Saat ini cluster baru penyebaran Covid-19 bukan hanya di perkotaan tetapi sudah sampai ke pedesaan. Seperti laiknya penyebaran listrik saja, yang pada awalnya terbatas di perkotaan berlanjut ke pedesaan hingga daerah terpencil. Agar kegiatan bersepeda (gowes) tetap aman goweslah menjauh dari pusat pandemi. Gowes trek hutan biasa kami menyebut dengan ngalas dan trek pegunungan (nggunung) bisa menjadi suatu pilihan aman buat goweser. Jalur ngalas dan nggunung menyajikan udara yang segar dan pemandangan yang indah. Goweser bisa memacu sepeda sambil merasakan kedekatan dan penyatuan dengan semesta alam, meningkatkan spiritualitas jiwa yang bisa berdampak positip pada kesehatan dan imunitas.

Agar gowes trek ngalas dan nggunung (downhill) tetap lancar dan aman, berikut perihal yang penting diperhatikan;  

  • 1. Pastikan SIM Masih Berlaku

Banyak goweser berhenti bersepeda karena tidak punya SIM (Surat Ijin Mancal) atau SIM-nya kena cabut, entah karena begitu sayang sehingga protektif atau bisa juga karena kesal karena sering gowes pulang terlalu malam.

Pak Aminudin goweser senior, biasanya bersepeda nge-road tipis-tipis dari desa ke desa. Secara umum medannya halus - sedikit bergeronjal. Suatu ketika mengikuti gowes downhill (dh), sebenarnya sepeda sudah sesuai dengan medan tetapi mungkin belum terbiasa dengan trek dh sehingga jatuh beberapa kali. Untungnya tidak mengalami cidera yang parah, hanya memar biru-hitam saja. Sejak saat itu SIM gowes trek dh-nya expired.

Lain halnya dengan Gus Ainur, sebenarnya dia goweser kawakan. Skillnya lebih dari sekedar memadai, hanya satu yang kurang yaitu nyali. Bukan nyali saat menghadapi turunan licin atau berbatu tetapi nyali atas kepemilikan SIM, karena pernah gowes berangkat subuh pulangnya terlalu malam, lantas SIM dh-nya kena cabut juga.

  • 2. Pastikan Skill Goweser Memadai 

Jika anda goweser pemula mesti terus terang, biar dibriefing teknik gowes oleh senior. Terlebih lagi jika trek downhill yang memiliki resiko sedang sampai tinggi. Minimal faham bagaimana menaklukan trek turunan berbatu, turunan licin, turunan tajam atau jalan berpasir.

Pernah suatu ketika ada tamu ikut gowes downhill, Pak Harry. Menilik sepedanya, Pak Har seperti belum biasa downhill. Saya coba mengajaknya ngobrol;

"Pak Har, biasa gowes ke gunung?"

"Biasa Pak," jawabnya.

Pak Maman, temannya menimpali, “wah jam terbangnya sudah tinggi.”

Singkat cerita gowes di Trek ke-1 lereng Bromo, Pak Har sudah kejongor 2 kali. Pertama terperosok jalan berlubang, kedua terpelanting turunan berpasir. Buat goweser downhill, jatuh itu seperti suatu keniscayaan. Jadi jika ada teman yang jatuh kita berkelakar "difoto dulu, baru ditolong." Akhirnya saat mau loading ke Trek ke-2, terlihat Pak Har jalannya pincang dan tidak bisa gowes lebit lanjut.

  • 3. Gunakan Jersey Ngejreng

Jalur downhill biasanya banyak bercabang sehingga sangat berpotensi adanya anggota terpisah dari rombongan. Sebaiknya menggunakan jersey dan pilih warna yang ngejreng, agar mudah dikenali. Pernah suatu ketika gowes downhill dengan kecepatan cukup tinggi, baru jalan beberapa menit rombongan terpisah jadi 2, baru sadar saat rombongan yang diatas berteriak memanggil rombongan yang dibawah, yang dengan mudah dikenali dari jersy ngejrengnya. Untungnya 2 jalur tersebut bertemu, jika tidak bisa kebayang harus balik melewati jalan naik dengan menuntun sepeda downhill yang berat.

“Bisa-bisa bernafas lewat telinga,” celetuk salah satu goweser.

Ini salah satu joke goweser saat nafas begitu tersengal-sengal sehingga seolah-olah nafas lewat hidung dan mulut tidak memadai lagi, inginnya ditambah lagi lewat telinga.

  • 4. Pastikan Goweser Mengenal Trek

Mengenal trek bukan hanya perihal kondisi trek saja, tetapi perlu tahu nama daerah saat start, rest area dan finish. Jangan sampai seperti kejadian saat gowes di lereng gunung Semeru, ada satu goweser salah jalan, sementara yang lain lanjut sampai finish. Sesudah istirahat, rombongan akan loading ke Trek ke-2, setelah dihitung anggota kurang satu. Saat ditelepon, ternyata masih disekitar awal start, akhirnya ngojek menuju ke finish.

Selama gowes kita biasa bergurau, kadang kita pura-pura ada sesi wawancara. Saat teman yang salah jalan, Pak Harmoko saya wawancarai "Bagaimana ceritanya bisa tersesat?"

"Saya start nomor 5, setelah jalan sekian waktu jadi nomor 1, kemudian saya berhenti karena tidak ada teman yang lain. Terus ketemu beberapa petani mau nanya jalur, tidak tahu nama tempat rest area dan finish-nya," terangnya, sambil menggelengkan kepala.

  • 5. Pastikan Sepeda Fit

Pilih sepeda sesuai medan. Cek rim, atur sadel dan sesuaikan tekanan ban dengan beban (berat badan). Lebih baik jika goweser sudah familiar dengan sepedanya. Jika belum, goweser harus mengenalinya dahulu sebelum masuk trek downhill. Sering accident gowes karena keadaan sepeda tidak fit.

Saat downhill di jalur Naga Tutur Welang Pasuruan, trek berliku dan berbatu di tengah jalan ada teman mengajak bertukar sepeda. Dia berangkat duluan dan saya menyusul dibelakangnya. Untuk sekedar melewati dengan aman dan lancar di jalur TW, benar-benar harus waspada. Di trek ini, Pak Camat pernah jumping tersungkur dan ada yang kehilangan SIM selamanya. Begitu jalan beberapa saat, terlihat teman menuntun sepeda saya.

"Lho kenapa?" tanya saya.

"Mbledos," jawabnya.

Lupa jika kami berbeda berat badan, sementara tekanan ban sudah kita atur sesuai berat badan kami masing-masing.

  • 6. Gunakan Peralatan Safety

Peralatan safety ini pada tingkat wajib bukan sunah lagi untuk gowes dh, seperti; helm, decker tangan dan kaki, sarun tangan, kaca mata, sepatu dan masker. Bahkan untuk jalur turunan tajam dan berbatu diwajibkan pakai helm full face untuk melindungi wajah dari benturan saat jatuh.

Pernah ada teman goweser, inginnya menaklukan jalur Naga TW Pasuruan, jadi hampir setiap Sabtu turun di trek downhill berbatu tersebut. Sudah sekian kali bilang jika mau beli helm full face tetapi senantiasa tertunda. Sampai akhirnya terjadi accident, dia jatuh dan gigi depanya patah.

“SIM-nya aman kan?” goda teman-teman.

7. Siapkan Spare Part dan Alat Teknis

Beberapa spare part dan peralatan yang sering dibutuhkan saat darurat gowes downhill antara lain; ban dalam, pompa, kunci, spi rantai dan P3K. Jangan hanya berbekal uang karena di hutan tidak ada tukang tambal ban dan tidak ada yang jual spi rantai. Apabila gowes rombongan, sebaiknya membawa perlengkapan tersebut plus teknisi yang faham per sepedahan.

Pengalaman selama gowes downhill bukan saja sepeda yang membutuhkan pertolongan tetapi goweser juga. Pernah gowes dengan trek berbatu yang cukup panjang sehingga ada salah satu anggota mengalami kram kaki, terus dipijat ramai-ramai tetapi tidak kunjung membaik juga, akhirnya dibonceng tukang rumput ke finish.

Selamat mencoba!