Ku jemput fajar berlari-lari
Sesak peluh mengobrak dada bingkai hati
Bisingan-bisingan lenyap seketika tiada sisi
Jelang terik matahari berkecambah
Spirit diriku tumbang mengalah.
Setiap kesempatan ku temui beberapa melankoli
Sementara jarum berkitar sembunyi-sembunyi
Ku langkahi sedemet untuk pergi
Terpantul bias ide ku diurung peti mati.
Ku tuliskan sayup sastra berelegi
Lamat-lamat menyisak hati
Dari berbagai justifikasi
Diiringi pula beberapa diksi
Terciptalah secarcik puisi;
Untuknya yang sering menahati.
Dalam rangkaian peti mati
Sunyi, ramai, lalu menyepi
Ku ramu peristiwanya dalam bentuk narasi;
Berjudul "Bunuh Diri".
Pada paragraf terakhir nalar ku terkulai
Lantaran kekasih yang rumit dipahami
Lantaran pula cemburunya yang melerai-lerai
Sesal ku, jujur tak sebengis belati
Paling tidak, untuk menjadi seorang istri
Ia tahu bagaimana cara saling mencintai.
Ternate, 03.38 am.