Asal-mula teori Animisme

Penggagas teori animisme adalah Edward Burnett Tylor, yang biasa dikenal sebagai bapak antropologi budaya, yang mana ia belajar antropologi secara otodidak. Tylor lahir pada tanggal 2 Oktober 1832 di Inggris, dan menjadi masyhur berkat jasanya dalam penelitian evolusi kebudayaan. Tylor sendiri tidak pernah merasakan pendidikan universitas. 

Akan tetapi ia kerap kali melakukan petualangan dan mengembangkan studinya secara independen yang kemudian ia mencetuskan teori animisme. Sebuah teori yang ia percayai sebagai jalan unutk bisa memahami asal muasal agama.

Pada usianya yang ke-23 tepatnya pada tahun 1855, Tylor menyadari bahwa ia sedang mengidap tanda-tanda penyakit tuberkolusa. Yang karenanya, Tylor kemudian pindah untuk bermukim di daerah yang mempunyai iklim panas. Kemudian Tylor memilih wilayah Amerika Tengah. 

Dan selang beberapa waktu setelah ia tinggal di Amerika, minatnya terhadap kajian kebudayaan asing muncul. Setiap kali ia bertemu dengan kepercayaan dan kebudayaan ia selalu mencatatnya.

Tylor mempunyai mahakarya yang fenomenal yaitu sebuah buku yang memiliki dua jilid. Buku tersebut berjudul Primitive culture (1871), yang mana jilid pertama pada buku tersebut membahas perihal asal muasal budaya dan pada jilid kedua ia membahas perihal agama dalam kebudayaan primitif, yang di dalam jilid kedua ini pulalah ia membahas perihal teori animisme. 

Berkat kekompetenannya, Tylor diundang oleh Oxford University pada tahun 1884 untuk menjadi tenaga pengajar dalam bidang antropologi, yang mana pada saat itu bidang ini merupakan masih sebuah program studi yang baru. Dan tak lama berselang dari itu ia mendapat gelar profesor dan menjadi orang pertama yang mendapat gelar itu dalam bidang antropologi.

Tylor hidup sezaman dengan Charles Darwin yang juga mempunyai mahakarya sebuah buku yang berjudul On the Origin of Species (1859), yang dipublikasikan 12 tahun sebelum karya Tylor (Primitive Culture, 1859) terbit. 

Buku ini seakan menjadi pemantik lahirnya semangat para kesarjanaan pada paruh kedua abad 19 yang berlomba-lomba untuk mengupas asal muasal (origin) segala sesuatu dalam paradigma evolusionis. Yang mana jika Darwin sendiri mengupas asal muasal dan evolusi spesies. Dan Tylor mengupas asal muasal serta evolusi budaya dan agama.

Animisme, definisi dan problematikanya

Animisme merupakan teori yang dipercayai Tylor sebagai kunci untuk mengetahui asal muasal agama. Lalu bagaimana Tylor dalam mengulas asal muasal dan evolusi agama? Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut.

Dalam berevolusi, masyarakat melalui beberapa tahap, yang bermula dari savagery (animisme), yang kemudian menuju barbarism (politeisme), dan yang terakhir menuju civilization (monoteisme).

Pada tahapan savage, masyarakat merenungkan dua hal utama yaitu kematian dan mimpi. Kematian yang diartikan sebagai penanda akan tidak adanya keabadian raga, dan sementara mimpi dipahami sebagai adanya “roh” (spirit) yang tetap hidup meski raga telah mati, yang kemudian lahirlah sebuah pemahaman dari masyarakat akan adanya roh lain dalam benda-benda, yang mana roh-roh ini mempunyai kekuatan untuk memengaruhi roh manusia dan bersemayam dalam batu, pohon, gunung, laut, dll

Pada tahap selanjutnya, yang awalnya masyarakat memahami roh-roh tersebut bersemayam di batu, pohon, gunung, laut, dll. Maka kemudian masyarakat memahami roh-roh tersebut bukan hanya di pohon atau gunung tertentu, akan tetapi terdapat roh pada semua pohon, roh pada semua gunung, roh pada semua laut, dst. 

Pada tahap inilah cikal bakal lahirnya “dewa-dewa” (dewa langit, dewa bumi, dewa laut, dst) yang dijelaskan oleh Tylor sebagai tanda akan peralihan dari animisme ke kepercayaan politeisme. Dan yang pada akhirnya lahirlah kepercayaan bahwa dari dewa-dewa tersebut terdapat Dewa Tertinggi, yang Satu dan yang Agung. Yang artinya telah sampai pada tahap terakhir yaitu monoteisme.

Sebagai teori yang paling umum digunakan untuk merepresentasikan agama-agama leluhur, animisme memiliki beberapa “Problematika”. Teori ini mempunyai power dan sangat berpengaruh di dalam berbagai disipilin bahkan di luar dunia akademik, seperti halnya publik dan kebijakan untuk agama-agama leluhur. Teori yang dibangun oleh E. B. Tylor ini sangat kental dengan budaya etnosentrisme serta dengan paradigma agama dunia.

Animisme sebagai teori seharusnya menggambarkan realitas sebenarnya. Akan tetapi justru ia merupakan sebuah konstruksi Barat dan konstruksi dari pemikiran Tylor yang Eurosentris. 

Tylor mengatakan bahwa animisme adalah cara pikir manusia primitif, tertinggal, tidak beradab, dan seterusnya. Dan ketika peradaban manusia berkembang, cara pikir ini (animisme) sudah sepatutnya ditinggalkan dan digantikan oleh agama (agama yang diakui Barat).

Tylor juga mengatakan bahwa perilaku agama leluhur tersebut bertentangan dengan rasionalitas. Mereka adalah bentuk kesesatan berfikir. Mereka menganggap hidup sesuatu yang mati. Mereka menganimasi sesuatu yang tidak bergerak. Perilaku mereka primitif dan sepatutnya ditinggalkan

Selanjutnya Tylor mengatakan bahwasannya penganut agama leluhur tidak hanya menyembah suatu wujud alam semata, akan tetapi ia menjelaskan bahwa mereka (penganut agama leluhur) menyembah sesuatu di balik wujud alam tersebut. Sesuatu itu adalah spirit (ruh). 

Tylor mengatakan bahwa melalui poin “menyembah ruh” inilah praktik-praktik agama leluhur bisa dinalar dan dikategorikan sebagai agama, tepatnya asal-muasal agama. Akan tetapi karena statusnya sebagai “asal muasal” agama, agama leluhur tidak dapat dijadikan sebagai agama dunia.

Dan pada akhirnya animisme dipahami bukan hanya sekedar teori, akan tetapi seakan ia adalah “nama” bagi praktik-praktik keagamaan. Penyebutan dan penggunaannya tidak lagi dipertanyakan dan dipersoalkan. Sejarahnya yang etnosentris seakan dilupakan. Ia diterima dan bahkan direproduksi.

Animisme sendiri merupakan sebuah teori yang kontroversial. Hal ini dikarenakan Sejarah bangunan dari teori animisme Tylor adalah budaya etnosentris dan juga merupakan teori yang memakai cara kerja paradigma dunia.

Apa itu budaya etnosentrisme dan paradigma agama dunia? Akan saya paparkan melalui artikel selanjutnya. Just stay tuned.