Artificial Intelligence, sebuah formulasi baru dalam teknologi yaitu rekayasa, usaha, atau segala sesuatu yang diciptakan dengan meniru bentuk, wujud, sifat hingga cara kerja yang dilakukan sehari-sehari oleh manusia. Adapun kecerdasan yang ada pada teknologi adalah memanfaatkan pengetahuan dan menggunakannya ke dalam sistem.

Dari sini kita mengenal bahwa Artificial Intelligence yang dibuat oleh manusia merupakan studi mengenai ide atau gagasan untuk menciptakan komputer cerdas, yang fokus pada desain sistem komputer untuk meniru kecerdasan manusia. Lantas bagaimana Artificial Intelligence hadir di tengah-tengah dunia pendidikan kita? Apa road map pendidikan kita di masa depan? Mampukah pendidikan menjawab tantangan dan persoalan yang dihadirkan teknologi cerdas ini?

Kian hari semakin kesini dunia pendidikan yang kita cita-citakan sebagai jalan kemajuan kehidupan bangsa mulai mendatangkan pesimisme, hal tersebut terjadi dikarenakan masih banyaknya orang miskin yang pengangguran, putus sekolah, bahkan budaya pendidikan menjadi terlihat kurang kreatif dan begitu membosankan. Apalagi dalam masa krisis pandemi akhir-akhir ini, semuanya harus tetap bergerak mengupayakan agar dunia pendidikan kita tetap tegak, maju dalam situasi apapun.

Belum lagi persoalan metode pembelajaran dengan pola lama yang hanya menggunakan pola interaksi satu arah seperti monolog dan sistem pedagogy. Dimana seorang murid didesain dan dibuat ketergantungan diri pada sosok guru, tanpa adanya ruang dialog sedikitpun untuk mengeksplor diri. Konsekuensinya berdampak pada menurunnya kreativitas dan perkembangan diri murid.

Pasca pandemi keberadaan teknologi menghadirkan dua dimensi sekaligus bagi dunia pendidikan kita, yaitu antara pesimisme dan optimisme. Mengapa demikian? Karena dengan adanya teknologi semuanya dibuat mudah dan memudahkan, hanya cukup menekan tombol "OKE". Tidak hanya itu, semuanya diarahkan pada gaya inovasi- inovasi baru yang menjadikan dunia pendidikan semakin lebih fleksibel dan memudahkan.

Lambat laun dunia pendidikan kita masuk dalam arena baru, yaitu perkembangan teknologisasi yang mau tidak mau sudah menjadi bagian daripada percepatan era itu sendiri dengan segala konsekuensinya. Mulai dari desain Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), belajar model classroom, pembelajaran lewat google meet, zoom meeting sampai pembelajaran dengan blusukan ke desa-desa terpencil.

Memang kini dunia pendidikan tidak semudah yang kita espektasikan dalam menghadapi tantangan kecerdasan teknologi. Buktinya terkadang kita masih bingung dengan adanya semacam teknologi informasi itu sendiri. Seperti keadaan saat ini yang kini perlahan mulai mengubah semua pola kehidupan dengan adanya gadget, smartphone, dan media-media lainnya. Sehingga dengan adanya teknologisasi ini menjadi alternatif  bersama dalam menjalankan aktivitas pendidikan di tengah pandemi.

Berbagai cara telah diupayakan sebagaimana dunia pendidikan kita harus bangkit dan menjadi jawaban atas tantangan masa depan. Dengan membersamai kemajuan teknologi cerdas yang telah hadir kita harus meningkatkan kualitas Pendidikan, Kerena sejauh ini bahkan dari dulu pendidikan kita selalu di bawah dalam kancah internasional. Hal tersebut sudah terbukti bahwa kita kalah jauh dari negara tetangga yaitu Singapura dan Malaysia.

Wajar saja jika masyarakat sering mempertanyakan persoalan dunia Pendidikan di negara kita. Seperti persoalan biaya pendidikan mahal, adanya korupsi oleh para koruptor yang hampir rata-rata memiliki jenjang pendidikan tinggi, dan banyaknya para sarjana pengangguran yang setelah lulus kuliah di perguruan tinggi. 

Bahkan kini dunia pendidikan kita berada dalam zona statis yang mana semua aktivitas berada pada keterbatasan, sebab adanya sistem pembelajaran dengan jarak jauh. Sedangkan keberadaan teknologi cerdas yang semula kita harus menjaga jarak karena pengaruh dan tantangannya, namun sekarang semuanya menjadi wajib dan menjadi satu-satunya solusi sebagai media pembelajaran dalam dunia pendidikan kita.  

Herbert Marcuse seorang kritikus dan filsuf modern memberikan deskripsi soal hadirnya teknologi itu sendiri, dengan mengatakan bahwa teknologi bukan lagi soal kawan dan lawan. Namun ia adalah ruang yang mengasyikkan dan melenakan yang mampu membawa manusia dalam keadaan ketidaksadaran hingga menjadi manusia satu dimensi yang krisis akan jiwa sosial yang dimilikinya. 

Melalui Artificial Intelligence ini, teknologi mengarahkan manusia pada dunia fantasi psimistik. Pada dunia ini menjanjikan kenyamanan yang bersifat opium sehingga dengan cepat atau lambat komponen pendidikan akan mengabaikan lingkungan di sekitarnya. Semacam gengsinya berjabat tangan, hilangnya budaya saling menyapa satu sama lain, hingga adanya potensi perbuatan ujaran kebencian.

Menolaknya? Tentu sangat mustahil ketika semuanya berada dalam situasi pandemi seperti sekarang ini. Karena jalan satu-satunya yang menjadi solusi dan menjanjikan adalah teknologi cerdas dan mungkin seminimal-minimalnya adalah kita mengenal fungsi daripada Artificial Intelligence itu sendiri. Teknologi memang tidak sepenuhnya buruk, namun Ia adalah layar monitor yang mampu memvisualkan dan menghipnotis siapa saja yang ada di hadapannya.

Pertanyaannya sederhananya adalah mampukah pendidikan kita menjadi ruang yang dapat dipercaya setelah teknologi ini masuk sebagai partner yang meyakinkan? Mungkinkah pendidikan kita masih berkomitmen dalam mencerdaskan kehidupan bangsa? Dan masihkah pendidikan memanusiakan manusia dan menghargai manusia di atas segalanya?

Semua pertanyaan di atas memberikan petanda jika dunia pendidikan kita akan selalu dalam panoptik kebodohan, sekalipun kemajuan system begitu canggih dan secerdas apapun itu jika selama pembelajaran yang dilakukan tidak dibarengi dengan mengubah habitus atau kebiasaan-kebiasaan baru yang ada di dalam pendidikan, yang semula pembelajaran hanya terpaku pada satu arah (monolog) dan berbasis manual, maka pendidikan tidak akan pernah maju dan mampu menjadi bagian dari Artificial Intelligence itu sendiri, karenanya sentuhan teknologi cerdas menjadi penting dan mulai harus diperkenalkan dengan bertahap kepada generasi terdidik.

Semacam pembelajaran dengan menggunakan tekonologi Interactive Whiteboard misal, yang cukup hanya menampilkan layar secara online dan menyiapkan materinya, serta diberangi habitus kemandirian belajar dan pendampingan oleh orang tua masing-masing di setiap harinya. 

Maka formula dan solusi dari persoalan pendidikan akan mudah dipahami, seiring dengan kesadaran bersama dalam menghadapi problem dunia pendidikan yang ada.