Siapakah Daud?
Daud adalah seorang gembala domba dan pemain seruling dari Yerusalem. Menjadi anak bungsu dari beberapa saudara laki-laki, Daud seringkali dipandang lemah oleh keluarganya. Di saat saudaranya pergi berperang, Daud hanya sibuk menggembalakan domba dan sesekali mengantar bekal untuk saudara-saudaranya.
Pada zaman tersebut, musuh bangsa Israel adalah orang Filistin. Pada salah satu peperangan, tidak ada tentara Israel yang berani maju karena lawan mereka adalah Goliat yang menantang untuk berperang satu lawan satu. Pada jaman tersebut, Goliat adalah prajurit Filistin yang berukuran 2 kali lebih besar dari manusia pada umumnya.
Dengan iman dan pengharapan pada Tuhan, Daud maju melawan Goliat. Ia meminta izin kepada raja Israel saat itu yaitu Raja Saul, dan diberikan izin meskipun raja meragukan kemampuannya. Bagaimana tidak? Daud menghabiskan sebagian besar waktunya mengurus dan menjaga domba alih-alih melatih kemampuan berperang.
Diluar segala dugaan dan pandangan orang sekitar, penyertaan Tuhan terbukti dengan kemenangan Daud melawan Goliat. Saat tentara lain maju menggunakan pelindung tubuh terbuat dari besi, membawa pedang, Daud hanya membawa ketapel dan 5 batu kerikil.
Dibalik alat main anak (ketapel), terdapat senjata yang menjadi penentu keberhasilan Daud, yaitu iman dan penyertaan Tuhan dalam dirinya. Kemenangan bukanlah hasil kemampuan Daud, melainkan anugrah dan hadiah dari imannya kepada Tuhan. Bukan semata-mata karena mampu, tetapi percaya. Percaya akan kebesaran Tuhan untuk memampukan kita.
Goliat Bagaikan Tantangan
Jika diibaratkan dengan hidup kita, Goliat adalah setiap rintangan dan masalah yang terjadi dalam hidup dan Daud adalah setiap manusia yang “lemah” untuk ukuran masalah sebesar Goliat.
Tidak sedikit orang yang gagal dan termakan oleh rintangan karena tidak memiliki ‘senjata’ untuk melawan. Pernahkah anda merasa masalah yang anda hadapi begitu besar dan tidak sesuai dengan kapasitas anda?
Amsal 4:12 berbunyi “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”.
Hati manusia adalah ‘organ’ terpenting yang bisa manusia dijaga. Penampilan dan perilaku dapat dijaga hanya sejauh pandangan mata, namun kedalaman hati seseorang siapakah yang dapat menyelami? Your input defines the output.
Apa pun yang keluar dari dalam diri seseorang, itulah isi hatinya. Sesungguhnya orang yang hatinya dipenuhi amarah dan dendam akan secara tidak sadar berbuat jahat terhadap sesama seperti iri hati, dengki, kebencian dan lain sebagainya. Whatever goes into you, goes out from you.
Hati Daud tertuju pada keagungan Tuhan. Dorongan dalam hati untuk percaya kepada Tuhan menyirami tanaman iman di hati Daud. Iman adalah pengetahuan dan sikap hati yang percaya meski di tengah badai.
Disaat ketidakpastian hidup melanda, disaat semua orang terasa seperti orang asing, disaat masalah yang begitu besar mengguncang rasa aman kita. Disitulah iman bekerja. Layaknya otot yang terlatih dengan mengangkat beban, pada waktu susahlah iman seseorang dilatih dan diuji.
Soren Kierkeegard – 3 Tahap Eksistensi manusia
Soren Aabye Kierkeegard adalah seorang filsuf yang juga mendalami pengetahuan teologi, berasal dari Denmark pada abad ke-19. Lahir dan besar dari keluarga takut akan Tuhan, Kierkeegard tumbuh menjadi pribadi yang menyadari pentingnya keberadaan Tuhan dalam kehidupan manusia. Eksistensialisme adalah keberadaan manusia. Menurut Kierkeegard, terdapat 3 tahap keberadaan yang manusia dapat lalui dalam hidup ini;
Aesthetic – Tahap Estetis : Dimana manusia hidup menurut dorongan daging dan ego. Hedonisme dan hanya mengikuti keinginan diri sendiri.
Ethical – Tahap Etikal : Manusia membatasi dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai moral masyarakat. Hidup berdasarkan nilai kebaikan.
Religious – Tahap Religi : Tahap tertinggi yang bisa diraih manusia, dimana individu menyerahkan kehidupannya kepada Tuhan dan percaya penuh dengan jalan Tuhan dalam hidupnya.
Daud dan Iman
Tahap kehidupan Daud telah mencapai tahap tertinggi dalam eksitensi manusia yaitu tahap religi. Pada tahap ini, manusia menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Tuhan dalam arti, apapun yang terjadi dalam hidupnya, individu tersebut akan memiliki ketenangan dan damai karena percaya akan kebaikan dan penyertaan Tuhan. Badai hidup dapat mengubah hati manusia sedemikian rupa, maka dari itu penting adanya memiliki fondasi hati yang benar.
Kesimpulan
Daud adalah seseorang yang mengejar hati Tuhan. Bukan mengejar segala keuntungan yang bisa didapatkan dari Tuhan tetapi mendambakan pribadi Tuhan itu sendiri. Dengan mengenal pribadiNya, Daud mengerti apa yang harus ia lakukan dan pegang teguh dalam hidup, yaitu iman untuk menanggung segala perkara dalamNya.
Dengan mengetahui karakter dan pribadi Tuhan, ia tahu dimana harus meletakkan pengharapannya, yaitu hanya pada Tuhan. Marilah, kita mengejar pengenalan akan Tuhan dan bukan semata-mata keuntungan yang bisa kita diperoleh.
Menurut Kierkegard, keberadaan manusia dapat meraih batas tertingginya saat individu dapat menjalani hidup dengan Tuhan. Individu tidak hanya mengetahui keberadaan Tuhan namun melibatkanNya dalam kehidupan sehari-hari.