Dalam kehidupan pasti akan dihadapkan pilihan-pilihan, maka jangan pernah lupa untuk selalu melibatkan Allah dalam menentukan yang terbaik.

Kita harus pandai memilih yang baik menurut Allah, karena yang baik menurut-Nya maka pasti baik juga bagi makhluk-Nya. Sebab hanya Allah yang tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya.

Jangan memilih dari yang disuka atau disenangi saja, karena diakhir nanti akan menuai akibatnya. Beruntung jika akibatnya baik, namun jika buruk akan berakhir dengan penyesalan.

Sebagaimana Allah SWT berfirman,

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 216).

Ayat ini merupakan kaidah yang agung, kaidah yang memiliki hubungan erat dengan salah satu prinsip keimanan, yaitu iman kepada qadha dan qadar. Musibah-musibah yang menimpa manusia semuanya telah dicatat oleh Allah lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. 

Meletakkan ayat di atas sebagai pedoman hidup akan membuat hati ini tenang, nyaman dan jauh dari keresahan. Andai kita mau kembali melihat lembaran-lembaran sejarah di dalam Al-Qur’an, membuka mata untuk mengamati realita yang ada, niscaya kita akan menemukan pelajaran-pelajaran dan bukti yang sangat banyak. Contoh yang menunjukkan bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik dalam kehidupan sehari-hari adalah:

Kisah seseorang yang dahulunya setelah lulus SMP ia ingin melanjutkan ke pondok pesantren. Namun qodarullah, impian yang sejak dulu ia inginkan belum terwujud. Ia diterima di sekolah SMA favorit di daerahnya. Perasaan senang ia rasakan, namun di sisi lain ia juga sedih karena impiannya belum tergapai.

Singkat cerita, ia memasuki organisasi Rohis. Ia ingin mengembangkan minat dan bakatnya walau bukan di pondok pesantren. Tanpa diduga, ia memperoleh prestasi yang sebelumnya belum pernah didapatkan. Dengan itu, ia yakin dan sadar bahwa kehendak yang Allah tetapkan terdapat nikmat yang tersirat.

Allah SWT berfirman dalam surah Ar-Rahman ayat 13 yang berbunyi,

فَبِاَىِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman : 13).

Ayat ke-13 tersebut diulang sebanyak 31 kali dalam surah Ar-Rahman. Mengapa demikian?

Ayat tersebut diulang-ulang untuk memperkuat adanya nikmat Allah SWT untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya, termasuk manusia. Hadirnya ayat ini untuk memperingatkan manusia.

Melalui surah Ar-Rahman, Allah SWT menerangkan satu per satu nikmat yang diberikan-Nya kepada makhluk ciptaan-Nya. Allah menyusun surah ini sedemikian rupa sehingga menjadikan kalimat فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ menjadi sebuah ayat pemisah dari tiap penjelasan nikmat tersebut.

Nikmat itu tidak selalu bentuknya adalah sebuah kebaikan, adapula nikmat yang diberikan oleh Allah dalam bentuk cobaan untuk menguji hambanya. Sakit contohnya, seseorang apabila diuji oleh Allah dengan diberikan penyakit dia menjadi lupa akan banyaknya nikmat yang telah ia terima, dia hanya mengeluh dan bahkan melalaikan perintah Allah. 

Kalau saja kita sadari dibalik Allah memberikan kita cobaan dengan rasa sakit ada hikmah tersembunyi dibaliknya. Allah mengutus empat malaikat untuk selalu menjaga kita ketika sakit.

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang hamba yang beriman menderita sakit, maka Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menulis perbuatan yang terbaik yang dikerjakan hamba mukmin itu pada saat sehat dan pada saat waktu senangnya.”

Sabda Rasulullah diriwayatkan oleh Abu Imamah Al-Bahili. Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda: “Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus empat malaikat untuk datang padanya.”

 Allah memerintahkan :

1. Malaikat pertama untuk mengambil kekuatannya sehingga menjadi lemah.

2. Malaikat kedua untuk mengambil rasa lezatnya makanan dari mulutnya.

3. Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit menjadi pucat pasi.

4. Malaikat keempat untuk mengambil semua dosanya, maka berubahlah si sakit menjadi suci dari dosa.

Tatkala Allah akan menyembuhkan hamba mukmin itu. Allah memerintahkan kepada malaikat pertama, kedua, dan ketiga untuk mengembalikan kekuatannya, rasa lezat, dan cahaya di wajah sang hamba.

Namun untuk malaikat keempat, Allah tidak memerintahkan untuk mengembalikan dosa-dosanya kepada hamba mukmin. Maka bersujudlah para malaikat itu kepada Allah seraya berkata: “Ya Allah mengapa dosa-dosa ini tidak Engkau kembalikan?”

Allah menjawab: “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa-dosa tersebut ke dalam laut.”

Dengan ini, maka kelak si sakit itu berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sakit panas dalam sehari semalam dapat menghilangkan dosa selama setahun.”

“Tiada seorang mukmin yang ditimpa oleh lelah atau pe­nyakit, atau risau fikiran atau sedih hati, sampai pun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan di­jadikan penebus dosanya oleh Allah.” (HR. Bukhari Muslim).

“Jika sakit seorang hamba hingga tiga hari, maka keluar dari dosa-dosanya sebagaimana keadaannya ketika baru lahir dari kandungan ibunya.” (HR. Ath-Thabarani).

Dari sini kita dapat mengambil hikmah bahwasannya nikmat yang Allah berikan itu tidak semata-mata bentuknya kebaikan tapi ada juga bentuknya melalui cobaan. Semua sudah menjadi ketetapan Allah. Allah hanya menguji kita siapa yang layak mendapatkan ridha dan ampunan-Nya.

Pembaca yang budiman marilah kita melibatkan Allah dalam setiap urusan. Karena dibalik kehendak-Nya terdapat kebaikan yang belum kita ketahui. Mudah-mudahan kita menjadi hamba yang selalu bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan-Nya. Wallahu ‘alam bishawab.