Lebih dari sebulan lalu, saya mendapat ujian berupa serangan strok, sebagaimana pernah saya mengirim tulisan berjudul Keseruan Terkena Strok.
Selama waktu berjalan hingga kini, seiring dengan doa dan ikhtiyar yang saya panjatkan serta tekuni, maka Alhamdulillah sudah banyak hal yang bisa saya lakukan pasca serangan penyakit tersebut.
Tentunya juga berkat doa terbaik yang disampaikan oleh Sahabat Qureta semua, Pembaca yang budiman.
…bisa terstimulasi dan terbangunkan, sehingga energi bisa mengalir.
Terapi Akupuntur dan Al Fashdu
Mulai minggu kedua pasca strok, saya sudah bisa menjalankan Sholat sambil berdiri, bukan duduk.
Berlanjut ke berjalan kaki waktu terapi pagi hari sudah bisa saya lakukan lebih cepat, hingga bisa mulai melakukan gerakan lari meski pace kura-kura.
Lalu menulis dan tanda tangan dengan tangan kanan yang hasilnya sangat mirip dengan tulisan saya sewaktu masih sehat. Jenis tulisan saya mirip resep dokter, tapi saya yakin gak bakal bisa ditebus ke apotek.
Selain telah mencoba mengubah pola makan yang sedapat mungkin menghindari lemak hewani dan garam, maka saya rutin berolah raga.
Olah raga saya adalah jalan kaki, yang jalannya tidak klewas-klewes kayak macan luwe, tapi cenderung langkahnya terburu-buru kayak orang lagi kebelet.
Atau derap langkah kaki saya itu mirip karyawan yang mau menyerahkan laporan kepada boss-nya karena tenggat telah tiba.
Atau, nah ini, langkah jalan kaki saya itu mirip sama Pak ketua RT yang tengah memberi teladan, wira-wiri kasih dukungan logistik sambil menyemangati warganya yang tengah bekerja bhakti.
Terapi yang saya ikuti selama 2 kali seminggu selama sebulan lebih adalah Akupuntur, agar syaraf-syaraf penghubung fungsi organ dan gerakan bisa terstimulasi dan terbangunkan, sehingga energi bisa mengalir.
Efeknya memang saya rasakan dari otot-otot lengan dan seluruh tangan hingga kaki kanan yang kadang-kadang terasa kosong, menjadi lebih terisi, berenergi.
Juga, saya diambil darah kotor di bagian telapak tangan bagian atas, baik kanan dan kiri. Lalu lanjut telapak kaki bagin atas, kiri dan kanan, yang pengambilan darahnya masing-masing jeda seminggu.
Terakhir saya ikuti terapi tersebut sampai telapak atas kaki kiri. Untuk kaki kanan menunggu setelah masa liburan lebaran.
Metode terapi ini disebut Al Fashdu. Darah yang diambil berkategori darah kotor sebanyak 100 hingga 150-an mililiter. Beda dengan darah donor ke Palang Merah Indonesia, PMI, yang notabene adalah darah bersih.
Dari darah kotor yang diambil, bisa diamati kualitatif jenis pengotor apa saja yang menyebabkan penyumbatan dalam pembuluh darah saya. Darah saya kandungan minyaknya tinggi.
Wah kaya dong sebenarnya saya, penghasil minyak. Pria raja minyak, anggota OPEC.
Proses Al Fashdu yang saya ikuti telah menjawab pertanyaan, mengapa saya yang rajin donor darah, bisa terkena strok. Karena darah yang saya donorkan adalah darah bersih.
Darah bersih keambil, darah kotor pun mendominasi. Kena gempa bumi lah saya, terhuyung-huyung. Kepleh.
Saya terkena strok lebih sebulan lalu, persis 10 hari setelah menjalani donor darah.
Anggota badan di area yang telah menjalani terapi Fashdu, memang terasa lebih bugar dan saya rasakan pula energi secara bertahap semakin mengisi ruang-ruang kosong dalam otot, sehingga menjadi lebih bertenaga dan fleksibel.
Juga, saya ikuti bekam dengan jeda seminggu setelah proses terapi Fashdu terakhir.
…peran sugesti melawan zona nyaman pasca strok selama pemulihan…
Melawan Zona Nyaman
Pertama terkena strok, melakukan gerakan bagai mengocok senar gitar, rasanya berat dan ngilu di tangan kanan. Juga jari jemari ketika saya melakukan gerakan bertasbih, waktu itu terasa berat dan kaku.
Hanya saja, terapis Akupuntur saya sempat berpesan kepada saya, agar melawan zona nyaman selama proses pemulihan. Kudu berani gerak dan dipaksa wilayah otot dan syaraf yang berasa kosong.
Sholat sambil berdiri, misalnya. Pas gerakan rukuk, tadinya saya pikir-pikir bisa apa tidak. Ternyata bisa.
Apalagi pas hendak melakukan sujud, saya sempat ragu, bisa apa tidak. Juga, saat gerakan berdiri lagi pada posisi rakaat selanjutnya.
Alhamdulillah semua bisa saya lakukan, meski waktu pertama saya menjalaninya, sempat tidak imbang pas berdiri selesai Sholat. Hampir terjatuh ke arah depan.
Namun, saya rasakan kaki kanan saya waktu itu secara refleks juga menahan agar posisi saya imbang, meski ada ruang kosong di kaki kanan saya rasakan. Apakah ini berkat peran sugesti melawan zona nyaman pasca strok selama pemulihan, saya belum tahu pasti. Saya hanya bisa bersyukur waktu itu.
Pernah suatu hari saya nekat, bersih-bersih rumah pas Istri saya sedang tak ada di rumah. Naik turun tangga portabel bersihkan debu-debu semua lemari, mengelapnya, lalu menyapu dan mengepel lantai.
Mumpung Istri saya lagi nggak ada pas itu. Coba kalo ada, wah belum-belum saya mesti kena kuliah cinta tujuh menit.
"Masih belum pulih kok mau bersih-bersih bla bla bla bla..." saya yakin mesti Istri saya bilang begitu.
Jika Istri saya sudah begitu, biasanya saya yang gemes pengen nggigit bibir Istri saya. Ya, bibirnya saya gigit, tapi gak pake gigi.
Benar, saya waktu itu merasakan ada beberapa bagian di kaki kanan saya yang masih kosong, ketika naik turun tangga lipat.
Terus saya konsultasikan ke terapis Akupuntur perihal tersebut, dijelaskan bahwa memang saya masih dalam proses membangunkan syaraf-syaraf, yang bersamaan dengan memperbaiki fungsi organ-organ dalam, agar energi metabolisme pendukung sistem gerak, bisa mengalir pulih.
Wah, saya lalu ingat fungsi Adenosin Tri Phosphat (ATP), senyawa nukleotida yang berperan dalam mentransfer kuanta-kuanta energi, dari sel ke sel dalam tubuh.
Bisa nyambung ternyata Akupuntur sama ilmu kimia. Coba nanti saya usulkan agar ada mata kuliah kimia Akupuntur. Soalnya sejauh ini adanya mata kuliah bernama Kimia Medis.
"Bapak jangan memforsir kerja yang berat-berat dulu ya Pak, kan masih pemulihan..." Demikian pesan terapis Akupuntur menutup sesi terapi saya sore itu sebelum berbuka puasa.
"Lha masak, ngelap-ngelap debu aja kerja berat?" Tanya saya balik.
"Bukan ngelap-ngelapnya Pak, tapi naik turun tangga lipatnya itu." Kembali terapis Akupuntur menjelaskan.
Kali ini saya mengangguk paham. Kadang-kadang saya memang gak sabaran. Pengen segera bisa beraktifitas normal pas itu.
…penuh hikmah, bagi sesiapa saja yang selalu bersyukur.
Berkah Ramadan
Waktu pun berjalan. Selama bulan Ramadan ini, maka Alhamdulillah saya bisa menjalani ibadah puasa mulai awal hingga akhir pas suara Takbir berkumandang.
Sholat Tarawih juga saya ikuti, secara normal. Saya ikut Tarawih yang jumlah rakaatnya 11, ikut Muhammadiyah meski saya terlahir dilingkungan NU.
Alhamdulillah, bulan Ramadan memang anugerah yang penuh hikmah, bagi sesiapa saja yang selalu bersyukur.
Selain bisa Sholat secara normal, berpuasa penuh seharian, berolah raga, selama sebulan penuh berkah, saya juga mulai bisa berkendara motor, menyetir kendaraan roda empat mengantar dan menjemput anak-anak sekolah, aktifitas rumah, menulis, mengetik hingga memberi nafkah batin kepada Istri tercinta.
"Yiii Haaaa..." Pekik saya dalam hati, kegirangan. Sudah ON lagi.
Menikmati hari-hari nan Fitri selama bulan Syawal ada karunia yang patut saya syukuri.
Strok yang secara mendadak menyerang saya sebulan lebih lalu, menjadi hikmah tersendiri bagi saya, yang saya maknai adalah sebagai karunia dari Allah SWT, agar saya berubah menjadi lebih baik lagi.
Sekali lagi tentunya, semua yang saya alami adalah buah dari saling mendoakan yang terbaik diantara kita, para Sahabat yang budiman.
Jangan pernah sepelekan hasil pemeriksaan tekanan darah…
Penanganan Sejak Dini
Dengan demikian, saya mohon ijin lagi untuk berbagi, tentang pentingnya menjaga tubuh kita, agar tak terdzalimi secara tanpa sadar oleh diri kita sendiri.
Begini, selain gaya hidup dan pola makan sehat, maka pemantauan kondisi kesehatan kita secara rutin, setidaknya memeriksa tekanan darah, adalah penting. Khususnya bagi kita yang menyandang tekanan darah tinggi.
Jangan pernah sepelekan hasil pemeriksaan tekanan darah, apabila ternyata tinggi, meski sebelum-sebelumya adalah rendah atau normal.
Juga jangan langsung panik, terlalu khawatir apabila mendadak kita mendapati kenyataan bahwa ternyata tekanan darah tinggi menjadi bagiab hidup sehari-hari.
InsyaAllah semua ada penawarnya, baik terapi pengobatan baik sintetis medis maupun herbal alami. Juga, semua hal yang bakal menjadi lebih parah, bisa ditangani sejak dini. Sekaligus menjadi ajang melatih diri, berikhtiyar.
Mengabaikan kenyataan bahwa kita menyandang tekanan darah tinggi, maka secara perlahan tanpa terasa penyakit itu bagai bola salju bisa memengaruhi fungsi-fungsi organ dalam menjadi tak normal. Darah terlalu terpompa laju, sehingga kinerja organ dalam menjadi tak normal, terforsir.
Mirip ketika saya bersih-bersih rumah dalam kondisi fisik saya masih belum fit. Rumah bisa bersih, namun tak sebersih dibanding ketika saya fit.
Tekanan darah tinggi, berarti laju darah sebagai tempat nutrisi dan senyawaan kimiawi yang diperlukan oleh tubuh, tak terdistribusi secara normal.
Ibaratnya si darah terlalu terburu-buru berlalu, sementara beberapa si organ dalam ngaplo nggak dapet nutrisi. Dapatnya justru toksin yang terbawa oleh darah balik, kotoran, yang diindikasikan sebagai Diastol.
Sekali kita mendapat vonis dari dokter bahwa kita adalah penyandang darah tinggi, maka terima dan maklumi itu.
Tak perlu berlama-lama bertanya-tanya dalam hati berkepanjangan, seperti;
- "Kok bisa ya?"
- "Bagaimana bisa?"
- "Hah! Impossibel..."
- “Halah! Hil yang mustahal...”
Segera patuhi saran-saran medis, lalu mulai berikhtiyar untuk mengubah gaya hidup dan ini yang paling bisa bikin merinding disko, yaitu; merubah pola makan.
Agak susah, soalnya masakan olahan orang Indonesia itu enak-enak, meski kadang tak bergizi. Contoh; sayur lodeh tewel angetan 2 hingga 3 harian. Gurih sih, tapi nol gizi cuman bikin kenyang dan senang.
Segera lakukan aktifitas baru berupa cek Tensi rutin, mulai pagi, siang, sore, malam. Upayakan tekanan darah yang terukur tak lebih dan tak kurang dari batas normal 120/80 mmHg.
Tentu, menyediakan alat ukur tekanan darah (Tensi Meter) di rumah, menjadi keharusan. Atau bisa juga cek rutin ke Klinik atau Puskesmas terdekat.
Ibarat wanita idaman, maka hipertensi itu maunya dipahami dan dimengerti.
Memahami Perilaku Si Hipertensi
Apabila dokter, setelah melakukan observasi terhadap obat yang cocok atas hipertensi yang kita idap, lalu memberi resep obat tertentu misal Amlodipin dosis 5 miligram sehari yang dikonsumsi waktu malam hari, maka patuhi.
Bisa saja dipadu dengan herbal, itupun sesuai saran dokter pula. Seperti saya yang mulai rutin konsumsi minyak Zaitun Extra Virgin Olive Oil (EVOO) pagi dan sore sesendok teh lebih dikit, soalnya saya pakai sendok makan.
Khasiat EVOO memang bisa memperlancar sirkulasi darah, karena kandungan lemak jenuhnya bakal menghajar plak dalam pembuluh darah.
Memahami perilaku si hipertensi memang menarik. Seringkali sang penyandangnya merasa patah arang, karena tekanan darahnya tak turun-turun, padahal sudah minum obat penurun tekanan darah, baik sintetis medis maupun herbal alami.
Dalam hal tersebut, maka sang penyandang hipertensi kayak saya, kudu telaten lebih memahami si hipertensi. Ibarat wanita idaman, maka hipertensi itu maunya dipahami dan dimengerti.
Namanya saja berkesan feminim, Hipertensi. Jika dia maskulin, mau dipehatikan ya terserah, mau dicuekin yo sak karep mu, maka namanya adalah Hipertenso.
Saya kudu mengalah. Gaya hidup suka begadang sampai malam dan penggemar berat gorengan apalagi singkong, tahu isi sama cireng, sama kletikan kacang goreng, kudu saya rubah menjadi lebih sehat demi si hipertensi.
Mau berbanjir-banjir peluh keringat, mengalah kehilangan berat badan 10-an kg sebulanan ini, demi si hipertensi.
Rela mengacuhkan seporsi mie ayam yang aroma asapnya bagai bayangan nyiur melambai, demi si hipertensi.
Memulai pengembaraan cita rasa sayur mayur beserta keajaiban Fitokimianya, demi si hipertensi.
Lama-lama emang kemenyek kok si hipertensi itu, maunya terus diturutin. Dicuekin dikit dia ngambek. Tapi ya gimana lagi, lha kan sudah kadung melekat dalam diri. Diterima aja penuh suka cita.
…diduga karena metabolisme alami saat tubuh melakukan perbaikan sel-sel.
Morning Surge
Memahami sikap dan perilaku si hipertensi, membuat saya bisa mengerti pula, mengapa obat penurun tekanan darah seperti Amlodipin yang berfungsi menghambat aktifitas kation-kation garam penyebab peningkatan laju darah dalam pembuluh darah, diminum pada malam hari menjelang tidur.
Karena, dalam tubuh manusia ada fenomena apa yang disebut Morning Surge atau bisa disebut juga hipertensi pagi.
Morning Surge berupa peningkatan tekanan darah ketika kita bangun tidur, pada pagi hari menjelang Subuh. Fenomena ini masih diselidiki, namun diduga karena metabolisme alami saat tubuh melakukan perbaikan sel-sel, selama kita terlelap, terbuai mimpi-mimpi.
Saya mengalami itu. Setiap bangun pagi kisaran pukul 03:30 hingga 04:00, maka tekanan darah saya berkisar 135/84 hingga 140/90. Itupun setelah saya minum Amlodipin 5 mg sebelum tidur pada kisaran pukul 22:00 atau 23:00.
Setelah pagi berlalu, maka tekanan darah saya pun berangsur menuju normal, bahkan sempat rendah pada siang hingga malam hari.
Jadi, selama ini, sejak tahun 2014 saya tervonis bahwa saklar tensi tubuh saya bergeser dari hipotensi mulai remaja menjadi hipertensi pada usia 45, maka saya keliru minum Amlodipin pada pagi hari.
Terbayang, selama tujuh tahunan si hipertensi yang terlanjur mengisi ruang hati saya, menjadi ngambek karena saya dianggapnya nggak mau mengerti akan dia apa adanya.
Perlahan-lahan, dia membuat laju darah dalam setiap pembuluh darah saya melaju cepat, mengabaikan kebutuhan asupan kimiawi yang dibutuhkan oleh organ-organ dalam tubuh saya.
Tubuh saya pun secara alami lalu beradaptasi, sehingga rasa tak nyaman dalam tubuh saya, terasa seolah biasa-biasa saja. Hingga, puncaknya sebulanan lalu saya terkena strok, tanpa peringatan oleh tubuh.
Ibarat terkena gempa bumi skala 7 Richter tanpa early warning. Soalnya, piranti peringatan dini dalam tubuh saya terlanjur rusak, ndoweh, gara-gara seolah nyaman sehat-sehat saja, karena si hipertensi ngambek merasa diabaikan.
Halah nesuuu.
…suara detak awal yang berarti menujukkan angka Sistol dan detak akhir yang berarti angka Diastol.
Pilih Kualitas Tensi Meter
Jadi, Sahabat yang budiman, memeriksa tekanan darah secara rutin itu penting, terutama bagi Anda yang memiliki riwayat tekanan darah tak normal, apakah hipo atau hipertensi.
Pagi, siang, sore, malam, menggunakan alat tensi meter portable yang mudah dioperasikan.
Paling akurat dan presisi itu tensi meter yang manual, pakai kalaedoskop... Eh, Stetoskop yang dipasang telinga, lalu ujung bulatan logamnya ditempel pada bagian atas siku lengan. Kemudian nanti terdengar suara detak awal yang berarti menunjukkan angka Sistol dan detak akhir yang berarti angka Diastol.
Hanya saja tensi meter jenis ini ribet dan membutuhkan orang lain untuk memasang dan mendengar detak laju tekanan darah.
Biasanya orang tersebut adalah paramedik atau dokter. Jika paramedik atau dokter yang memeriksa saya itu pria, biasanya normal. Tapi, kalo paramediknya Mbak-Mbak atau Bu Dokter, cenderung mendadak tinggi tekanan darah saya. Gak tau saya kenapa.
Terdapat banyak tensi meter yang tersedia di toko-toko alat medis baik yang dijual luring ataupun daring. Tinggal pilih merk dan fasilitas dan rekomendasi yang dimiliki. Termasuk, tensi meter digital, dengan harga yang relatif lebih tinggi daripada tensi meter analog.
Terdapat satu merk tensi meter digital yang mendapat rekomendasi PMI, yakni Carezoe. Tensi meter merk ini terbilang unik karena memadukan cara kerja tensi meter manual analog, dengan tensi meter digital.
Cara kerja Stetoskop diakomodir oleh tensi meter merk ini, ketimbang merk lain yang kebanyakan model dipasang di pergelangan tangan. Mengukur tekanan darah melalui tensi meter yang terpasang di pergelangan tangan, berpotensi menghasilkan pengukuran yang tak akurat.
Karena, syarat penangkap sinyal detak Sistol dan Diastol pada tensi meter itu kudu terpasang sejajar dengan jantung.
Tak enak kan, sudah beli tensi meter mahal, hasil pengukurannya tak akurat. Apalagi ada tensi meter yang terpasang sebagai aplikasi dalam telepon atau jam pintar. Halah wis angka sebenarnya berapa, nanti tertera angka hasilnya berapa.
Jage, begitu kata anak sekarang. Jak Gelas.
Loh?! Kok?
Oh maaf, Gaje ding. Gak Jelas.
Tanpa bermaksud promosi, saya sekedar merekomendasi tensi meter merk Carezoe ini yang merupakan teknologi hibrid antara sistem kerja tensi meter manual analog dengan digital.
Supaya, hasil pengukuran tekanan darah adalah akurat mendekati hasil pengukuran tensi meter manual analog.
…penanganan yang tepat pada kondisi darurat awal adalah penting, sebelum…
Tiga Masa Penanganan
Jadi, para Sahabat yang dimuliakan, dari pengalaman saya tersebut dalam tulisan Keseruan Terkena Strok, maka terdapat hikmah pula yang saya harapkan bisa bermanfaat bagi Anda semua.
Bahwasanya, penanganan strok itu terdapat tiga masa, yakni;
- 5 jam Saat Kritis (Critical Moment). Diupayakan apabila serangan strok tiba-tiba datang mendera, maka penanganan janganlah melebihi batas 5 jam.
Sehingga penanganan yang tepat pada kondisi darurat awal adalah penting, sebelum dampak strok merembet ke mana-mana dalam tubuh mulai syaraf, otot hingga organ, termasuk kesadaran, fungsi otak.
- 72 jam Waktu Emas (Golden Time), pasca penanganan 5 jam Saat Kritis, maka selama 3 hari berikutnya adalah memastikan kondisi tekanan darah kembali normal.
Bila perlu, dilakukan pemindaian (scanning) terhadap seluruh tubuh dan terapi awal yang sesuai, pada lembaga ataupun profesional bersertifikat resmi untuk merangsang fungsi kerja syaraf bekerja optimal kembali.
Lalu, memulai upaya awal agar tubuh beradaptasi dengan kebiasaan baru yakni gaya hidup dan pola makan.
Misal rutin menggerakkan badan, belajar keluar dari zona nyaman (comfort zone), berolah raga, menjaga perilaku agar metabolisme dalam tubuh menjadi normal dan asupan bergizi yang dinilai jauh lebih sehat daripada sebelumnya.
Dan
- 3 bulan Pemulihan (Recovery), yaitu membiasakan aktifitas yang menjadi komitmen dalam 72 jam Waktu Emas, menjadi budaya, yang rutin dilakukan sehari-hari.
Termasuk dan tak terkecuali adalah aktifitas yang bersifat kerohanian, yaitu meningkatkan amalan ibadah, bermunajat kepada-Nya agar mendapat kemuliaan hidup.
…komitmen menjalani gaya hidup dan pola makan yang jauh lebih sehat…
Mensyukuri Bulan Fitri
Tentu, dukungan moril dari Keluarga juga sangat penting, karena terkena strok urusannya tak hanya fisik namun juga mental. Merasa tak ditinggal menjadi pemacu semangat untuk segera pulih.
Sekarang, saya masih sekira selama 1,5 bulan menjalani masa pemulihan pasca strok. Dukungan Keluarga, juga doa terbaik dari Sahabat semua, para Pembaca Qureta yang dimuliakan, tentu menjadi penyemangat bagi saya untuk memenuhi komitmen agar tetap menjalani proses pemulihan.
InsyaAllah hingga 1,5 bulan mendatang, berlanjut dengan komitmen menjalani gaya hidup dan pola makan yang jauh lebih sehat daripada sebelumnya.
Syukur Alhamdulillah, saya juga berkesempatan menjalani proses pemulihan mulai bulan yang Fitri ini.
Semoga tulisan saya ini bermanfaat, doa saya bagi para Sahabat Qureta semua agar tetaplah sehat, bersama Keluarga senantiasa dalam limpahan berkah dan karunia-Nya.
Aamiin yaa Rabbal Alamiin.