Pasca dirilisnya Kandidat Calon Presiden Versi Ponakan Pejabat Negara di akun instagram saya, @xan_anggun yang berlangsung pada tanggal 13 Juni 2022 kemarin, di mana 3 orang kandidat tersebut terdiri dari ;
Ganjar Pranowo sebagai Kandidat ke 1, Anies Baswedan sebagai Kandidat ke 2, dan Sandiaga Uno sebagai Kandidat ke 3, dengan mempertimbangkan aspek berikut ;
Kepribadian, pencapaian, rekam jejak positif dan negatif serta seberapa dibutuhkannya oleh rakyat dan Negara Indonesia.
Untuk itu, tentu saya merasa bertanggung jawab dalam menyampaikan alasan demi alasan, serta pertimbangan demi pertimbangan sehingga saya berani memunculkan ke tiga nama tokoh di atas.
Oleh karenanya, alasan serta pertimbangan tersebut akan saya sampaikan secara tertulis dan seperti biasa, tulisan ini akan terdiri dari beberapa part nantinya.
Sebagai pembuka, saya akan memulai serial ini dengan Paman Ganjar Pranowo terlebih dahulu. Namun saya akan garis bawahi,
"Bahwa pertimbangan ini saya lakukan secara personal dalam sudut pandang saya sebagai Pengamat Politik, karena sekarang ini saya sedang tidak berada di bawah pengaruh Partai mana pun."
Tertanda, Ponakan Pejabat Negara
***
Ternyata oh ternyata, selain termasuk ke dalam Kandidat Calon Presiden versi Ponakan Pejabat Negara, Ganjar Pranowo juga termasuk Kandidat Capres terkuat versi Partai Nasdem yang dirilis pada tanggal, 17 Juni 2022 kemarin.
Bukankah itu menandakan bahwa "Kelayakan" seorang Paman Ganjar bukanlah main-main? Saya akan mengajak para pembaca di luar sana untuk lebih mengenal sosok Ganjar berikut pencapaian serta rekam jejaknya selama menyentuh Dunia Perpolitikan.
Sebenarnya pengalaman perpolitikan Ganjar sudah dimulai ketika masih menduduki bangku perkuliahan sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas Gajah Mada.
Ya! Selain pengalaman akademik, implementasi ilmu perpolitikan turut diamalkan pada sebuah Organisasi Mahasiswa bernama GMNI (Dibaca : Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
**Note : Saya tidak tau persis Organisasi ini berada di bawah naungan siapa, tetapi yang sangat jelas di sini adalah terdapat "Kepala Banteng" di logo Organisasi tersebut.
Selain merupakan alumnus FH Universitas Gajah Mada, Ganjar juga tercatat sebagai alumnus Pascasarjana Ilmu Politik di Universitas Indonesia. Kemudian barulah Ganjar bergabung dengan PDI-Perjuangan.
Mengawali karirnya sebagai bagian dari PDI-P, Ganjar menjalankan peran sebagai anggota DPR pada periode 2004-2009, yang kemudian berlanjut pada periode 2009-2014.
Namun di penghujung periode ke-2 tepatnya di tahun 2013, di mana berlangsungnya Pemilihan Gubernur Jawa Tengah, atas rekomendasi dari sang Ketua Umum Partai yaitu, "Eyang Megawati" Ganjar pun akhirnya memenangkan Pilgub dan resmi menjadi Gubernur Jawa Tengah.
Skandal pertama yang menjadi rekam positif vibes dan berhasil ditumpas oleh Ganjar adalah Pungli Jembatan Timbang pada bulan April 2014 silam. Dimana diberlakukannya pungli dengan nominal Rp 20.000 per kendaraan.
Kemudian pada Oktober 2016, lagi dan lagi Ganjar menumpas "Kejahatan" yang justru dilakukan oleh aparat Kepolisian. Dimana kala itu diberlakukannya pemungutan biaya sejumlah Rp 50.000 untuk setiap pengecekan kendaraan secara fisik yang seharusnya dilakukan secara GRATIS!!
Tidak hanya itu, pada Mei 2019, sebuah Biro jasa Perizinan Usaha di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Ganjar mendapati bahwa namanya dicatut dan dilibatkan dalam pemungutan biaya yang seharusnya sama sekali tidak ada.
Kejahatan besar memang selalu dimulai dengan cara yang kecil dan di lingkungan yang lebih kecil namun apa pun alasannya Ganjar mengaku bahwa dirinya sangat membenci tindakan tersebut. Dan sekecil apa pun itu, korupsi tetaplah korupsi.
Dan masih seputar korupsi, baru-baru ini pada Januari 2022, Ganjar menyidak bangunan sekolah yang baru saja selesai di Tawangmangu-Karanganyar.
Ganjar yang menganggap bahwa bangunan tersebut dibangun secara asal-asalan pun membuktikan asumsinya dengan menendang dinding hingga jebol.
Gubernur Jateng itu pun turut memberi peringatan keras pada Kontraktor dan jelas tidak akan menerima hasil kerja mereka yang seperti itu.
Sampai di sini barangkali muncul pertanyaan,
"Kenapa Ganjar begitu 'berdamage' dalam menumpas kasus korupsi baik skala bangunan sekolah, mau pun skala receh Pungli sejumlah Dua puluh ribu rupiah?"
Jawabannya adalah, karena Ganjar Pranowo terlibat kepanitiaan yang memiliki hak angket dalam menyintas kasus BANK Century di era kepresidenan Susilo Bambang Yudoyono.
Selanjutnya, selain dinobatkan sebagai Kepala Daerah yang inovatif dalam melayani publik, Ganjar juga dianugrahkan Tokoh Media Radio dari Persatuan Radio Swasta Nasional Indonesia.
Dikarenakan memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi untuk maju di Pilpres 2024, baru-baru ini viral sebuah headline yang bertuliskan,
"Ganjar Pranowo Dikucilkan Oleh PDI-Perjuangan."
Hal tersebut diperkuat dengan penyampaian Ketua DPP PDI-P, Bambang Wuryanto yang mengatakan bahwa, Ganjar telah "Bersebrangan" dengan Partai.
Klaim tersebut pun muncul pasca lahirnya fansbase ; Dulur Ganjar Pranowo, KGBN (Dibaca : Kawan Ganjar Barsatu Nasional), Ganjarist, yang mulai menggencarkan Ganjar untuk Pilpres 2024.
Dan mereka mengaku bahwa mereka dulunya juga merupakan tim sukses dari Presiden Joko Widodo. Munculnya fansbase ini pun kian diperpanas dengan lahirnya fansbase "Gema Puan Maharani."
Sedangkan menurut Pengamat Politik dari LIPI (Dibaca : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) menyampaikan bahwa, memang dalam internal DPI-P ada yang tidak senang dengan pencapaian Ganjar.
Terlepas dari itu semua, hal yang tidak hanya menarik namun juga "Menggelitik" bagi saya adalah,
Benarkah "Tragedi" dikucilkannya Ganjar dari PDI-P merupakan fase pahit yang harus dialami Ganjar sebagai "Rintangan" dari perjalanan karirnya, atau justru "Strategi Politik" yang sedang dimainkan oleh PDI-P bersama dengan Ganjar Pranowo itu sendiri?
Namun sekiranya benar itu hanyalah merupakan "Strategi Politik Mereka", Ganjar Pranowo dengan kepribadiannya, dengan pencapaiannya, dengan rekam jejak serta persentase dibutuhkannya oleh rakyat dan Negara, ia tetap layak menjadi Presiden Republik Indonesia.
Dan jika benar PDI-P dan Ganjar saat ini sedang "Tidak baik-baik saja," lantas PDI-P mencalonkan kandidat lain maju di Pilpres 2024 (Dibaca : Duet Prabowo-Puan), sama artinya PDI-P sedang bunuh diri dalam sudut pandang saya.