Apa hal yang paling membahagiakan untukmu? Memiliki istri yang cantik dan setia? Menjadi pemimpin hebat? ? memiliki harta yang banyak? Atau memiliki popularitas yang unggul? Semua manusia pasti memiliki satu hal yang membuatnya paling bahagia.

Bahagia adalah keadaan hati yang bebas tanpa ada beban apa pun. Orang merasa bahagia karena ia sungguh-sungguh merasakan bahwa hidup ini benar-benar berarti.

Namun, kenyataan tidaklah demikian. Banyak orang tidak bahagia menjalankan hidup ini. Mereka pasif terhadap kenyataan dan membiarkan semuanya berlalu tanpa ada nilai apa pun yang dipelajari.

Situasi dan kenyataan datang dan pergi. Segala hal tumbuh dan berkembang. Orang yang tidak bahagia adalah orang yang tidak menganggap bahwa semua itu sungguh berarti.

Hukum Kontradiksi

Orang mengaku beriman dan mengakui bahwa mereka percaya kepada Tuhan Yang Esa. Setiap hari mereka melaksanakan perayaan ekaristi. Tetapi, mereka mengukur apa yang mereka buat dan selalu ada alasan dari apa yang mereka lakukan kepada orang lain. Sungguh mereka mengaku beriman, tetapi mereka tidak pernah bahagia.

Orang mengaku kaya. Memiliki harta melimpah. Tidak pernah kekurangan suatu apapun. Anak-anak bisa sekolah dan kehidupan keluarga terus berjalan tanpa ada sesuatu hal yang patut ditakuti. Tetapi, kepunyaan itu adalah buah hasil peras dari yang kecil. Yang kecil menjadi momok bagi yang kaya. Sungguh, mereka mengaku kaya tapi tidak pernah bahagia.

Orang mengaku memiliki kuasa. Memiliki jabatan yang besar. Kebenaran selalu datang dari mulutnya. Yang dikatakan itulah yang harus dipatuhi. Ia menjadi tuan atas yang lain. Segala hal selalu datang dari rencana-rencananya. Tetapi kuasa itu adalah hasil manipulasi dan kolusi. Sungguh, ia mengaku memiliki kuasa tetapi tidak pernah bahagia.

Orang mengaku ia adalah orang yang bermoral. Ia menghidupi nilai-nilai moral dan nilai kemasyarakatan. Ia taat, sopan, bijaksana, rendah hati, dan sebagainya. Cara hidupnya menjadi pedoman dan model bagi orang lain. Tetapi, dibalik itu ia main hakim sendiri dan pandai menyembunyikan masalah melecehkan kaum-kaum hawa. Sungguh, ia mengaku bermoral tapi tidak pernah bahagia.

Inilah kenyataan dari sekian banyak kenyataan lainnya. Banyak orang pandai menyembunyikan masalah dalam diri. Mengaku gembira hanya dari sisi luar sementara dari sisi dalam penuh ular dan tipu duniawi. Inilah hukum kontradiksi. Ia akan terus hidupi oleh setiap orang selagi masih ada kehidupan.

Causa Prima

Ada yang datang ada yang pergi. Ada yang tumbuh ada yang mati. Ada aksi ada reaksi. Semua yang ada tidak ada dengan sendirinya. Semua melalui proses. Sebab selalu ada terbaik dari yang baik ada yang paling pertama dari yang pertama. Dialah Tuhan, Dialah sebab Pertama yang mengadakan yang tidak ada menjadi ada.

Ketika orang hidup dalam hukum kontradiksi orang lupa akan eksistensi dirinya kelak di hadapan Sebab Pertama Kehidupan ini. Orang lupa ke mana arah hidupnya ketika semua yang ada menjadi tiada. Orang lupa akan tujuan akhir dari semua yang nampak ada. Orang lupa akan sesuatu yang lebih abadi dari yang ada saat ini.

Orang yang selalu hidup dalam hukum kontradiksi adalah orang yang hidup untuk dirinya sendiri. Mereka mengejar apa yang mereka inginkan bukan apa yang menjadi milik bersama. Tujuan untuk meraih yang setinggi-tingginya bagi diri mereka rupanya menjadi prinsip yang dihidupi. Darinya mereka mengabaikan semua orang termasuk Penyebab Pertama Kehidupan ini.

Lalu, tibalah di saat mereka kehilangan semuanya barulah mereka sadar. Memang, kesadaran benar-benar tumbuh di saat orang menyadari bahwa yang ada saat ini tidaklah menolong di keabadian nanti. Dengan berbagai cara mereka berusaha memperbaiki semuanya dengan sikap hidup yang saleh. 

Mereka lalu menyadari bahwa kebahagiaan bukan terletak pada materi yang dimiliki bukan pada kuasa tetapi pada sesuatu yang dirasakan oleh bahasa tubuh. Sesuatu yang tinggal dalam diri, sesuatu yang selalu bersuara melarang ketika ingin melakukan hal di luar kendalinya.

Inilah kenyataan. Banyak orang kembali kepada Sebab Pertama Kehidupan ketika mereka menyadari bahwa tidak ada yang abadi dari yang mereka miliki. Yang abadi berada di luar yang tidak mereka miliki.

Hidup Alamiah

Inilah kunci dari kebahagiaan yang sesungguhnya. Kehidupan yang alamiah yang selalu berjalan apa adanya itulah yang menjadi penentu kebahagiaan seseorang. Kehidupan alamiah bukan berarti pasrah kepada keadaan tetapi suatu kemampuan untuk memahami bahwa kehidupan ini mengalir apa adanya.

Bagaimana kita bisa hidup alamiah? Tradisi filsafat Timur mengajarkan banyak hal tentang bagaimana manusia hidup secara alamiah. Salah satunya ialah menjaga harmonisasi dan hidup selaras dengan alam, sesama, dan Sebab Pertama Kehidupan.

Menjaga harmonisasi dan hidup selaras dengan alam, sesama, dan Sebab Pertama Kehidupan adalah suatu cara hidup yang tidak mementingkan ego dan sisi individual.

Yang dipentingkan adalah persatuan, keselarasan, dan keharmonisan dari berbagai aspek. Ketika orang hidup dengan paradigma ini, maka ia akan benar-benar bahagia dalam menjalani kehidupan ini sebab ia tidak hidup dalam hukum kontradiksi.

Demikian pun tradisi Kristen mengajarkan bahwa kebahagiaan sesungguhnya terletak pada hati nurani. Hati yang murni yang suci. Hati nurani menjadi wadah bersemayamnya Penyebab Pertama Kehidupan. Hati nurani inilah yang menjadi tolak ukur dalam melaksanakan segala sesuatu.

Saat orang hidup berdasarkan gerakan hati nuraninya, maka ia akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Sebab hati nurani tidak menjerumuskan orang untuk hidup dalam hukum kontradiksi. Ia akan membawa orang untuk hidup sesuai nilai-nilai kristiani.

Dengan hidup berlandaskan dua tradisi ini, maka sesungguhnya kebahagiaan itu akan benar-benar dirasakan. Sebab dua tradisi ini ada dalam diri manusia yang mengharuskan manusia untuk tidak hidup dalam hukum kontradiksi. Keduanya berfungsi sebagai fondasi yang membawa manusia untuk sampai pada kebahagiaan yang sejati.