Aku mau dulu
Puisi
Ku mau yang dulu
Dahulu yang indah dan bersih
Bagai tabul rasa adanya
Belum tersebar diseluruh penjuru dunia
Taman Eden namanya
Yang tersembunyi diujung tidur dunia
Berlimpah ria alam kejayaannya
Beribu-ribu harapan terselip
Karna udik merasuki psikis
Usikan kehendak berpartisipasi
Semua orang luar berbisik tentangnya
Meranjang-anjang oleh para kapitalis
Yang merasa diri superior tingkat atas
Oleh watak money
Memaksakan nurani dan batin orang lain
Untuk anut dalam sistem dan ambisinya
Mweda, 2023
Rasa yang habis
Puisi
Dalam redupan dingan malam
Angin berseliweran tengah gelap
Temu menyaksikan aktivitas hari
Bulan tak beri dukungan
Untuk bintang anak buahnya
Yang selalu saja setia jadi pelengkap
Rasa percaya mulai hilang
Dari bintang kepada bulan
Kalah malam keram diruang perdebatan
Rasa antusias dipertaruhkan
Dan percaya digantungkan dari bulan
Entalah.. . .. !!!!
Mweda, 2023
Buta hati
Puisi
Macam semua seruan berlalu saja
Hilap terbawa dalam ramainya orang
Tidak ditahan untuk diprediksikan
Kalau itu dicicipi kan terbongkar
Bobotan kata tertera demi tujuan
Rilis dan bait tertulis demi arti
Baris dan konsep terlantarkan
Belum mampukah menaknainya
Halaman Ini demi kepentingan bersama
Antara saya dan kamu
Untuk berubah kebiasaan yang jadi tempat praktek buruk ini
Jangan buta hati untuk melihat realita
Mweda, 2023
Mata gemuruh
Puisi
Cerahnya terbulat sehari
Mentari menikam sukma
Nadi bertaruhan cari teduh
Panas meminta keringat
Memaknai tanda di setia jalan
Tulus mendaki ke tujuan
Puncak klasemen akhir
Bersama rakitan mulus
Sedetik tengah jalan
Mata matahari berdapat hujan
Sontak bermain mata gemuruh
Luncur dadak tandai main mata
Mweda, 2021
Aku dan rasa
Puisi
Rasaku beranjut tinggi
Jauh menerjang ke tinggian bayang
Laju berhadapan keruwetan
Tiada sadari pada pengentasan
Kalau terbawa hingga terhanyut
Antara binglala tertutup oleh awan
Apa saja yang akan boleh ?
Seyogianya konten ini mengandung selektif
Mahapentingkah aku dan rasa ini terikat ?
Esensi nekat merajut ulang saja
Walau hanya sebatas aku dan rasa
Upaya berpadu menanti kesucian
Selipan suci benderangkan
Demi rasa nikmat selaras dominan
Bersatu hadirkan matahari dipersada ini
Guna meraih gelar kemenangan
Mweda, 2021
Langit yang diam
Puisi
Langit yang diam
Menep tapi tergores dalam-dalam
Siapa kah yang membuatnya....ahk
Semua tentang dibawah kolom
Semenangnya dia sudah tahu
Pastinya terekam oleh kasat mata
Lantas bagaimana cara menyikapi ?
Jika ihwal yang terbebani saraf
Terbasung bungkus di lubuk
Berdayakah keluar bagai cerpen sensasi
Demi harukan hiasan kata
Menyuruh antusias ikuti
Preventifkan atas dasar puruknya
Pengapkan rona amarah caci
Tunjuk penghapusan jejeran sendu
Nyatakan atas nama kejempitan
Kalau tidak, Jangan salahkan hujan.
Mweda, 2022
Dipenghujung senja
Puisi
Gunung itu akan jadi tempat akhirmu
Untuk kau sangki lintas keindahan
Jadinya ambang pintu pamerahan godaan
Dasar ini berdasarkan kognitif
Yang beronjol tak sanggup beradu nasib
Rill rasa absolut tercipta
Penghujung senja ini
Patutnya ikhlas tak diberi kesempatan
Berat terikat tak terkirim kabar
Tidak berdaya batalkan kelimpahan ketidakadilan
Itu bukan penguji
Keyakinanku beredar daratan bias
Kan ku lontorkan dari pintu senja
Ini ihwal demi wasiat, semoga bisa sampai ditujuan.
Mweda, 2022
Pura-purau
Puisi
Yang tak bisa pastikan
Bagai arus mata angin
Yang penjajakan dengan kenjang
Lewat bersama penuh cerita
Canda dan tawa hilang dalam rekapan
Dalam dekapan liris nama tokohnya
Alur tertulis dalam lembaran
Tersirat dari bahasa
Termaknai pada arti dan pengertian
Tersusun dalam diam
Bukankah hanya tentang itu
Maka pura-pura tidaktahu jadinya kewajiban
Mweda, 2023
Bolehkah jadi bulan
Puisi
Maukah engkau jadi bulan
Menjadi utama pembawa terang
Tuk hibah mudah kalkulasikan rasa
Menghitung demi tatanan rasa
Yang lama tersangkar di lubuk ini
Ihwal ini mumpung
Bolehkah engkau jadi bulan
Untuk mengukir sejarah cinta
Diruang emosionalitas perasaan
Bersamaan anak buah rembulan
Berbuar luas juga tiap jelan keromantisan
Tontonan harmonis ini kita benihkan
Dibawa kolom binglala binaan sinar bulan
Di atas jagat, sinar menampakkan setia dalam diam.
Mweda, 2020
Pergi dan luka
Puisi
Usai dari kebersamaan ini
Kita disadarkan perpisahan ini
Tempuhnya panjang kali
Seurut dari jalan cinta kita
Selama rasa percaya hidup
Kita tanamkan sampai masa tua
Masa dan waktu tak sependapat
Tak Sepaham ini membuat kita bubar
Hanya luka tersimbol ulah pergi;
Ada luka dibalik pergi
Ada luka dibalik jalan
Ada luka dibalik tawa
Ada luka dibalik pintu
Itulah lengketan dinamika cinta
Kan berasa disaat masa terbuka
Berselang rindu jadi kekokohan pendirian
Mweda, 2021
Aku ingin bangkit
Puisi
Aku benci atas keterpurukkan itu
Yang bersambung lengket ke aktivitas ini
Hendak berangsurkan rasa lengah
Menerjang dari tumpukan sistem
Berlari jauh dari aliran jenuh
Untuk mau usaha jadi lebih baik
Arus kenjang timbalbalikan daya
Energi diguras habis-habisan lagi olehnya
Sangki gelatakan di tempat tak ada ibah
Pergelombang ambisius terusik nadi
Pencabut semangat berdiri kokohkan
Ini tidak lain dan tidak bukan adalah
merampas tumpuan harapan
Itupun bukan hipotesis yang dijadikan praduga
Tetapi kenyataan akan konteks dan terapan
Kan pada terbongkar dari lantaran konsep
Mweda, 2021