahaya lolos dari dalam penjara teriknya. Satu foton cahaya hanya membutuhkan 8 menit untuk mencapai permukaan Bumi dari permukaan matahari. Namun butuh 100.000 tahun dari inti matahari untuk sampai ke permukaan - dimana panas meledak dan cahayanya terbang dengan kecepatan cahaya.

Ini adalah Ekonomi Umum Bataille, di mana dalam sistem ini, matahari menghasilkan sejumlah besar energi berlebih yang dikeluarkannya menuju permukaan Bumi. Ini bukan metafora belaka, karena dengan tergapainya Bumi oleh cahaya Matahari, Bumi mengalami kehamilannya yang disebut "kemunculan makhluk hidup". Bataille memberi tahu kita bahwa alam semesta itu energik, dan nasib yang melekat pada energi adalah pemborosan. 

Energi dari matahari dikeluarkan secara sepihak dan tanpa desain. Radiasi matahari yang menyerang sumber daya Bumi adalah upaya terestrial, memprovokasi Bumi dengan demam yang kita sebut "kehidupan".1

Hidup menjadi proses pelarian dari perakitan diri, seperti matahari. Proses umpan balik positif berkumpul dan memuncak menjadi titik-titik tunggal sampai mereka mencapai keseimbangan. Titik-titik ini secara intens membentuk homestasis dan akhirnya menyerah pada tarikan entropi serta kembali ke bidangnya yang tidak teratur: Kematian jumlah tubuh meningkat di bawah permukaan, dan tubuh mulai mengendap, pembusukan akhirnya mulai terjadi. 

Sebuah kisah traumatis yang dimulai di makam ruang angkasa yang kosong dan memuncak pada pergeseran lapisan kerak bumi, dihancurkan oleh panas dan tekanan lempeng tektonik, menciptakan kekuatan hidup untuk teknokapital, darah Bumi, emas hitam seperti yang disebut beberapa orang: Minyak. Dan Reza Negarestani cukup sebut sebagai "kotoran timur tengah." 2

Bagi Freud, keinginan bawah sadar untuk kembali ke keadaan anorganik menciptakan dorongan kematian. “Jika kita menganggapnya sebagai kebenaran yang tidak mengenal pengecualian bahwa segala sesuatu yang hidup mati karena alasan internal — menjadi anorganik sekali lagi — maka kita akan dipaksa untuk mengatakan 'tujuan semua kehidupan adalah kematian' dan, melihat ke belakang, bahwa 'benda mati ada sebelum makhluk hidup'.”3

Dorongan kematian tidaklah unik untuk jiwa manusia. Dorongan kematian dapat berlaku untuk anorganik itu sendiri. Keniscayaan untuk semua bintang mengalami kehancuran bukanlah hanya sandiwara fisika, tetapi juga proses entropi yang dihadapi sistem manapun. 

Kembalinya sistem ke dalam keadaan tidak aktif adalah bentuk sebenarnya yang final dari "keseimbangan", dengan demikian agregasi sedimentatif organik dari limbah matahari dalam bentuk minyak adalah aktualisasi dari keseimbangan ini, saya menyebutnya Nirwana minyak, atau kemampuan untuk melepaskan diri dari siklus pengeluaran dan kembali ke keadaan tidak aktif atau ketiadaan.

Pada tahun 1859 di Titusville, Kol. Edwin Drake mengebor sumur pertama yang berhasil menembus batuan lalu menghasilkan minyak mentah. Peristiwa ini memberikan jalan untuk mengetahui retakan trauma Bumi yang sudah lama terlupakan. Dilanjutkan dengan gelombang industrialisasi. Melimpahnya energi surya dalam bentuk minyak menyebabkan sentralisasi teknologi, yang menciptakan ketimpangan kekayaan massal. 

Hal ini dirasakan dalam perbedaan intensitas waktu, yang tercermin dari melimpahnya waktu luang untuk segelintir orang. Dalam hal limbah material, banyak karbon yang tidak dapat diurai, entah dalam bentuknya karbondioksida hingga plastik. Ketidakteruraian materi baru ini mencapai keseimbangan baru ketika plastik berkembang biak dengan sendirinya di usus semua organisme hidup.

Dorongan libidinal kita memperbudak keinginan kita. Tidak ada obat untuk penjangkitan trauma ini. Teknokapital dan Teror Xenomorfik muncul karena minyak dapat menggerakan wabah ini. Tetapi ketergantungan akan minyak harus dihilangkan sebelum proses ini: padam dengan sendirinya karena minyak telah habis.

Catatan Kaki:

[1]  Nick Land, The Thirst for Annihilation: Georges Bataille and Virulent Nihilism (London: Routledge, 1992), xviii

[2] Reza Negarestani, Cyclonopedia: Complicity with Anonymous Materials (Melbourne: re.press, 2008)

[3]  Sigmund Freud, Beyond the Pleasure Principle (New York: Dover Publications, 2015), 32