Adakah yang ingin menyiapkan telinganya buatku malam ini? Aku sungguh ! diri ini sungguh memintanya, bila tidak ada, tidak apa-apa, aku tidak memaksanya. Aku tidak ingin kalian terpaksa memberikannya kepadaku.

Aku hanya ingin menyampaikan semangat akan putus asa. Bila saja ada seseorang yang memberikannya kepadaku, aku tidak akan berteriak atau berbisik di depan telinga itu. aku hanya ingin memotongnya, dan ku bawa telinga itu ke perempatan yang terdekat dan mengajak main lompat tali dengannya, sebagai teman hidupku untuk malam ini.

Aku hanya ingin menggantikan kedudukan telinga itu sebagai pengganti manusia, karna ku tak mengenal dengan adanya manusia. Siapa ia ? Untuk apa ia ? Bila ia diciptakan, mengapa dirinya selalu menyalahkan dirinya sendiri. Bukan hanya itu, bila manusia ada, mengapa ia merusak pikiran manusia lain ? bukannya ia harus membuat sebuah kebahagian.dan tidak perlu menciptakan penderitaan.

Maka dari itu, aku lebih baik berteman saja dengan telinga yang ingin aku adopsi itu. dari pada harus berteman dengan manusia yang selalu saja mengingat masa lalu yang suram. 

Aku tidak mengenal masa lalu, dan aku pun enggan untuk berteman dengan masa lalu. Tidak ada dampak positif bagiku, dan itu tidak ada kesan untukku. Ia datang dan tercipta hanya untuk dikenang, walaupun itu adalah hal yang terindah. Apa yang kau pikirkan dengan masa lalu, ia hanya untuk bahan cerita, dan dijadikan sebuah tulisan, yang terkadang untuk dibaca ulang, dan itu cukup menggores lapisan hati.

Sesekali aku berfikir, mengapa telinga itu harus ku ajak bermain lompat tali ? kenapa tidak ku taruh saja di atas piring, dan dijadikan menu spesial untuk malam ini ?, bukannya itu lebih menguntungkan untuk diriku, karna rasa kenyang yang akan aku alami.

Tapi, bila ku makan telinga itu, aku tidak memiliki teman hidup di dunia yang sungguh kusam, kumuh dan para penduduknya yang tak ingin mengeluarkan eksistensi dirinya. Mereka setiap hari dan setiap waktu, selalu saja memakai topeng, dan topeng itu selalu berbeda-beda. Tergantung orang yang ia jumpai.

Sudahlah ! biarkan saja ! biarkan telinga itu menjadi teman hidup ku. Karna ia setia untuk mendengarkan ceritaku, terhadap dunia yang begitu kusam dan dilebur-baur dengan sandiwara kehidupan. Lagi pula, malam ini aku sudah memiliki menu spesial, yang sudah terangkum di hari ini. Tersaji di atas piring berlian bercahaya duka. Seabrek pilu dan sakit hati karena diacuhi. Dan pikiran macam-macam yang datang gerombolan tidak kira-kira.

Aku masih muda, mengapa aku selalu merenungi nasib malam ku. Aku tau, aku tak setampan mereka yang memakai topeng, dan aku pun tidak segenius mereka. Lebih baik aku ambil selimut ku, lalu ku ucapkan selamat malam kepada dunia. Kata-kata yang diucapkan untuk diri sendiri, sebenarnya menjadi duri yang menusuk dan membuat tenang.

Diri ini sadar bahwa ia tercipta bukanlah siapa-siapa dan tidak bisa apa-apa. Sedang nasib buruk hanya diperuntukkan bagi orang yang telah tinggi. Terlalu sombong orang sepertiku menyesali nasib buruk. Duri ini semakin membuat nyaman.

Lah ! mengapa seperti ini ? mengapa berubah seperti ? seharusnya aku rendah hati, agar diriku tidak menyasali masa lalu. Bila seperti ini, sama saja aku layaknya mereka, bangkai bumi yang bergerak, dan mengiasi dirinya dengan beribu-ribu topeng. Tak perlu seperti itu, ini diriku, bukan dirimu, ini hidupku, bukan hidupmu. Jadi tak perlu seperti ia yang selalu merasa pilu. Tak ada gunanya, sungguh percuma hidup ini, bila harus meniru yang lain.

Bagaimana jika malam memandangimu dengan rasa mesra. Namun, ketika itu kau menghianati. Malam akan makin muram. Aku akan didiamkan saat itu juga. Tak sanggup aku berfikir tentang bentuk muramnya malam. Ketika Rasullah SAW. Murung kepadaku aku sudah tak lagi berguna. Lebih baik aku terkubur sangat dalam, dari pada diriku harus murung dengan nasib malamku.

Tapi, bila ku melakukannya. Itu takkan baik ketika harus mati tanpa meniggalkan murung. Harimau mati meniggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan utang. Lalu untuk apa seperti ini ?, nabi ku saja tidak mengajarkan untuk selalu menyesali diri sendiri dan tidak perlu untuk bersandiwara setiap hari.

Lebih baik, aku berteman dengan masa depan saja dan membidik sesuatu, untuk direncakan kedepannya. Itu lebih baik, dan ini saatnya untuk menurunkan telapak kakiku untuk melaju ke depan, untuk meraih kebahagian atas cita-cita yang telah terkonsep pancang lebar, dari pada harus berteman dengan masa lalu, dan selalu berlari kebelakang. Kalau seperti itu, aku akan ketinggalan dengan mereka. Yang berlari jauh untuk meraih kebahagian.

Pikiran ku sudah matang, dan tak bisa diganggu-gugat. Bila kau tak setuju, tidak apa-apa. Karna ini rencakan ku. Namun, harus kau ingat. Suatu saat kaki ku akan berada diatas kepala kalian. Bagi kalian bertopeng, yang telah mengangap diri ini acuh dan tak berguna. Ilmumu takan seberapa dan tak bermanfaat, bila kau jadi kan alat cemoohan. lebih baik kalian tenggelam hingga dasar lautan, sambil membawa ilmu yang tak berguna itu, yang dijadikan ajang kesombongan.