Jaman edan, masio ra keduman ojo melu edan

Mending dadi wong bejo, sing tansah eleng lan waspodo

Laki-laki separo baya itu tampak sedang mencari botol-botol bekas yang berserakan di tepi pantai, kami memandanginya. Siang itu kami sedang piknik di salah satu pantai di pulau garam. Dia dapati botol berisi sedikit air, membuka dan meminumnya. Saya meminta anak saya mengambil air minum kemasan 1500 ml untuknya, karena terlihat masih kehausan. Botol air minum dia terima, dibuka dan diminum secukupnya. Pikir kami, sisanya bisa disimpan buat persiapan nanti. Eih gila, ternyata sisa air yang masih banyak itu dia pakai untuk cuci tangan dan grujuk kepalanya sampai habis. "Haaa," kami pun dibuat ndomblong berjamaah.

Kawan, tiada sesuatupun diciptakan Allah dengan sia-sia, demikian halnya dengan keadaan manusia, waras ataupun gila. Ada pelajaran hikmah yang terselip pada orang gila, bagi orang waras yang mau berlapang hati untuk mengambil pelajaran kehidupan.

Sebelum melanjutkan membaca, marilah kita lakukan test sederhana untuk memastikan kita dalam keadaan waras. Tempelkan telapak tangan kiri Anda ke dahi beberapa detik, jika tidak merasakan hangat di dahi Anda, berarti Anda belum melakukan test atau Anda salah menempelkan ke dahi orang lain. He he.

Baiklah, yuk simak beberapa pelajaran kehidupan (hikmah) dari orang gila agar kita lebih waras;

Seyum, dengan mengamati sekilas saja maka kita akan sepakat bahwa orang gila ceria. Salah satu ciri khas orang gila adalah murah senyum. Bahkan senyam-seyum sendiri sudah indentik dengan gila, sehingga membuat orang waras pelit seyum. Tidak butuh alasan khusus buat mereka untuk terseyum. Kalau para motivator menyarankan “awalilah pagimu dengan tersenyum agar hari-harimu indah dan menyenangkan.” Ingat kawan, mereka selalu mengawali dan mengakhiri hari-harinya dengan seyum ceria.

Kehidupannya mengalir begitu saja, mereka menghadapi pahit dan manisnya kehidupan bak lirik lagunya Dewa 19 "hadapi dengan seyuman, semua yang terjadi biar terjadi." Tidak ambil pusing dengan apa yang terjadi di sekitarnya just follow the life dengan seyam-seyum bak raja jalanan.

Tenang, orang gila nampak anteng, santai, bertindak sesuai naluri dan melakukan aktivitas sekedarnya. Tenang, serasa tidak ada beban. Mereka tidak gelisah menghadapi masa yang akan datang dan tidak ada sesal akan masa yang silam. Kemungkinan hal ini yang menunjang keadaan mereka jadi seger waras. Seolah mereka berkeyakinan, “bersama dengan ketenangan, solusi akan datang.”

Sementara orang waras bawaanya sering tergesa-gesa dalam setiap tindakan dan apa-apa diayahi (banyak maunya). Apabila ditimpa kesusahan, misal apa yang dimau tidak tercapai lantas berkeluh kesah, kepikiran, stress dan marah-marah. Lebih lanjut berdampak pada fisik, badan capek, unthu modot dan lain-lain. Kalau sudah begini, jangan coba-coba bikin masalah dengan mereka, bisa "Nggolcok (senggol bacok)." He he.

Nriman, pada kala itu malam hari sehabis hujan, saya dapati orang gila duduk di seberang warung makan. Saya pikir kelaparan, saya tawari makan dia menolak. Saat makan saya bertanya kepada pelayan warung, ternyata dia habis makan. Agar bisa buat beli minuman hangat-hangat di malam yang dingin, saya coba kasih uang, dia menolak juga.

"Gila ..., sementara diluar sana banyak orang saling sikut karena uang, eih ada orang gila begitu nriman (qona’ah)," guman saya.

Kata guru-guru ngaji qona'ah bi maujud, nrimo ing pandum, terima diwujudkan/diciptakan oleh Allah Swt. Mereka mengambil sekedar yang dibutuhkan dan selebihnya ditinggalkan, seakan mereka faham bahwa ada orang lain yang lebih berhak.

Bebas merdeka, life style yang bebas, tidak tersandra oleh suatu kepentingan atau bahkan lingkungan menjadi salah satu ciri khas orang gila. Dijalani hidupnya apa adanya, tanpa topeng, tanpa pamrih dan bahkan kadang tanpa busana. Mereka seakan fokus dengan dirinya, tidak disibukan oleh perihal yang bukan menjadi urusannya.

Jauh berbeda dengan mereka yang nampak waras tetapi tersandra, tidak kuasa atau berdaulat atas dirinya. Mereka punya pikiran, punya rasa dan naluri tetapi tak ubahnya seperti mesin/robot yang bertindak sesuai pesanan software-nya.

Kawan, bebas merdekalah selagi masih waras, jangan menunggu jadi gila.

Kebal hukum, orang gangguan jiwa tidak bisa dituntut atas pelanggaran hukum orang waras. Mereka juga bebas dari kewajiban menjalankan perintah agama. Jika mereka melakukan tindakan pelanggaran, yang salah adalah petugas terkait yang waras, sing waras ngalah. Nah sangat disayangkan, ini sering dipakai sebagai jurus mabuk oleh orang-orang waras yang melalukan pelanggaran hukum, yaitu; pura-pura gila, agar bebas hukuman.

Hai para waraser, agar kebal hukum jangan pura-pura gila, tetapi taatilah hukum sebagaimana orang gila tidak pernah melanggar hukum. Understand?

Konsisten, semasa kecil di kampung tempat tinggalku di Madiun, ada orang laki-laki dewasa gila, Topo namanya. Anak-anak suka menggodanya tetapi dia tidak marah-marah, kadang dia seolah-olah jengkel dan mengejar kami, kami pun ramai-ramai berlari.

Kegiatan rutin hariannya, pagi nongkrong di depan penjual nasi pecel hingga ada yang mengasih nasi pecel pincuk daun jati khas kampung di Madiun. Terus jalan keliling, siangnya cangkruk di depan warung kopi hingga sore, terus pergi untuk bermalam. Begitu konsisten kegiatan hari-harinya, entah jamnya pakai patokan apa?

Topo bigitu istiqomah dalam menghabiskan hari-harinya, bahkan tidak blenger sarapan pecel tiap hari.

Selamat memetik hikmah dari orang gila, jangan sampai ikutan gila atau pura-pura gila.