Mungkin bagi orang yang merasa tidak pernah menunda-nunda akan bertanya-tanya, apa yang dialami seorang penunda-nunda dan bagaimana bisa begitu. Sedangkan, sebagian orang lainnya akan sangat paham bagaimana mulanya, bagaimana rasanya, dan bagaimana akhirnya. Karena sebagian orang ini pernah memiliki pengalaman dalam menunda-nunda, bahkan masih berlanjut dan sudah akut.
Pengertian menunda-nunda sebenarnya cukup simpel, yaitu perilaku menunda atau mengulur sesuatu. Di saat tugas menumpuk, di situlah terbagi dua jenis orang. Orang yang bersahabat dengan deadline dan orang yang tidak. Untuk orang yang teratur mungkin akan menghadapi deadline dengan mulus. Namun, sepertinya hal ini berbeda dengan seorang penunda-nunda.
Bagi seorang penunda-nunda, mengerjakan tugas yang menumpuk tidak semudah membuat list, mengerjakan tugas, dan mencentang list. Seorang penunda-nunda sebenarnya tidak memiliki rencana untuk menunda pekerjaan mereka karena tidak ada yang tidak ingin pekerjaannya cepat selesai. Sayangnya, siklus yang terjadi akan sedikit rumit.
Sebagai contoh kasus, seorang penunda-nunda menerima tugas membuat esai dengan deadline satu bulan. Dia membuka laptop dan mengetikkan nama di halaman atas, sebagaimana wajarnya semua orang membuat tugas.
Hanya saja, tiba-tiba di kepalanya terpikir mengapa dinasaurus punah. Akhirnya dia meninggalkan esainya ‘sebentar’ dan membaca seluruh halaman wikipedia mengenai kepunahan dinasaurus. Ketika dipikirnya cukup, ternyata tidak, karena dia ingat belum melihat video berita bahagia dari pernikahan Ria Ricis di YouTube.
Setelah hanyut dan mengalir di sosial media sampai jauh, akhirnya dia menutup hari dengan menyimpan file “Essai” yang hanya berisi nama tadi. Di saat seperti ini entah darimana ‘kata-kata ajaib’ ini muncul, “Tenang, masih ada empat minggu lagi.”. Waktu tersisa tiga minggu, dua minggu, dan ketika tinggal tersisa beberapa hari menuju deadline, ‘alarm panik’ mulai muncul membuat panik dan kebingungan. Waktu-waktu ini adalah waktu untuk berjuang.
Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Tugas yang diberikan dimaksudkan untuk diselesaikan. Tentu saja otak manusia dapat mengolah informasi tersebut. Namun, ada sesuatu yang membuat seorang penunda-nunda tidak menuruti kemauan rasional otak. Sesuatu tersebut biasa berupa gangguan, dalih, alasan, dan elakan.
Gangguan paling kacau adalah saat seorang penunda-nunda beride untuk melakukan aktivitas lain. Aktivitas ini sangat random dan memberikan kepuasan yang memikat, seperti membuka social media, rebahan, menonton televisi, belanja, atau hang-out.
Banyak sekali dalih untuk menunda pekerjaan, dan kata yang cukup populer untuk hal ini adalah ‘mager’ atau malas gerak. Beberapa orang memang memiliki passion yang sangat kuat untuk mager. Biasanya ‘kata-kata ajaib’ yang muncul di pikiran mereka seperti, “Nanti saja, deh. Deadline masih lama”.
Ketika penunda-nunda menikmati kepuasan sesaat, deadline makin dekat dan mulai melambaikan tangan. Di saat inilah ‘alarm panik’ mulai menggila dan membangunkan pikiran rasional seorang penunda-nunda.
Siklus yang terjadi pada penunda-nunda memang agak kacau. Belum lagi jika ada kasus deadline dimajukan. Kami akan mulai begadang, panik, dan beberapa orang merasa menyesal karena tidak maksimal mengerjakan tugasnya. Memang kadang-kadang dunia memberikan timing yang pahit.
Walaupun begitu, ada hal baik yang terjadi pada kasus di atas. Hal baiknya adalah adanya ‘alarm panik’ yang muncul karena deadline sehingga tugas atau kegiatan tersebut dapat terselesaikan. Berarti bisa dikatakan penundaan terburuk adalah penundaan kegiatan yang tidak memiliki deadline.
Ternyata cukup banyak kalau dipiki-pikir, seperti menunda olahraga, menunda belajar sesuatu, menunda jaga pola makan, menunda menabung, menunda berbisnis, menunda menikah, atau menunda ikut kegiatan.
Secara tidak langsung sebenarnya semua orang adalah penunda, atau setidaknya pernah menunda sesuatu. Penundaan tanpa deadline ini bisa dibilang penundaan jangka panjang karena tidak ada ‘alarm panik’ dan deadline agar kegiatan tersebut dilakukan.
Hal terburuknya adalah kegiatan tersebut bisa jadi tidak akan terlaksana atau kita kehilangan kesempatan. Selain itu, hal buruk dari penundaan ini adalah penyesalan jangka panjang, rasa bersalah, dan berpikir
“Semua itu akan lebih baik jika kemarin tidak ditunda,” atau
“Seandainya dulu..”.
Sejauh ini saya pikir tidak ada orang yang punya niat ingin menjadi penunda-nunda. Tapi sepertinya celah godaan-godaan senang sekali muncul di waktu yang tidak tepat. Walaupun mengubah kebiasaan menunda-nunda amat sulit tapi berikut ini beberapa jalan bisa ditempuh untuk mengurangi kebiasaan tersebut.
Niat dan motivasi yang kuat.
Memang terdengar klise tapi seriusan ini penting sekali. Jika merasa belum ada niatnya, coba kita kumpulkan niat dulu. Hanya saja, jangan tiba tiba menjadikan drakor dan game untuk ajang mengumpulkan niat. Saya paham itu hanya alasan. Kalau leha-lehanya di awal dan keterusan, pekerjaannya tidak ada yang tahu kapan selesainya.
Mengumpulkan niat bisa dengan menyiapkan cemilan, cuci muka, berdoa, atau baca motivasi. Tuliskan kata kata pengingat jika perlu. Sebagai seorang penunda-nunda, ada beberapa kata-kata pengingat yang pernah saya temukan :
Selama kegiatan tersebut gratis, segera lakukan.
Selama kegiatan tersebut tidak harus menunggu uang, barang, atau orang terkumpul, segera lakukan.
Segera lakukan kegiatan yang dianggap remeh sekalipun, seperti declutter file-file laptop.
Journaling
Gampangnya buat catatan atau list hal-hal yang harus dilakukan dan deadlinenya, bisa di buku atau handphone. Memang tidak segampang mengatakan, “Tinggal buat list tugas, kerjakan, selesai, lalu centang list,”. Selain itu, sering juga jurnaling ini tidak berpengaruh.
Sudah runtut-runtut menulis to-do list tapi akhirnya tidak ada satupun list yang tercentang. Namun, setidaknya membuat daftar tugas membantu banget supaya apa yang akan dilakukan terarah dan terstruktur.
Singkirkan Gangguan
Gangguan pada setiap orang bisa berbeda-beda. Apabila merasa kasur adalah gangguan, maka coba pindah tempat untuk menyelesaikan pekerjaan. Apabila merasa handphone adalah gangguan utama, maka coba menjauh dari handphone untuk sementara.
Memang amat sangat sulit, saya juga mengerti. Tapi balik lagi ke jalan pertama, niat. Coba bayangkan kembali ketenangan yang lebih damai setelah beban pekerjaan tersebut telah selesai.
Namun, kadang ada kejadian bonus combo seperti pekerjaannya menumpuk, deadline yang pendek, ditambah banyak kesibukan lain. Kalau sudah begitu jangan lupa berdoa. Saya doakan lancar, yah. Tenangkan diri dan selesaikan pelan-pelan. Yang penting ingat yang sedang anda lakukan adalah hal baik. Niat yang baik biasanya dilancarkan dan dimudahkan.
Banyak orang yang bilang bahwa hal yang lebih buruk daripada kegagalan adalah tidak memulai sesuatu. Mereka frustrasi bukan karena gagal meraih sesuatu, tapi karena mereka tidak memulai meraihnya. Karena itu, mulai melakukan sesuatu daripada terus menunda.
Mengatakannya memang jauh lebih mudah dibanding melakukan. Tapi minimal dapat menjadi pengingat untuk kita bahwa lebih baik mulai menyelesaikan sesuatu daripada terus menunda-nunda. Semoga bermanfaat.
Awas deadline tugasnya sebentar lagi!