Endraswara (2013: 182-183) menjelaksan tentang asal mula kata sastra, yaitu bermula dari kata cyber dalam bahasa Inggris yang memiliki arti sesuatu yang tidak bisa berdiri sendiri, melainkan terjalin dengan kata lain, seperti cyberspace, cybernate, dan cybernetics.
Cyberspace berarti ruang (berkomputer) yang saling terjalin membentuk budaya di kalangan mereka. Cybernate berarti pengendalian proses menggunakan komputer. Cybernetics yakni mengacu pada sistem kendali otomatis, baik dalam sistem komputer (elektronik) maupun jaringan syaraf.
Selanjutnya kata sastra cyber atau cyber sastra yang berarti kegiatan sastra yang dilakukan dengan memanfaatkan komputer atau internet sebagai medianya. Sastra cyber mencakup berbagai genre, biasanya berbentuk puisi maupun prosa.
Sejak adanya teknologi informasi yang terus mengalami perkembangan, sastra cyber juga muncul dan berpotensi menjadi media wawasan baru. Sastra cyber memberikan model baru bagi penulis kreatif dalam memuat karya sastra.
Maraknya penggunaan sastra cyber ini tentu memiliki latar belakang tertentu, seperti adanya kesulitan bagi para penulis yang karya satranya tidak dapat dimuat di koran ataupun majalah karena melalui prosedur dan seleksi yang ketat.
Pada zaman sekarang sangatlah mudah untuk membagikan tulisan kita ke berbagai jenis situs media sosial. Peran internet saat ini sangat memberikan kita ruang dan kesempatan yang sangat luas kepada semua orang untuk mempublikasikan karya sastranya, bahkan kita bisa mengapresiasinya secara langsung melalui ketikan.
Situs media yang digunakan untuk membagikan berbagai karya bukan hanya lewat blog saja, tetapi ada fitur catatan seperti instagram, wattpad, twitter, facebook, webtoon dan masih banyak lagi.
Dengan berbagai situs media ini, internet memberikan kita kebebasan tanpa adanya batas, tanpa adanya sensor, dan juga seleksi. Hal ini sangat membantu para penulis sastra profesional maupun penulis pendatang baru di era modern ini untuk terus mempublikasikan karyanya tanpa ragu.
Penilaian pada sastra cyber tentu berbeda dengan penilaian sastra media cetak. Sastra cyber dapat dipublikasikan terlebih dahulu karyanya kepada pembaca, kemudian baru dinilai bahwa karya tersebut berkualitas atau tidak.
Logika dalam dunia cyber menciptakan keleluasaan lebih bagi para pembaca. Sastra media cetak terbukti kualitasnya dengan jumlah cetakan buku. Sementara sastra cyber dibuktikan dengan banyaknya like dan respon positif pembaca lainnya.
Pada sastra cyber pembaca dari seluruh pelosok negeri benar-benar memiliki kekuatan dan kebebasan mutlak untuk memilih dan menilai suatu karya sastra yang ada di sastra cyber kapanpun dan di manapun.
Jika hanya negara tetangga dan negara-negara yang memiliki kedutaan besar Indonesia yang dapat mengakses karya melalui surat kabar, jarak itu tidak lagi menjadi penghalang bagi media cyber. Oleh karena itu, proses komunikasi dan interaksi sosial yang terjalin juga semakin meluas.
Tidak dapat disangkal bahwa kelebihan tersebut telah mendorong para aktivis sastra untuk menggunakan sastra cyber sebagai media pengembangan kayra sastra.
Dengan munculnya sastra cyber, rasa tidak percaya diri para penulis yang namanya tidak disetujui dalam buku sastra akan berkurang. Karena sastra cyber dapat menjadi tempat di mana karya-karya hasil kreativitas para penggiat sastra seperti mereka bisa dipublikasi dan diproduksi.
Dengan minat membaca yang mengejutkan di Indonesia, sastra cyber menjadi salah satu fasilitas literasi saat ini. Membaca adalah jendela ilmu yang akan membuka cakrawala kehidupan manusia. Membaca adalah jendela dunia yang mendekatkan manusia pada karya sastra.
Literasi memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Berbagai platform sastra cyber saat ini memudahkan pembaca menemukan sumber bacaan yang mereka butuhkan.
Sastra cyber terdiri dari puisi maupun prosa yang meliputi cerita pendek ringan dan alur cerita yang umum di masyarakat. Pembaca akan lebih tertarik karena penulis seolah-olah memahami apa yang terjadi di sekitar lingkungan pembaca.
Bahkan, sastra cyber ini juga menyediakan tempat komentar maupun kritik dari para pembaca. Dengan adanya permulaan semangat membaca ini, pendidik akan lebih mudah mengajak peserta didiknya untuk membaca berbagai karya sastra dalam media pembelajarannya.
Eksistensi sastra cyber membawa keunikan tersendiri bagi sastra Indonesia dan dunia, seiring berkembangnya sesuatu yang dianggap baru akibat perkembangan zaman yang semakin modern.
Selain itu, sastra cyber dipandang sebagai cara untuk menjawab dinamika kehidupan sosial di masyarakat dengan segala pertanyaan dan masalah yang menyertainya.
Oleh karena itu, sastra cyber memiliki banyak manfaat yang diterima, baik bagi penulis maupun pembacanya. Sastra cyber juga memberikan kesempatan yang luas bagi para penulis baru untuk mengembangkan dan mempublikasikan karyanya tanpa ragu.