Tuhan, apa itu Tuhan? Tuhan dipahami sebagai asas suatu kepercayaan, tidak ada kesepakatan mengenai konsep ketuhanan sehingga memunculkan berbagai konsep ketuhanan di masing-masing setiap agama maupun aliran keyakinan.
Tuhan didefenisikan dari sifat-sifat-Nya, Maha Tahu, Maha Hadir, kekal, pencipta segala sesuatu. Namun lebih lagi, Tuhan bukan ada begitu saja, tapi selalu terhubung dalam peristiwa-peristiwa besar manusia.
Tuhan adalah sebutan manusia kepada sang pencipta alam semesta ini, kemudian Tuhan mempunyai nama masing-masing di setiap agamanya, tetapi di dunia ada sebagian manusia yang menyangkal akan keberadaan Tuhan.
Sebagai makhluk yang mempunyai akal hendaklah kita bisa mempercayai adanya keberadaan Tuhan sebagai pengatur dan pencipta alam semesta ini, kenapa saya katakan seperti itu? Bayangkan saja tidak mungkin alam semesta yang luas ini tanpa adanya yang Maha Kuasa telah menciptakannya.
Tidak inginkah akal kita memikirkannya sampai ke sana? Sangat mustahil alam ini berdiri dengan sendirinya dari berjuta-juta abad yang lalu tanpa ada yang menciptakan dan mengaturnya.
Nah, untuk itu bagaimana cara kita memikirkan bahwa keberadaan Tuhan itu betul adanya? Menurut Augustinus Manusia yang dibekali akal mengetahui dari pengalamannya bahwa dalam alam ini ada kebenaran.
Di saat yang sama, akal manusia merasa terkadang bahwa ia mengetahui apa yang benar, tapi terkadang ragu-ragu bahwa apa yang diketahuinya itu adalah sebuah kebenaran.
Dengan kata lain, akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih ada suatu kebenaran tetap, kebenaran yang tidak berubah-ubah itulah yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal dalam usaha mengetahui apa yang benar. Kebenaran tetap dan kekal itu merupakan kebenaran mutlak itulah yang disebut Tuhan.
Tuhan memang tidak nampak dengan panca indra manusia, sehingga inilah menjadikan faktor sebagian manusia mempertanyakan, dimana Tuhan itu? sebenarnya Tuhan itu ada atau tidak? Apakah Tuhan itu bisa kita percayai keberadaannya?
Jika kita pikirkan kalaulah tuhan Nampak, dimana letak keagungan dan kebesaran Tuhan tersebut? Apa yang membedakan Tuhan dengan makhluk ciptaannya? Inilah beberapa alasan kenapa Tuhan tidak Nampak tetapi kita harus mempercayai keberadaannya.
Kita berada di alam, alam ini kita yakini sebagai akibat dan setiap akibat wajib adanya sebab. Mustahil alam yang luas ini ada dengan sndirinya, akal kita pun akan menyangkal hal ini. Sama halnya dengan tukang kayu lebih wajib adanya ketimbang meja. Nahh kita kembalikan kepada alam.
Zat yang menyebabkan alam itu tidak mungkin alam itu sendiri sebagaimana meja tidak mampu menjadikan dirinya sendiri. Kalaulah demikian, tentunya ada zat yang lebih sempurna dari alam itu yaitu adanya Tuhan sebagai sebab utama. Sebab yang utama tidak disebabkan sesuatu yang lain karena Dia-lah yang awal dan utama.
Seorang teolog Inggris menganalogikan alam raya ini dengan sebuah jam. Kita anggaplah ada seseorang yang tidak pernah melihat jam seumur hidupnya, kemudian dia menemukan benda tersebut di tengah pasir. Semua yang dia lihat pada jam itu adalah struktur mekanik yang semua bagian-bagainnya saling bekerja sama. Akhirnya, dia bisa menyimpulkan bahwa benda tersebut dibuat oleh seorang yang pintar dengan tujuan tertentu.
Begitu juga pada alam ini, alam penuh dengan keteraturan. Langit yang tinggi dan membiru. Matahari yang selalu bersinar pada siang hari dan bulan muncul pada malam hari kemudian bintang-bintang bertebaran dan segala yang ada dialam ini semuanya bekerja sama seolah-olah ada yang mengaturnya. Bukankah itu semua ada sang Maha Pencipta yang Maha Kuasa? Ya itulah Tuhan.
Bagaimana kita bisa merasakan keberadaan Tuhan? Sama halnya ketika kita ditampar, bisakah kita menjelaskan apa rasa dari sakit itu? Apa bentuk dari rasa sakit tersebut? Rasanya tidak ada satupun didunia ini yang bisa menjelaskan rasa sakit itu.
Kalau kita mengatakan sakit itu luka, merah, dan sebagainya, itu bukan lah rasa sakit yang sesungguhnya melainkan itu hanya dampak dari rasa sakit itu. Begitu juga dengan keberadaan tuhan, jika bertanya dimana Tuhan itu berada? Maka kita tidak bisa menjelaskannya tetapi kita bisa merasakan dampak-dampak kemaha kuasaannya di alam semesta ini.
Nahh dari sini bisa kita pahami bahwa keberadaan Tuhan itu memang betul adanya dan bisa kita percayai. Selain akal kita bisa mempercayainya sesungguhnya jauh dari hati sanubari kita juga mempercayai bahwa Tuhan itu memang ada.
Kalau manusia merasa bahwa dalam dirinya ada perintah mutlak untuk mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk dan kalau perintah itu didapatkan bukan dari pengalaman tetapi telah terdapat dalam diri manusia, maka perintah itu mesti berasal dari suatu zat yang tahu akan baik dan buruk. Zat inilah yang disebut Tuhan.
Perasaan dapat menegaskan dengan jelas bahwa Tuhan itu ada. Perasaan inilah yang dapat membuktikan dengan sejelas-jelasnya bahwa Tuhan mesti ada. Setiap manusia yang ada dibumi ini pasti meyakini adanya zat yang berkuasa dalam mengatur, memelihara alam semesta.