Belakangan ini kita dapat melihat atau banyak menemui akan adanya anak yang mengalami frustasi maupun depresi yang disebabkan oleh beberapa faktor. Entah itu masalah pribadi ataupun masalah lingkungan yang telah dirasakan oleh anak itu sendiri. Salah satu faktor yang sering menjadi latar belakang remaja depresi adalah faktor orang tua.

Kondisi ini berdampak terutama kepada anak-anak, yang kemungkinan menyebabkan anak-anak tersebut memiliki gaya hidup yang kurang baik. Broken home salah satu hubungan yang tidak sehat atau terputus dalam unit keluarga. Meskipun sering dikaitkan dengan perceraian, tapi kondisi broken home dapat terjadi juga dalam keluarga yang masih utuh di atas kertas.

Sebagai contoh keluarga yang mungkin masih utuh, tapi anggotanya saling berkonflik dan terasing satu sama lain. Broken home atau keluarga yang tidak utuh dapat digambarkan melalui kekerasan, ketakutan dan tidak percaya, kasih sayang bersyarat, kurangnya kedekatan, dan komunikasi yang buruk.

 Broken home biasanya terjadi karena adanya kekerasan, masalah kesehatan mental, masalah finansial, batas-batas yang dilanggar, perbedaan nilai, orang dewasa yang terlalu mengontrol dan tidak mengakui kesalahan dan minta maaf.

Biasanya dalam keluarga yang tidak utuh, tumbuh rasa tidak percaya dan ketakutan akan tidak kepastian. Anak-anak yang tumbuh dalam ketakutan dan kemarahan atau reaksi orang tua cenderung sulit mengekspresikan diri dengan jujur demi menghindari konflik.

Dalam keluarga yang tidak utuh, akan ada semacam manipulasi dengan kasih sayang atau cinta hanya diberikan ketika mereka menginginkan sesuatu dan dengan syarat. Jika keinginan atau syarat tidak terpenuhi, maka kasih sayang tidak diberikan.

Batasan ini dalam hal sejauh mana anggota keluarga mencampuri keputusan anggota yang lain. Misalnya orang tua sangat mengendalikan dan menentukan keputusan anak, membuat anak tidak memiliki kebebasan berpendapat.

Biasanya keluarga yang tidak utuh tidak menunjukkan tanda-tanda kedekatan, baik secara fisik maupun emosional. Anggota keluarga tidak merasa nyaman dalam berkomunikasi satu sama lain dan selalu ada ketegangan. Tidak ada pengertian antar satu anggota dengan anggota lainnya.

Dikutip dari detik jabar, Kekerasan yang dialami anak broken home biasanya berupa kekerasan fisik, emosional atau seksual. Hal ini dapat merusak kesehatan mental anggota keluarga dan mempersulit kemampuan mereka untuk saling memaafkan, karena kekerasan yang dilakukan sangat menyakitkan.

Jika salah satu anggota keluarga memiliki masalah kesehatan mental, sebuah keluarga bisa menjadi tidak harmonis dan akhirnya tidak utuh. Jika anggota tersebut tidak menyadari bahwa dirinya memiliki masalah kesehatan mental dan memberikan dampak buruk pada anggota yang lain.

Keuangan juga bisa menyebabkan keluarga tidak harmonis. ketika kondisi ekonomi kurang baik, tapi juga saat dalam kondisi baik tetapi pengelolaannya buruk dan tidak ada keterbukaan.

Ketika batasan itu dilanggar, biasanya akan memunculkan konflik. Mestinya masing-masing anggota keluarga memiliki batasan dan ada hal-hal yang menjadi urusana sendiri, tidak harus dicampuri anggota keluarga yang lain.

Anggota keluarga juga bisa memiliki perbedaan nilai yang dipegang satu sama lain. Perbedaan nilai yang dipercaya, seperti agama dan politik, bisa menimbulkan konflik apabila tidak dikonsumsikan dengan baik terutama jika kemudian ada pemaksaan nilai satu sama lain.

Baik orang tua atau orang yang lebih tua dalam keluarga, jika terlalu mengontrol anak-anak atau orang yang lebih muda, maka berisiko menimbulkan konflik yang berujung pada broken home.

Setiap keluarga pasti memiliki masalah dan anggota juga bisa berbuat salah. Namun, tidak mengakui kesalahan dan minta maaf bisa memperuncing masalah dan berujung pada konflik yang lebih besar lagi.

Hingga saat ini dampak yang ditimbulkan oleh anak broken home itu bisa secara fisik maupun mental. Tak sampai di situ perkembangan anak menjadi menurun sehingga anak menjadi pribadi yang introvet serta tertutup dengan orang asing. 

Dampak

Dampak yang mungkin dirasakan secara langsung oleh anggota yang mengalami broken home, terutama pada anak-anak. Anggota keluarga rawan mengalami depresi dari perpecahan yang terjadi. Mereka juga kesulitan untuk mengungkapkan perasaan negatif karena terbiasa menyembunyikannya.  

Anak yang berasal dari keluarga yang tidak utuh biasanya memiliki sifat-sifat yang negatif dan sulit membangun hubungan sosial yang baik dengan orang lain. sifat negatif itu tidak harus berbentuk kekerasan yang merugikan orang lain, tetapi juga sifat negatif yang merugikan dirinya sendiri. Misalnya bersifat tertutup karena tidak mudah percaya pada orang lain.

perkembangan anak mungkin akan melambat dan kualitas belajarnya buruk. Broken home membuat dinamika dalam keluarga juga berubah. Yang tadinya suatu peran dijalankan oleh Ayah Ibu, harus dilakukan oleh Ayah saja atau Ibu saja. Anak juga sering kali harus menggantikan peran orang tua, terutama anak yang paling tua.