"Berpikir filosofis artinya mampu menerima segala kemungkinan. Konsepsi pikiran tidak akan pernah menjadi mutlak. Pikiran selalu membutuhkan pengujian dan penalaran ulang."

Pembahasan paling fundamental (mendasar) dalam filsafat adalah tentang keberadaan (being). "Kenapa aku/kita ada?" adalah pertanyaan yang sangat menarik dan selalu menjadi perhatian hingga saat ini. Tak hanya filsuf, saintis pun, juga kita semua perlu berpikir secara filosofis. 

Hal ini sangat diperlukan, untuk kita bisa lebih menajamkan kemampuan analitis, sehingga upaya observasi kita bisa lebih berkembang. Tak hanya itu, berpikir filosofis juga mengantarkan kita kepada makna, tujuan, dan nilai-nilai yang perlu kita miliki dalam menjalani kehidupan.


Bagaimana Menjawabnya?

Saya sangat tertarik untuk menjawab pertanyaan: "Kenapa aku/kita ada?" dengan pendekatan saintifik. Saya coba untuk menjelaskan dan memberikan gambaran terkait proses terjadinya "ada" tersebut. 

Jadi, sebelum kita masuk pada pertanyaan "Kenapa?". Kita perlu terlebih dahulu mengurainya dengan menjawab pertanyaan: "Bagaimana kita bisa hidup dan ada di bumi ini?"

Kita ada di bumi ini karena satu kondisi yang menarik. Yakni, tempat kita hidup (planet bumi) adalah suatu zona yang sangat ideal untuk terciptanya kehidupan nyaman untuk suatu organisme hidup dan berkembang, dari yang uniseluler hingga multiseluler, dan terus berkembang (berevolusi), hingga terciptalah (dengan segala proses adaptasi) makhluk kompleks dan memiliki intelegensi tinggi seperti kita sekarang (manusia), istilah populer dari zona ini adalah Zona Goldilocks.

Jadi, manusia dan seluruh makhluk di bumi ada karena kondisi tersebut. Adanya mekanisme alam yang memungkinan kehidupan ini terjadi. Seperti yang kita sudah pahami, adanya hukum gravitasi, hukum nuklir, hukum kekekalan energi, hukum gerak, dll. Menjadi indikator utama kenapa zona goldilocks ini ada, tentunya mekanisme alam tersebut.

Jarak antara planet bumi dengan matahari sebagai pusat tata surya kita, menciptakan suhu yang ideal dan laik huni untuk kehidupan ini bisa tercipta. Bukan hanya jarak, besarnya bintang tersebut (matahari) efeknya sangat mempengaruhi radiasi dan gravitasi yang sampai ke bumi. Begitu juga dengan besarnya planet kita (bumi), yang mempengaruhi ketebalan atmosfer dan pengaruh gravitasinya. Ditambah dengan adanya bulan sebagai satelit, menambah idealnya kondisi laik huni yang ada di planet ini. 

Semuanya saling terhubung dan saling memberikan pengaruh hingga kehidupan cerdas ini bisa kita rasakan hingga sekarang, karena satu kata yang biasa kita dengar, yakni probabilitas.


Peluang Yang Pasti

Probablitas (peluang) kehidupan cerdas ada di alam semesta ini tentu sangat besar. Sulit untuk kita skeptis dan menolak kemungkinan itu, karena data yang kita sadari untuk kita komparasi, sangat banyak juga menciptakan peluang goldilocks tersebut. 

Bayangkan, sekarang saja ada banyak bintang dan planet yang sudah bisa kita observasi. Banyak ini artinya banyak "banget" ya, sampai kita kebingungan sendiri menentukan berapa jumlah (dalam angka) yang harus kita lekatkan pada yang banyak itu. Karena, faktanya (scientific evidence) yang sudah bisa kita observasi, alam ini terus berkembang (ekspansif), terus berkembang ya. 

Singkatnya, bintang dan planet yang ada di alam semesta ini tidak terhingga jumlahnya. Artinya, tata surya yang ada di semesta ini juga tak terhingga jumlahnya, iya dong?

Jadi, kita ada dan hidup karena probabilitas tersebut. Soal awal (prima causa) bagaimana semesta ini tercipta, mekanisme alam ini tercipta, hingga terciptanya makhluk yang mempertanyakan pertanyaan itu sendiri. Bijaknya, kita bisa sederhanakan yang misterius (prima causa) itu dengan logika lain, karena kita sudah mentok pada yang tak terhingga itu.

"Ga semua hal itu harus berawal dan berakhir. Ya, bumi bisa saja hancur, matahari juga, manusia pun pasti mati. Tapi, hukum kekekalan energi akan selalu melekat pada semesta ini, dan akan terus berkembang, berkembang, dan berkembang kehidupan."


Memaknai Keberadaan

Kita hidup di bumi ini karena suatu peluang. Namun, manusia memiliki ciri khas khusus atau kebiasaan unik dalam menjalani kehidupan ini. Yakni, dengan memaknai segala sesuatu yang melekat kepadanya. 

Dalam memaknai keberadaan, manusia membutuhkan tujuan. Hal tersebut tertanam di pikirannya, rasa keingintahuan manusia, terkadang mampu melampui nalurinya untuk hanya sekadar bertahan hidup saja. Karena itu muncul pertanyaan: "Kenapa aku/kita ada?"

Peluang terciptanya kehidupan cerdas di semesta ini tentu sangat besar. Yang menjadi pertanyaan: "Untuk apa kecerdasan ini tercipta?"

Kita bisa saja menjawab: "Kecerdasan manusia adalah proses alami dari mekanisme alam itu sendiri. Merupakan bagian penting, untuk menjaga dan mendukung kestabilan proses berjalannya kehidupan ini. Semesta membutuhkan dinamika dan kecerdasan, agar kehidupan ini terus bergerak dan berkembang."

Hal ini terbukti dari perilaku manusia itu sendiri. Pikiran manusia selalu bergerak mencari alasan-alasan untuk mendapatkan masalah. Kemudian, dengan kecerdasaanya, manusia mengambil peran sebagai penemu solusi (problem solver) dari masalah yang dibuatnya sendiri. 

Dari masalah-masalah yang eksploitatif dan destruktif, hingga hal-hal yang kreatif dan inovatif. Hingga manusia menemukan makna-makna baru, menentukan hal-hal apa saja yang menjadi prioritas, dan bisa disepakati secara bersama untuk merayakan kehidupan ini.

Kenapa aku/kita ada?

"Kita ada untuk merayakan kehidupan, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Dengan kecerdasan melahirkan pemikiran dan pemahaman yang menyatu dan kekal dengan semesta. Bertahan hidup dan terus memaknai."